4

1.4K 214 2
                                    

Sharon terbangun karena mendengar bunyi lonceng yang berbunyi dua kali. Ia membuka kedua matanya dan pandangannya tertuju ke langit-langit ruangan. Ingatan kejadian terakhir sebelum ia pingsan menghampirinya. Ia melihat ke sisinya untuk mencari Elisa. Elisa sudah ada di sana, tengah menggenggam tangan Sharon.

“Sharon, kau baik-baik saja?” tanya Elisa cepat.

Sharon mengangguk lalu tersenyum lemah. Ia merasa malu sendiri karena tidak berdaya setelah diserang. Tapi memang, segala hal masih terasa baru untuknya.

“Mau minum?” tawar seseorang.

Sharon mengalihkan pandangannya ke arah Doyoung yang sedang memegang segelas air putih. Sharon bangkit untuk duduk lalu menerima air pemberian Doyoung. “Terima kasih, Kak,” Sharon tersenyum lalu minum seteguk air. “Sekarang jam berapa?”

“Sekarang jam makan siang. Kau lapar? Mau aku bawakan makan siang?” jawab dan tanya Elisa.

Sharon tersenyum. Elisa terlihat begitu mengkhawatirkannya padahal mereka baru saja saling kenal. Apakah Elisa selalu sebaik ini pada setiap orang?

“Kau dan Kak Doyoung kenapa tidak makan? Aku berterimakasih kalian menjagaku tapi kalian juga harus makan.”

Elisa tersenyum geli. “Aku dan Kak Doyoung baru sampai, kok. Kami juga sudah makan. Yang tadi menjagamu adalah Kak Taeyong. Dia juga yang membawamu ke mari. Ia nyaris tidak mau makan kalau tidak dipaksa. Aku bilang juga apa. Dia sangat protektif, dia akan menjaga semua orang yang dekat dengannya.”

“Oh. Aku harus berterimakasih dengannya nanti,” ucap Sharon malu.

“Sebelum kau berani-beraninya berterimakasih, kau harus makan dulu. Ingin dibawakan apa? Kau ingin makan sesuatu?” tawar Doyoung.

“Aku akan ke ruang makan saja,” tolak Sharon.

“Tidak, tidak boleh. Kau masih sakit. Istirahat saja di sini. Kak, bisa tolong bawakan makan siang Sharon?” Elisa berdiri dan menahan tubuh Sharon untuk tetap duduk bersandar pada dinding.

“Baiklah. Aku akan segera kembali,” Doyoung tersenyum. Lelaki itu berjalan menuju pintu klinik dan berniat membukanya. Tapi pintu sudah terbuka dari luar. “Kak Taeyong?” panggil Doyoung, sedikit terkejut walau sudah menduganya. Ia memang yakin Taeyong akan segera kembali bahkan sebelum siswa lain menyantap makan siang mereka.

“Hai, Doyoung. Mau ke mana?”

“Aku baru saja ingin mengambil makan siang untuk Sharon,” Doyoung mengambil nampan yang dibawa Taeyong. “Sharon sudah bangun. Masuklah.”

Taeyong mengikuti Doyoung menuju tempat tidur Sharon. Taeyong tersenyum kecil melihat Sharon yang sudah terlihat baik-baik saja. “Bagaimana keadaanmu?” tanyanya setelah duduk di kursi sebelah tempat tidur Sharon.

“Aku baik-baik saja. Terima kasih Kak, untuk membawaku ke sini dan menjagaku.”

“Tidak apa-apa, sudah kewajibanku. Kau pasti lapar, kan? Makanlah,” ucap Taeyong lembut.

Sharon tersenyum. “Kakak sudah makan?” tanyanya sambil mengambil nampan yang Doyoung letakkan di atas nakas.

“Sudah. Kau harus menghabiskan makananmu, mengerti?”

Sharon menganggukkan kepalanya lalu ia mulai makan. Tanpa mereka sadari, Elisa dan Doyoung sudah keluar dari tadi. Setelah sampai di luar, keduanya saling bertatapan, lalu tertawa kecil.

“Serius, baru kali ini aku melihat Kak Taeyong begitu peduli pada perempuan selain aku. Kak Taeyong tidak mungkin langsung suka Sharon kan?” ucap Elisa setelah tawa mereka mereda.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang