13

927 146 9
                                    

Taeyong sampai di kamarnya dan ia langsung menuju kamar mandi. Ia membuka keran air wastafelnya dan membasuh wajahnya dengan air.

"Kau bodoh, Taeyong," desisnya.

Ia menutup keran air dan menunduk dalam. "Aku juga menyukaimu, Sharon."

Tapi ia tidak bisa mengatakan itu. Ia sudah berjanji tidak akan menyukai Sharon. Mungkin memang ia sudah berlebihan. Semua perhatiannya terlalu berlebihan. Tidak seharusnya Sharon menyukainya. Dan tidak seharusnya ia menyukai Sharon. Ia seperti melanggar janjinya.

Taeyong keluar dari kamar mandi. Seharusnya ia tidak memulai semua ini. Sepertinya menjauhi Sharon adalah cara yang tepat. Supaya keduanya bisa mulai melupakan perasaan mereka.

Taeyong menuju kamarnya dan ia mengambil ponselnya. Ia kemudian mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.

Apakah boleh aku menyukai anakmu?

Itu yang Taeyong kirim. Tak lama muncul balasannya.

Ahduwlajiaka apa kau bilang?!

Taeyong hanya membaca pesan tersebut dan ia berbaring di tempat tidur. Ia memejamkan kedua matanya. Namun dering ponselnya membuat ia mau tidak mau membuka matanya. Kontak yang barusan ia kirimi pesan menelepon. Dengan malas Taeyong menjawab panggilan tersebut.

"Ya?" ucapnya pendek.

"Jangan macam-macam dengan Sharon!" seru suara pria di seberang sana.

Taeyong hanya tertawa. "Aku hanya bercanda. Lagi pula Sharon bukan anak kandungmu, kau bukan ayah kandungnya, kenapa panik saat aku bilang begitu?"

"Hei hati-hati kalau kau bicara! Bagaimana kalau ada yang dengar?"

"Aku sedang di kamar sendirian, tenang saja."

"Ngomong-ngomong bagaimana perkembangan Sharon?"

"Dia baik-baik saja, namun dia terlihat kebingungan akhir-akhir ini," cerita Taeyong. "Aku tidak tahu apa yang lelaki itu katakan padanya, namun sepertinya ia belum memberitahu siapa Sharon sebenarnya."

"Kita harus hati-hati. Sebaiknya Sharon tidak boleh keluar dari asrama."

"Bagaimana bisa? Tadi saja banyak yang memaksa Sharon untuk pergi. Seharusnya kau memberitahu mereka semua," keluh Taeyong.

"Tidak bisa. Apa lagi kalian sudah semakin dekat kan? Aku kira menempatkan kamar Elisa dan Sharon bersebrangan hanya akan membuat mereka menjadi teman biasa. Namun kalian malah terlalu dekat, kalian semua terutama Elisa pasti akan kecewa jika tahu siapa Sharon sebenarnya."

"Tidak juga. Aku sangat tahu identitas Sharon," ucap Taeyong. "Tapi aku tetap menyukainya."

"Hei! Kau benar-benar menyukainya? Jaga jarak! Aku sudah merawatnya bertahun-tahun aku tidak mungkin menyerahkan Sharon kepadamu!" pria di seberang berseru kesal.

"Pilih mana? Sharon menjadi milikku atau dikembalikan ke tempat asalnya bersama lelaki itu?"

"Tidak keduanya. Seharusnya Sharon tinggal bersama kami saja selamanya."

"Kau sendiri yang memutuskan Sharon bersekolah di sini. Kalau kau tidak bilang kan tidak perlu seperti ini sekarang."

"Ya, memang, berbahaya kalau ia tinggal seperti manusia biasa. Karena kenyataannya tidak. Dia bukan manusia biasa dan kalau aku boleh jujur, dia bisa ada di atas kalian semua."

"Aku tahu. Karena itu kau memintaku untuk menjaganya dan meminta ayahku untuk melatihnya kan? Tapi skenariomu tak sepenuhnya sempurna. Lelaki itu bisa menemui Sharon."

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang