"Aku mendengarnya muncul didepan mereka." Xavier memainkan pisau lipatnya di jari telunjuk tak perduli betapa tajamnya pisau itu yang biasa ia pakai senjata menghunus leher seseorang yang mengganggunya.
"Kau dengar darimana?" Tanya Alex
"Siapa yang kalian maksud? Kenapa tidak mengatakan nama saja? Oh, kalian mulai merahasiakan sesuatu padaku eh?" sambung Sean.
Xavier dan Alex menatap Sean tajam karena selalu saja mengganggu percakapan mereka. "Aku bisa saja menancapkan ini di tenggorokanmu jika kau terus bicara seolah-olah kami tuli!" Desis Xavier sambil mengacung kan pisaunya.
Jari Sean membentuk peace, memilih damai daripada berurusan dengan pria kejam didepannya. "Dimana Claudya? Aku tidak melihatnya dari tadi, kau mengurungnya dikamar?" Alisnya naik turun membuat Alex semakin geram.
"Akan menarik jika pisaumu sedikit mencongkel alis brengsek itu, X."
Sean berdiri dari kursinya menatap kedua pria itu sungguh tidak bisa di ajak bergurau. Sebenarnya apa yang dipikirkan Tuhan ketika menciptakan mereka hingga tidak ada sedikit celah kelembutan dihati mereka.
"Kalian tidak mungkin melakukan itu, kita kan-.." Ucapan Sean terhenti ketika Xavier melemparkan pisau itu kearahnya dan berhasil memecahkan kaca dibelakangnya.
Tarikan napas panjang ia lakukan karena berhasil mengelak sebelum pisau itu benaran menancap di tenggorakannya. "Hei.. Aku hanya bercanda! Aishh kalian ini! Untung saja tidak menancap tenggorokanku."
"Claudya, kau sudah pulang?" Tanya Alex, Sean melihat kebelakang dan tertawa melihat ekspresi Claudya yang begitu lucu. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa kamu melempar Sean dengan pisau lipat ini?" Tanyanya sambil mengambil pisau itu
"Apa salahnya?" Tanya Xavier santai. Claudya diam sejenak menahan emosinya yang entah kenapa mudah menguar. Jawaban Xavier berhasil membuatnya kembali emosi setelah pengawal yang diluar sana lama membukakan pagar untuknya.
"Aku tak ingin rumahku didatangin polisi karena ada mayat Sean dan aku juga tak mau kalian bercanda hingga barang disini rusak!!" Mereka pun menunduk ketika pisau itu dilempar Claudya kearah mereka dan berakhir menembus apel dimeja.
"Kau hebat juga rupanya." Puji Xavier. Claudya geram, kakinya menghentak lantai sebelum pergi dari sana. "Istri mu kenapa? Datang bulan? Lucu sekali." Kata Sean.
"Aku akan membunuhnya setelah kau menceraikannya." Geram Xavier.
Claudya berjalan ke dapur untuk mengambil minuman. Hatinya masih panas melihat ruang tengahnya di penuhi pecahan kaca akibat pisau lipat milik Xavier. Matanya melihat beberapa pelayan datang membawa alat pembersih.
"Maafkan mereka telah mengganggu istrihat kalian." Katanya, para pelayan itu mengangguk mengatakan tidak apa-apa padanya karena sudah menjadi pekerjaan mereka.
"Baru kali ini ada wanita yang berani melemparkan pisau didepan Xavier." Claudya membalikkan badan dan mendapatkan William tengah duduk menikmati salad buah yang langsung membuatnya ingin memakannya juga
"Kamu mendapatkan salad buah ini darimana?" Tanya Claudya duduk di samping Will. "Aku membelinya dan aku membawakannya untukmu. Nih" Claudya teriak kegirangan melihat mangkuk yang masih penuh didepan mangkuk Will adalah untuknya.
"Kamu begitu baik, terima kasih Will. Untung kamu waras tidak seperti mereka. Aku jadi kasihan padamu, yang dikelilingi orang seperti mereka" Will tertawa setelah menyuapkan buah apel kedalam mulutnya.
"Aku sudah terbiasa dari SMA, kami sudah bersama sejak itu."
*****
Alex masuk kekamarnya dan melihat Claudya sudah menggunakan baju tidurnya. "Kenapa kau belum tidur?" Claudya tersenyum, meletakkan sisir nya. "Aku menunggumu. Aku ingin tidur bersama." Jawab Claudya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel, My Wife (Completed)
RomansaSeorang pria membesarkan anaknya sendiri sambil mencari ibunya yang tak menginginkan anak itu ada didunia nya. Hingga seorang wanita datang, Claudya Wilona dan langsung dipanggil anak itu. "Bunda.!!" Wanita itu bingung mengetahui anak itu adalah an...