"Berhenti disini, Chris." Pria itu langsung menepikan mobilnya dipinggir jalan dengan kekagetan yang melanda dirinya setelah mendapat perintah yang mendadak itu. "Apa kamu tidak bisa memintaku pelan-pelan? Kamu membuatku kaget, Claudy." Geramnya.
Claudya hanya tertawa lalu mengambil tas dibelakang kursinya. "Terima kasih tumpangannya. Tapi sepertinya kamu tidak perlu mengantarku sampai rumah, aku ingin membeli cemilan dulu untukku bawa pulang."
Baru saja Christian ingin menjawab, Claudya sudah lebih dulu keluar dari mobil dan berjalan mendekati minimarket. "Claudy, ingat jangan terlalu memanjakan dirimu dengan semua makanan itu. Kamu tidak akan menjadi supermodel lagi."
Claudya menoleh dan memajukan bibirnya kesal. Pria itu keluar dengan cepat melihat raut wajah Claudya yang tidak terima dengan ucapannya tadi. "Apa? Kamu ingin protes? Ini juga demi kebaikkanmu, bukankah kamu sangat beruntung memilikiku yang selalu mengingatkan mu untuk menjaga bentuk tubuh indahmu. Ah kamu ini, sungguh keterlaluan."
Chris mengacak rambut Claudya gemas. "Dan satu lagi, ini juga harus kamu ingat. Besok kamu harus ikut bersamaku untuk menghadiri acara dan ya siapa tau ada pria kaya disana ingin berkenalan denganmu."
Claudya menghela napas panjang. "Ya, aku tau itu. Kamu harus menyiapkan pakaian yang harus kukenakan besok dan tidak perlu membawa penata rias, biar aku saja yang merias wajahku besok. Hasilku juga tidak buruk."
"Terserahmu saja, aku akan mengantar pakaiannya jam 4 sore dan aku akan menjemputmu jam 7 malam, mengerti? Kalau begitu sampai nanti." Chris masuk kedalam mobil setelah mendapat kan anggukan kepala dari Claudya.
Wanita itu hanya diam pasrah mengetahui hari liburnya besok masih harus menghadiri acara yang menurutnya sangat tidak perlu ia hadiri. Toh, ia juga tidak tau siapa pemilik acara yang katanya menggelar acaranya dengan sangat mewah itu.
*****
Claudya berjalan santai didepan komplek rumahnya dengan kacamata hitam serta masker yang menutupi wajahnya hingga keberadaannya tidak diketahui oleh orang-orang yang tengah berjalan menuju taman didepan kompleknya untuk menikmati sore hari .
Tiba-tiba langkahnya terhenti mendengar suara tangisan anak perempuan. Ia melihat kesana kemari, tidak menemukan ada anak perempuan yang menangis. Meyakinkan dirinya suara anak itu cukup jauh dari jangkuannya ia kembali berjalan dan berbelok.
Seorang anak perempuan tengah menangis berjongkok ditepi jalan. Langkah kakinya melangkah lebar mendekati anak itu. Diletakkannya bungkusan berisikan cemilan yang barusan ia beli sembarangan dan ikut berjongkok disamping anak itu.
"Hai, cantik. Kenapa kamu menangis, dimana ibumu?" Anak itu menoleh kearahnya dengan mata bulat yang sembab. Claudya terdiam melihat akan kecantikkan dimiliki anak kecil itu dan sesaat itu membuatnya iri.
"Aku sedang mencari ibuku." Claudya mengusap punggung anak itu merasa kasihan. Matanya langsung melihat sekitar mereka mencari sosok wanita yang menurutnya tengah mencari keberadaan anaknya. Tapi sayang, tidak ada wanita yang tengah mencari sesuatu.
"Sepertinya kamu tertinggal cukup jauh dengan ibumu. Dimana kamu tinggal hem? Tante akan mengantarmu pulang."
"Aku ingin mencari ibuku, aku tidak mau pulang!" Anak itu semakin menangis membuatnya menjadi pusat perhatian disana. Ia mendekatkan dirinya dan membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya berharap suara cempreng anak itu sedikit terendam dalam dirinya.
"oh ya, tante ada sesuatu untukmu. Tapi sebelum itu, kamu harus berhenti menangis." Claudya melepaskan pelukannya dan beralih menghapus air mata anak itu. "Ayo, jangan menangis lagi. Tante ada sesuatu untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel, My Wife (Completed)
RomantizmSeorang pria membesarkan anaknya sendiri sambil mencari ibunya yang tak menginginkan anak itu ada didunia nya. Hingga seorang wanita datang, Claudya Wilona dan langsung dipanggil anak itu. "Bunda.!!" Wanita itu bingung mengetahui anak itu adalah an...