32

643 101 13
                                    

"Sudah lama ya," Taeyong membuka percakapan saat ia dan Sharon tiba di taman.

"Benar, sekitar enam bulan aku sudah pergi dari sini."

"Aku sangat merindukanmu. Aku sungguh-sungguh soal itu," Taeyong meraih tangan Sharon lalu mengecup punggung tangan gadis itu. "Aku senang kau datang."

Sharon mengelus pipi Taeyong, mengagumi setiap lekuk wajah Taeyong yang sempurna. "Aku juga senang bisa datang. Aku juga merindukanmu. Namun di tengah-tengah aku mengingat masa laluku. Aku merasa tidak adil semua orang menganggap keluargaku jahat, padahal kita sama-sama korban. Aku minta maaf saat itu aku bilang kalau aku membencimu, aku tidak sungguh-sungguh soal itu."

"Aku tahu. Tapi aku bersyukur kau mau maju ke depan dan menghentikan kakakmu. Aku yakin jika kau tidak turun tangan kami akan kalah."

Sharon tersenyum. "Aku tidak sanggup kalau harus merasakan kehilangan lagi."

"Begitu juga denganku. Tidak tahukah kau bagaimana perasaanku saat kau terluka?" Taeyong menggenggam tangan Sharon. Sorot matanya menunjukkan kekhawatiran yang tertahan.

"Tubuhku bergerak duluan. Aku yang membuat kakakku hilang fokus. Aku juga ingin melindungi kakakku. Aku tidak ingin kehilangan Kak Hansol juga."

Taeyong mendengus. "Aku tahu ia kakakmu, tapi aku benar-benar cemburu."

Sharon mencubit pipi Taeyong gemas. "Astaga, kenapa cemburu?"

"Rasanya kau lebih dekat dengannya. Ia juga lebih sigap dalam berbagai hal. Aku selalu merasa kalah dibanding dirinya," jelas Taeyong jujur.

"Bagaimanapun, dia kakakku. Kak Hansol hanya ingin melindungiku karena hanya aku keluarganya."

"Kalau begitu biarkan aku mengambil alih tugas kakakmu."

"Maksudmu?"

"Biarkan aku yang melindungimu. Maukah kau menjadi milikku?"

Akhirnya Taeyong berani mengungkapkan kalimat yang dari tadi tertahan di tenggorokannya. Ia menatap Sharon penuh harap. Hatinya sangat menantikan Sharon mengiyakan permintaannya.

Sharon terdiam atas ucapan Taeyong. Keraguan malah menjadi penghalangnya untuk menyatakan iya. Sharon tahu Taeyong dan dirinya memiliki perasaan yang sama. Satu sisi pada dirinya ingin menjadi milik Taeyong, namun sisi lain dirinya mengatakan bahwa ia tidak pantas menjadi milik Taeyong.

"Kau tidak mau ya?" tanya Taeyong, berusaha menahan kekecewaannya.

"Begini, Kak. Walaupun aku mencintaimu, aku rasa aku tidak pantas untukmu," jawab Sharon dengan nada yang semakin pelan.

"Kenapa? Aku tidak cukup kuat ya? Aku akan berlatih dan belajar lagi. Aku janji. Jadi bagaimana?" tanya Taeyong lagi, masih dengan penuh harap.

"Bukan, bukan Kakak yang menjadi masalah. Tapi aku. Kakak pantas dengan seseorang yang lebih baik. Kakak akan menjadi penerus tahta kerajaan. Kakak akan menjadi seorang raja. Kakak membutuhkan pendamping yang pantas. Bukan aku orangnya, Kak."

"Aku akan melepaskan itu semua. Masih ada Lucas, biar dia saja yang menjadi penerus. Kalau itu bisa membuatmu mau menjadi milikku, aku tidak keberatan. Aku lebih memilih hidup bersama denganmu."

"Jangan, Kak. Raja Kris dan Ratu Mabel akan sangat kecewa. Kakak adalah harapan mereka, aku tidak mau menjadi penghalang. Dengan latar belakang kita yang berbeda, seharusnya Kakak bersama yang lain saja."

"Apakah menurutmu perasanku hanya sebuah candaan?" tanya Taeyong tidak terima.

"Bukan begitu. Aku memang tidak tahu Kakak menganggapku apa. Kalaupun ini bukan hubungan yang serius, lebih baik jangan kita mulai."

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang