Claudya pov
Aku hanya bisa diam mengikuti apa yang akan dilakukan mereka setelah makan malam. Ingin sekali aku keluar dari rumah ini tapi itu tidaklah mungkin.
Mengingat Ellie menempel terus padaku dan orang tua Nick yang terus melemparkan pertanyaan yang cukup ringan dijawab.
Senang berada ditengah mereka dengan sikapnya ramah dan tak membedakan derajat setelah mereka tau siapa diriku. Tapi satu yang terus membuat ku takut untuk berlama-lama disini.
Tatapan pria itu terus mengarah padaku dengan tajam dan tidak sekali pun ia ikut berbicara bersama kami. Dia memilih diam dan menatapku seakan-akan ia sedang berjaga jika aku akan membuat kesalahan di mansionnya."Bunda, Ellie ngantuk. Kita tidur yuk." Kata Ellie sambil mengucek matanya dan menguap. Aku menutup mulutnya lalu menghentikan tangannya yang terus mengucek mata.
"Jangan lagi mengucek matamu, itu akan berdampak buruk untuk penglihatanmu."
"Maaf bunda, tidak akan terulang lagi. Ayo kita ke kamar Ellie." Ellie menarik tangan ku dan aku menatap sepasang suami istri itu untuk meminta izin apakah aku boleh menemani Ellie tidur.
Mereka mengangguk tapi lain hal dengan Alex. Ia beranjak dari kursinya dn langsung menggendong Ellie tanpa perduli anak kecil itu terus memanggilku dengan sebutan bunda.
"Dia benar-benar kelewatan dan harus diberi pelajaran!" Geram James.
Aku hanya diam tidak menjawab ucapan pria paruh baya itu dan seseorang menarik tanganku. "Kamu juga harus tidur, Claudya. Tubuhmu masih lemah."
Aku melepaskan tangan ku dari genggaman Nick yang hendak membawaku ke kamar itu lagi. "Tidak, Nick. Aku pulang saja. Mereka mengkhawatirkanku."
"Aku sudah bilang pada mereka, kamu tidur disini dan mereka mengizinkanmu." Aku diam dan seketika tubuhku melayang. Aku terkejut dia menggendongku, membawaku masuk kekamar.
"Nickk!!" Reflek aku melingkar kan kedua tanganku di lehernya, takut jika aku akan jatuh dalam gendongannya. "Jika aku tidak seperti ini, kami tidak akan mau untuk masuk kekamarmu."
Nick meletakkanku dengan pelan di tempat tidur, menyelimutiku sampai ke dada. "Aku minta maaf atas ucapan Alex padamu. Dia memang seperti itu tapi yang harus kamu tau hati nya begitu lembut tidak seperti luarnya."
Aku mengangguk. "Aku sudah terbiasa seperti ini. Terima kasih telah membantuku dan terima kasih juga sudah mengirimkan kabar tentangku pada mereka."
Ia duduk dan terdiam sesaat sebelum mengusap kepalaku. Kenapa kau bersikap seperti ini?
"Tidurlah, kamu masih butuh istirahat yang cukup. Jika ada sesuatu telpon aku atau tekan bel yang ada di sampai kasurmu."
"Iya, Nick. Aku.." ucapanku terhenti merasakan sesuatu yang hangat dan basah menempel di dahiku. Dia menciumku! Dan ini kedua kalinya.
Hati ku menghangat melihatnya seperti ini, begitu manis dan sangat baik. Apa aku mulai menyukainya? Tidak, Claudya! Kau tidak boleh menyukainya, dia sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan wanita seperti mu.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Hari masih sedikit gelap dengan embun yang masih tebal dimana-mana tidak membuat wanita itu masuk ke mansion besar untuk menghangatkan tubuhnya.
Ia berjalan terseok-seok menaiki jembatan kecil dengan dibawahnya kolam ikan menuju gazebo yang dulunya tempat di mana ia berkenalan dengan Nick.
Nick? Entah kenapa mengingat nama itu membuat hati nya begitu tenang mengingat baik dan perhatiannya pria itu. Ia sangat nyaman bersamanya tapi ia berpikir apakah akan selama nya dia bisa bersama dengan pria itu?Seketika langkahnya terhenti melihat seorang pria sedang duduk di lantai gazebo dengan wajah yang sedikit frustasi. Kaki nya mundur beberapa langkah takut pria itu melihatnya.
Tapi matanya tidak melihat ada pergerakan dari tubuh pria itu membuatnya bingung apa yang terjadi. Helaan napas panjang keluar disela bibirnya sebelum melangkah mendekati pria itu dan duduk sedikit jauh.
"Kenapa kau sudah berkeliaran pagi buta begini? Apa kau ingin mencuri sesuatu dari mansionku hem?" Pria itu masih menunduk dengan satu tangan menopang kepalanya menampakkan mata pria itu masih tertutup.
"Sa-saya.. hanya ingin jalan-jalan saja disini, tuan. Saya selalu bangun di jam segini sekedar melihat matahari terbit." Jawab Claudya sedikit takut.
Pria itu tersenyum miring lalu perlahan membuka matanya. "Benarkah?" Claudya hanya mengangguk menopang dagunya dengan kedua tangannya sambil melihat kedepan menunggu matahari terbit.
"Kau senang bisa masuk dengan mudahnya dan mendekati orang tuaku?" Claudya menoleh dan menatap pria itu bingung. Kenapa dia berkata seperti itu? Apa dia pikir aku sedang mencari keuntungan dengan mendekati mereka?
"Saya senang bisa memiliki teman dan berkenalan dengan kalian. Tapi satu hal yang harus anda tau, tuan. Saya tidak pernah terpikirkan mencari keuntungan dengan mendekati kalian." Katanya.
"Hati manusia pasti bisa berubah tapi saya terus berusaha untuk tidak mengubahnya. Hidupku sudah rumit dan akan semakin rumit jika saya mengubahnya."
Alex hanya diam mendengar ucapan wanita itu lalu ia bangkit dan menyandarkan dirinya di pilar gazebo. Wanita ini..
"Baguslah kalau begitu, jika aku mendapatkanmu mencari keuntungan dari kami, aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Tidak perduli dengan anakku yang terus menangisi mayatmu."
Claudya menatap kepergian pria itu yang kembali dikuasai amarahnya yang sama sekali membuatnya bingung, padahal dia sama sekali tidak membuat kesalahan dengan menyinggung dirinya.
Claudya menyandarkan tubuh nya menunggu terbitnya matahari. Hawa dingin di pagi hari masih sangat terasa dengan embun yang mulai turun membuat semua benda di daratan sedikit basah.
"Kau benaran ingin melihat matahari?" Claudya menoleh dan menemukan Alex menyodorkan segelas teh hangat. Ia terdiam melihat perlakuan pria itu yang berubah drastis tidak seperti biasanya.
Apa dia sudah berubah padaku? Tapi apa yang membuatnya berubah? Masa bodoh! Yang terpenting doa sudah berubah.
Claudya dengan gugupnya mengambil cangkir itu hingga berhenti sebelum menyentuh cangkir itu. "Aku tau kau kedinginan. Jangan jual mahal padaku, aku tau kau meletakkan hargamu begitu rendah."
Ia terdiam menerima ucapan kasar dari bibir pria itu. Hatinya kembali sakit seperti jatuh dari lantai tinggi menerima ucapan kasarnya. Dengan sekuat tenaga ia tersenyum mengambil cangkir itu. "Terima kasih."
"Model? Kau sama sekali tidak terlihat seperti model yang biasa kujumpai." Pria itu duduk sedikit jauh darinya, meletakkan kedua tangan di lutut kakinya ikutan memandang ke depan yang di penuhi pohon tinggi.
"Saya juga tidak yakin seperti dirimu, tuan. Tapi itu nyata dan saya tidak bisa mengelaknya." Lama mereka diam hingga sinar matahari mulai mengintip di sela-sela pohon tinggi itu.
"Tu-tuan bolehkah saya bertanya satu hal?" Alex melirik kearah wanita itu lalu mengangguk.
"Disana terlihat seperti hutan. Apa anda sengaja membiarkan hutan itu disana tanpa rasa takut jika sewaktu-waktu makhluk buas kemari?"
Seketika Alex tertawa keras mendengar pertanyaan yang baginya sangatlah konyol. Tapi tidak Claudya, dia hanya diam tak merasa sedikit tersinggung melihat Alex menertawakannya karena itu sudah biasa baginya.
"Aku yang menanamnya hingga menjadi hutan dan makhluk buas itu sudah jinak pada tuan nya terkecuali orang asing mereka akan mengoyak seluruh bagian tubuhmu."
Terdengar seperti ancaman di telinga Claudya membuat nyali nya kembali ciut untuk berbicara pada pria itu. "Oh gitu. Ta-tapi mereka tidak akan menemuiku, karena saya ada disini.. tidak di hutan itu."
"Aku bisa saja menyeretmu kesana untuk dijadikan santapan mereka. Ah tidak mereka tidak bisa memakan wanita murahan sepertimu, kurasa kau hanya dijadikan mainan mereka saja."
"Tu-tuan..." Claudya hanya bisa menunduk penuh ketakutan. Doa terus ia panjatkan dalam hati agar pria itu tidak akan pernah melakukan itu padanya. Alex hanya tertawa kecil melihat wanita di sampingnya yang begitu polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel, My Wife (Completed)
RomanceSeorang pria membesarkan anaknya sendiri sambil mencari ibunya yang tak menginginkan anak itu ada didunia nya. Hingga seorang wanita datang, Claudya Wilona dan langsung dipanggil anak itu. "Bunda.!!" Wanita itu bingung mengetahui anak itu adalah an...