18

767 134 1
                                    

Sudah sebulan lebih berlalu semenjak Sharon mulai menjauh dari teman-temannya. Selama sebulan ia menunggu Hansol. Ada terlalu banyak pertanyaan untuk Hansol, seperti apakah ia sungguh-sungguh adiknya? Bisakah Hansol mengatakan bahwa ia berbohong? Sayangnya Hansol juga tidak ada menemuinya. Sharon tersiksa sendiri dengan pikirannya. Bahwa ia tidak pantas berada di sini. Namun jika ditanya apakah ia ingin berada di kerajaannya? Maka jawabannya tidak. Sharon senang berada di sini. Menjauhi teman-temannya membuat Sharon sedih. Ia tidak mau mereka membencinya, tapi apapun pilihannya, mereka pasti akan membenci Sharon.

Malam ini, pesta ulang tahun Renjun akan diadakan di sekolah. Sharon sebenarnya enggan memakai gaun yang diberikan oleh Elisa mengingat hubungan mereka sudah sangat renggang. Namun jika Sharon tidak memakainya, Elisa mungkin berpikir bahwa mereka bukan teman. Sehingga Sharon akhirnya memakai gaun dari Elisa yang belum pernah dikenakannya. Seperti biasa, pilihan gaunnya memang sangat bagus.

Ketukan di kamarnya terdengar. Sharon membuka pintu kamarnya dan Elisa langsung memeluknya erat. Sharon merasakan bahunya basah. Apakah Elisa menangis?

Sharon melepaskan pelukan Elisa. Ia langsung mengusap air mata Elisa. "Elisa, kenapa kau menangis?"

"Sharon, kami ada salah padamu ya? Kenapa kau semakin hari semakin menjauhi kami? Apakah aku ada salah padamu?" tanya Elisa sambil menangis sesenggukan.

Sharon menghela napas. Apakah pilihannya salah? Apakah ia salah menjauhi mereka?

Sharon memeluk Elisa lagi. "Elisa, maafkan aku. Aku yang salah."

Elisa masih menangis dan Sharon mengusap punggung gadis itu. Sharon sangat merindukan Elisa. Mereka selalu ke mana-mana berdua, mereka sudah terlalu dekat. Sharon memang egois, ia tidak ingin dibenci, namun ia malah melukai hati sahabatnya.

Akhirnya tangis Elisa sedikit reda. Sharon membawa Elisa masuk ke kamarnya dan memberikannya minum. Padahal Elisa sudah mengenakan gaun untuk pesta ulang tahun Renjun, wajahnya malah kacau karena menangis.

Sharon menggenggam tangan Elisa dan mengelus punggung tangannya, berusaha menenangkan Elisa. Sharon juga memberikan tisu untuk menyeka air mata Elisa. Akhirnya Elisa berhenti menangis dan kamar Sharon menjadi lengang.

"Maafkan aku, Elisa."

"Tidak, Sharon, maafkan aku. Aku pasti ada salah makanya kau menjauhiku."

"Tidak, aku yang egois."

"Tolong jangan menjauhiku lagi," ucap Elisa pelan.

"Tidak lagi. Aku akan kembali seperti biasa. Maafkan aku ya, Elisa?"

"Baiklah. Namun kalau ternyata aku yang salah, tolong beritahu salahku apa. Mungkin aku bisa perbaiki."

"Elisa," panggil Sharon.

"Ya, Sharon?"

"Apakah kau menganggapku sebagai sahabatmu?"

"Tentu. Kenapa kau menanyakan itu?"

"Apakah kau akan membenciku?"

"Tentu tidak. Aku tidak mungkin membencimu. Kau pasti melakukan ini karena suatu alasan. Tapi aku harap kau mau kembali seperti biasa."

Sharon memeluk Elisa lagi. "Aku akan kembali seperti biasa, Elisa. Aku minta maaf sudah membuatmu sedih. Sekarang kau harus memperbaiki riasanmu, loh. Pestanya akan diadakan sebentar lagi."

Sharon egois, ia tidak ingin Elisa membencinya. Elisa memang temannya yang paling berharga, sehingga ia memilih untuk pura-pura melupakan bahwa ia memiliki hubungan dengan Raja Kegelapan. Sharon memilih untuk kembali seperti biasa. Seperti sebelum Hansol datang.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang