40

685 86 0
                                    

"Selamat pagi, Sharon. Sudah sarapan?" tanya Taeyong sambil tersenyum cerah.

"Belum! Kan Kakak janji akan membawakan sarapan untukku."

"Benar, aku membuatnya sendiri," Taeyong membuka kotak yang ia bawa. "Bagaimana menurutmu?"

"Kalau sudah begini aku tidak akan peduli soal rasa, Kak. Aku sudah terlalu senang karena Kakak membuatkan sesuatu untukku," Sharon tersenyum antusias.

Taeyong mengelus pipi Sharon. "Aku benar-benar suka melihatmu tersenyum seperti ini. Apalagi kalau alasannya adalah aku."

Sharon masih tersenyum, ia kemudian meraih tangan Taeyong. "Ayo kita makan dulu ya? Menyapa kakakku nanti saja tidak apa-apa!"

"Baik, selamat makan, Sharon."

Saat sedang menyantap sarapan di ruang makan, sambil mengobrol ringan, Chan dan Chloe melewati keduanya. Terlihat Chloe sedang menceritakan sesuatu dengan antusias sementara Chan mencuri pandang ke arah Sharon dan Taeyong.

"Chloe benar-benar tidak bosan dan lelah ya? Padahal kalau dibandingkan proses kita, ia dengan Chan itu sama sekali tidak ada langkah ke depannya. Jelas sekali Chan tidak tertarik, tapi Chloe tidak menyerah," ucap Taeyong.

"Sebenarnya aku tidak enak dengan Kak Chloe. Sudah enam bulan tidak ada proses apa-apa pasti melelahkan. Aku juga tidak enak dengan Kak Chan, lama-lama Kak Chan semakin pendiam dan tertutup."

"Kau harus ingat kalau ini bukan salahmu Sharon. Kau sama sekali tidak bertanggungjawab atas kebahagiaannya. Kau hanya bertanggungjawab untuk kebahagiaanmu. Kalau kau mengurusi kebahagiaan semua orang, kapan kau akan bahagia?" Taeyong mencoba menghibur Sharon sambil sesekali mengelus kepala Sharon untuk memberikan semangat.

"Kakak benar," Sharon menghela napas berat. "Aku sebenarnya berharap Kak Chloe menyerah dengan Kak Chan saja. Kalau dipaksa tidak akan baik untuk keduanya."

Sharon dan Taeyong sama-sama fokus ke ruang tengah. Terlihat Hojung sudah bergabung bersama Chan dan Chloe, tak lama Chan malah berpamitan pergi karena sudah ada Hojung yang menemani Chloe.

"Walaupun Kak Chan berusaha tetap seperti biasa aku khawatir yang lain akan merasa tidak nyaman karena hubunganku dan Kak Chan yang sudah rusak," cerita Sharon lagi.

"Kata siapa rusak? Kalau ia sungguh menyayangimu sebagai adik, maka tidak akan ada yang berubah. Sekarang Chan hanya berusaha melupakan perasaan cintanya yang melebihi adik. Wajar ia menjauh, aku juga sempat menjauhimu bertahun-tahun. Tapi percayalah padaku, Chan akan baik-baik saja. Berhenti mengkhawatirkannya, lama-lama aku cemburu."

Sharon tertawa. Ia mencubit pipi Taeyong. "Iya aku tidak bahas laki-laki lain lagi kok. Kalau begitu bagaimana dengan pekerjaan Kakak? Dan bagaimana latihan yang masih Kakak jalani?"

"Semakin lama semakin melelahkan. Kadang aku harus curi-curi waktu untuk bertemu denganmu."

"Aduh, seharusnya Kakak tidak memaksakan diri," ujar Sharon tidak enak.

"Sst, kau tidak boleh melarangku," Taeyong langsung menggeleng tegas. "Aku harus ke sini, karena aku selalu merindukanmu. Aku juga harus ke sini, supaya tambah semangat."

Pipi Sharon memerah. Ia tidak pernah terbiasa akan hal ini. Ia tidak pernah terbiasa saat wajah Taeyong sangat dekat dengannya, saat ia bisa menatap langsung mata Taeyong.

"Aku senang Kakak selalu menyempatkan untuk datang."

"Aku senang kalau kau senang. Sayang sekali, Sharon, hari ini pekerjaanku lumayan banyak. Aku harus kembali ke istana. Tapi begitu pekerjaanku selesai aku akan langsung ke mari."

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang