28. KANKER?

83.9K 5.6K 389
                                    

Farhan mengantar Naura sampai ke depan rumah Niken. Rumah yang Farhan pikir adalah rumah yang sengaja dikontrak Niken. Farhan turun dari mobil. Begitu juga dengan Naura.

"Biar Naura aja yang gendong, Yah," ucap Naura saat Farhan akan meminta Tasya untuk digendongnya.

"Apa mama tidak apa-apa kalau Tasya ikut ke sini?" tanya Farhan yang takut keberadaan Tasya akan mengganggu Niken.

"Tidak apa-apa, Yah. Ayah tenang saja." Naura mengetuk pintu rumah Niken. Tak lama, Niken membukakan pintu.

"Hai? Ayo masuk ...." Naura masuk ke rumah Niken.

"Ken!" panggil Farhan saat Niken akan masuk.

"Iya, Mas?"

"Apa tidak apa Tasya diajak ke sini?"

"Tidak apa-apa. Biar bagaimanapun, Tasya adik Naura sama Aira. Mereka juga harus menyayanginya."

"Makasih, Ken ...."

"Sama-sama."

"Kamu pucat, apa kamu sakit?" Farhan bertanya kepada Niken karena memang wajah Niken yang terlihat pucat.

Niken menatap Farhan lekat. Air mata menggenang di pelupuk matanya. 'Kenapa baru sekarang, di saat kita akan berpisah kamu baru perhatian padaku?'' tanya Niken dalam hati.
Sekuat tenaga ia menahan air matanya. "Tidak apa-apa. Aku sehat kok, Mas." Ingin rasanya Niken memberitahu Farhan bahwa dirinya sedang hamil. Namun, tidak. Ia yakin bahwa dirinya akan mampu membesarkan anaknya sendiri.

"Kamu yakin?"

"Iya."

"Baiklah. Sudah siang. Aku harus pergi."

"Hati-hati."

"Iya. Sekali lagi, terimakasih."
Farhan meninggalkan Niken kemudian masuk ke mobilnya. Setelah Farhan pergi, air mata Niken yang ditahannya berjatuhan. Tidak tahu kenapa, ia merasa sakit melihat keadaan Farhan yang sekarang. Farhan tampak lebih kurus. Mungkin lelah karena harus mengurus warungnya sendiri. Bukan hal mudah meng-handle 10 tempat yang berbeda hanya seorang diri. Apalagi dari Naura, Niken juga mendengar kalau Nadia sekarang sering sakit. Meskipun kata Naura, Nadia hanya tidak enak badan. Tetapi itu juga membuat Tasya rewel, yang mau tidak mau mengharuskan Farhan membawa Tasya saat Naura sedang sekolah.

Bukannya tidak mau membayar babysitter, tetapi Tasya yang tidak mau dengan sembarang orang. Sampai sekarang pun, Tasya masih belum mau digendong ibu Farhan. Apalagi orang baru. Yang ada, Tasya akan menangis histeris.

***

Bukan hanya Niken yang menahan air matanya. Farhan juga demikian. Akhirnya setelah berada di dalam mobil, air mata Farhan tumpah. Entah kenapa, sekarang Farhan lebih melankolis. Sudah sebulan  sikap keras Farhan menguap entah kemana. Ia sekarang menjadi lebih sabar.

Sesal dan rasa bersalah membuat Farhan tersiksa. Itu juga yang membuat nafsu makan Farhan sekarang berkurang. Yang akhirnya berimbas pada berat badannya yang menurun. Dan tubuhnya tampak kurus.

***

"Ayah jarang makan ya, Ra?" tanya Niken saat duduk bersama Naura di depan televisi sambil memangku Tasya.

"Kalo di rumah jarang, Ma. Kata ayah udah makan di luar. Sering pulang malam. Apalagi kalau hari Minggu." Memang sejak Niken yang memegang keuangan warung, Niken selalu melakukan pembukuan  satu minggu sekali, di hari Minggu. "Udah gitu, kalau pulang Tasya belum tidur, Tasya selalu nangis harus digendong ayah sampai tertidur. Kadang juga ayah nyampe ketiduran di kursi."

"Tante Nadia?"

"Tante Nadia sekarang sering nggak enak badan. Tadi aja pas aku mau ke sini, kelihatan pucat banget."

"Emang nggak berobat?"

"Katanya si udah, kalau ayah nanya. Ya mau gimana, kan ayah sibuk. Nggak bisa juga kalo harus nganterin ke dokter. Sekarang jarang masak. Aku suka mampir warung kalau pulang sekolah. Terus minta lauk ke sana." Naura menghela napas dalam. "Naura kasihan sama ayah. Dulu pas ada Mama, ayah nggak kaya gini banget. Tapi sekarang mau istirahat aja kayaknya susah banget."

"Maafin mama ya, Sayang."

"Kenapa Mama minta maaf?"

"Karena mama ikut andil menyebabkan ayah jadi seperti sekarang."

"Nggak apa-apa, Ma ... biar ayah itu sadar, kalau Mama itu berarti."

"Makasih, Sayang ...."

Naura memeluk Niken dari samping. "Naura sayang Mama ...."

"Mama juga sayang banget sama Naura."

***

Saat sedang berada di salah satu warungnya, Farhan mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan kalau Nadia pingsan. Akhirnya Farhan pulang ke rumahnya.

"Apa yang terjadi, Bu?"

"Tidak tahu. Waktu ibu ke;sini, Nadia sudah pingsan."

"Ayo kita bawa ke rumah sakit."

"Iya, ayo!"

Farhan dan ibunya langsung membawa Nadia ke rumah sakit. Nadia langsung dilarikan ke UGD. Menunggu lumayan lama, akhirnya dokter keluar dari ruang UGD. Dokter itu mengajak Farhan untuk ke ruangannya. Dokter menjelaskan kepada Farhan tentang kondisi Nadia. Ia tak menyangka jika cobaan lagi-lagi menimpa rumah tangganya.

"Bagaimana, Han? Apa kata dokter?" tanya ibu Farhan.

"Nadia sakit, Bu ...."

"Sakit? Sakit apa?"

"Nadia kena kanker payudara. Sudah stadium akhir, Bu ...."

"Masya Allah ... apa Nadia juga sudah tahu hal ini?"

"Aku tidak tahu, Bu."

"Kamu yang sabar. Ini cobaan buat kita. Apa kamu akan menghubungi keluarga Nadia?"

"Iya, Bu. Aku akan menghubungi mereka."

TBC.

***

Repost, 11.11.18
Repost, 24.09.23

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang