42

571 74 0
                                    

Chan menjadi perbincangan hangat selama beberapa minggu. Saat Chan dan Kun mengobrol waktu itu, ternyata banyak yang menguping sehingga gosipnya cepat menyebar. Bahkan saat Chan muncul di istana untuk menghadiri acara pernikahan Chloe dan Kun, langsung terdengar bisik-bisik.

"Jadi itu yang menolak gelar bangsawan dari Pangeran Kun?"

"Padahal banyak yang ingin ada di posisinya tapi dia malah menolak."

"Sedikit tidak tahu diri ya, hanya karena menjadi tangan kanan Raja Kegelapan ia langsung sombong padahal posisinya itu tidak lebih seperti seorang pengawal biasa."

"Sst sudah, yang penting dia tampan."

Semua pasang mata langsung tertuju pada sumber suara yang mengatakan itu dan semuanya langsung membelalak kaget.

"Tuan Puteri, maafkan kami."

"Kalian itu tidak tahu apa-apa. Aku tidak mau mendengar ya ada pelayan yang bergosip tidak-tidak. Kalian ini membuat malu saja."

"Maaf Tuan Puteri."

"Vanessa, sudahlah," ucap Yuta melerai. "Ayo kita duduk di tempat kita."

Tuan puteri tersebut mengangguk dan pasrah saja ditarik Yuta. Vanessa adalah seorang putri mahkota dari Kerajaan Es. Ia juga tidak belajar di akademi, namun saat penyerangan ia selalu ikut serta. Sehingga pikirannya sama sekali tidak bisa melupakan Chan sejak pertama kali bertemu. Sejak di ruang makan akademi saat semuanya berkumpul dan Chan ditugaskan menjaga Sharon. Di saat itu Vanessa hanya bisa diam-diam melihat lelaki itu.

"Aku benar-benar heran, Kak! Kenapa para pelayan sekarang tidak sopan? Berani sekali menggosip seperti itu padahal tidak tahu apa-apa. Belum lagi entah apa yang rakyat pikirkan di luar sana."

"Sudah, sudah," Yuta mencoba menenangkan. "Jangan cemberut begitu, bisa-bisa Chloe mengira kau tidak bahagia."

Vanessa menghela napas. "Aku hanya malu saja dengan Kerajaan Kegelapan. Bahkan sudah bertahun-tahun tapi rasa malunya sama sekali tidak hilang. Aku ingat sekali saat kita semua lumpuh sementara dan Chan memperlakukanku dengan sangat baik. Bahkan sifatnya itu jauh lebih baik daripada kita kebanyakan. Aku sama sekali tidak dapat melupakannya."

"Kau sungguh tidak melupakannya sama sekali ya?"

"Tentu saja, bagaimana bisa aku melupakannya? Kakak tahu sendiri bagaimana protektifnya ayah kepadaku sehingga interaksiku dengan lelaki minim sekali. Aku masih ingat saat Chan tersenyum dan menanyakan keadaanku. Aku tidak ingat sudah berapa tahun berlalu tapi aku masih bisa mengingat ekspresinya saat itu. Detik itu juga aku langsung jatuh cinta, dan tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan perasaanku saat itu."

Chan tidak sengaja mendengar percakapan Vanessa dan Yuta. Ia menggeleng kecil seolah menolak Vanessa, ia tidak mau terlibat dengan Tuan Puteri lagi. Chan kemudian lanjut berjalan menuju bangkunya. Saat sudah sampai di bangkunya terlihat Sharon sudah duduk manis bersama Taeyong. Pasti akan sangat tidak enak jika Chan duduk di dekat mereka, namun rasanya lebih tidak enak lagi jika ia menghindar. Sehingga dengan tidak tahu malu Chan duduk di sana.

"Kak Chan, dari mana saja?" tanya Sharon begitu Chan duduk.

"Tadi Chloe memanggilku. Sebenarnya aku merasa sangat tidak sopan karena aku menjadi lelaki pertama yang melihatnya dengan gaun pengantinnya. Tapi ia sangat memaksa dan mengancam."

"Ia sama sekali tidak menyerah ya," komentar Taeyong.

"Tapi kata Kun, mereka sudah saling mencintai?" tanya Chan.

"Itu kan yang hanya terlihat di luar. Tapi jangan khawatir, Chan. Itu pasti akan terakhir kalinya Chloe memaksamu. Ia memimpikan pernikahan denganmu, sehingga ia ingin kau menjadi orang pertama yang melihatnya dengan gaun pengantin. Ia ingin merasakan bahwa kau adalah lekaki paling spesial untuknya."

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang