38. Cemburu?

60.3K 3.2K 123
                                    

Ekspresi Farhan seketika berubah. Ia melepas sandal kemudian melangkah masuk. Di pintu, ia menghentikan langkahnya saat melihat tangan Niken sedang berada di genggaman tangan Indra.

Niken langsung menarik tangannya saat melihat Farhan. "Ehm, Mas ...," sapa Niken salah tingkah merasa kepergok.

"Maaf ... ng ... itu, anu, si Dira ... si Dira ada?" tanya Farhan terbata, dia juga tidak kalah salah tingkahnya.

"Ada di dalam, Mas."

"Baiklah ... aku ... aku ke dalam ya ...." Niken mengangguk, kemudian Farhan meninggalkan Niken untuk menemui Dira.

"Siapa?" tanya Indra begitu Farhan sudah tidak terlihat lagi.

"Ayahnya anak-anak."

"Mantan suami kamu?" Niken mengangguk. "Sering ke sini?"

"Sering. Karena Dira juga lumayan dekat sama ayahnya," jawab Niken apa adanya.

"Kamu nggak takut dia akan membawa anak-anak kamu?"

"Aku nggak mau menghabiskan waktuku untuk berpikiran buruk ke orang."

"Ehm, maaf. Aku tidak bermaksud," sesal Indra.

"Tidak apa-apa."

"Kamu belum jawab pertanyaanku. Aku benar-benar serius dengan ucapanku. Aku berjanji akan membahagiakanmu."

"Ndra ... tidak semudah itu. Banyak yang harus dipertimbangkan. Ada anak-anak aku, keluarga kamu. Keluarga kamu belum tentu mau menerimaku. Apalagi aku janda dengan tiga anak," jawab Niken.

"Keluargaku membebaskanku dengan siapa aku ingin menikah. Jadi kamu tidak perlu takut untuk itu."

"Ndra, ake pernah gagal. Aku nggak bisa begitu saja mengambil keputusan kasih aku waktu," pinta Niken.

"Iya ... aku kasih kamu waktu. Aku harap, kamu memberiku jawaban sesuai dengan apa yang aku inginkan."

***

Di kamar Dira, yang juga kamar Niken, Farhan sedang bermain dengan putra bungsunya itu. Ada Aira juga di sana. Naura masuk dengan membawa makan siangnya. Naura memang tidak ingin melewatkan waktu sedikit pun jika Farhan sedang ada di tengah-tengah mereka.

"Om Indra sering ke sini, Ra?" tanya Farhan ingin menuntaskan rasa penasarannya.

"Kalau ke rumah sih jarang, tapi kalau ke cafe sering."

"Mereka pacaran?" tanya Farhan lagi.

"Kalau masalah itu Nuara nggak tahu, Yah ... Naura nggak pernah nanya. Kenapa? Ayah cemburu?"

Farhan tersenyum kecut. "Ayah nggak punya hak untuk cemburu."

"Tapi yang Naura lihat, Ayah cemburu. Ayah masih mencintai mama ya, Yah?" Naura menggali informasi lebih dalam.

"Kalau bicara cinta, ayah memang mencintai mama. Perasaan yang terlambat ayah sadari. Tapi ayah bisa apa, Ra? Ayah seperti ini sekarang. Ayah nggak punya apa-apa. Bisa bertahan pun, berkat belas kasihan mama kamu." Perasaan rendah diri Farhan makin bertambah, apalagi saat tahu jika ada pria lain yang terlihat mapan sedang mendekati Niken.

"Mama bukan wanita matre, Yah. Kalau memang Ayah mencintai mama, Ayah harus berjuang. Bukan dengan materi, tapi Ayah tunjukkan ke mama kalau Ayah benar-benar berubah. Ayah tunjukkan kalau Ayah memang mencintai mama. Hanya mama, tidak ada yang lain." Meskipun masih remaja, Naura adalah teman curhat yang baik bagi Farhan. Mereka sering bertukar pikiran.

"Tadinya ayah memang ingin berjuang mendapatkan hati mama lagi, tapi melihat ayah ada saingan, ayah jadi ragu. Apalagi ayah kan nggak bisa fokus ke mama. Ada Tasya juga yang harus ayah perhatikan."

"Kenapa Tasya nggak diajak ke sini, Yah? Tasya pasti seneng ketemu mama."

"Kan mama lagi sakit, kasihan mama. Kalau ayah ajak Tasya, pasti Tasya minta gendong sama mama."

"Iya juga, sih. Cuma itu masukan Naura buat Ayah. Naura nggak bisa bantu. Kalau Ayah mau dapetin mama lagi, Ayah harus berjuang satu lawan satu sama Om Indra." Naura memainkan alisnya bermaksud menggoda ayahnya.

***

"Kapan kamu kontrol?"

"Sore ini, jam lima."

Indra melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. "Sudah jam empat. Aku yang antar, ya ...."

"Nggak usah, nanti ganggu waktu kamu," tolak Niken halus.

"Nggak. Aku nggak keganggu. Atau, mantan suami kamu yang nemenin kamu kontrol?"

"Hah? Nggak ...."

"Ya, udah. Aku akan nemenin kamu."

"Baiklah. Aku asar dulu, sekalian ganti baju, ya ...."

"Ok, aku juga mau ke mushola. Nanti aku ke sini lagi." Niken mengangguk. Indra memang suka salat di mushola dekat rumah Niken jika sedang berkunjung ke rumah Niken, bertemu dengan waktu salat.

***

Niken masuk ke kamar saat Farhan sedang bermain bersama Dira dan Aira. Niken mendorong kursi rodanya mendekati mereka.

"Halo, Sayang ...," sapa Niken kepada putra dan putrinya.

"Sudah pulang?" tanya Farhan datar.

"Siapa?"

"Pria tadi."

"Oh, sedang salat di mushola. Mau mengantarku kontrol nanti," jawab Niken sambil mengamati raut wajah Farhan. Ia ingin tahu bagaiamana perasaan Farhan sebenarnya.

"Biar Dira aku yang jaga."

"Baiklah. Maaf, Mas ... aku mau ganti baju. Bisakah Mas keluar dulu?"

"Aira, yuk kita keluar! Kita ajak Dira jalan-jalan. Nggak apa-apa, kan, aku ajak Dira jalan-jalan sore ini?" Farhan meminta izin Niken.

"Iya, Mas ...."

Farhan membawa Dira dalam gendongannya. Aira sudah keluar kamar lebih dulu. Sampai di pintu, Farhan berhenti kemudian mmbalikkan tubuhnya. "Apa dia pria spesial buat kamu?"

"Hanya teman."

"Sepertinya dia menaruh hati padamu, apa kamu akan menerimanya jika dia melamarmu?" Niken tidak menjawab pertanyaan Farhan. "Ehm, maaf. Aku sudah lancang. Aku bawa Dira pergi, aku pastikan sudah kembali sebelum jam sembilan malam." Akhirnya Farhan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Niken.

Niken termangu di tempatnya. Ada perasaan iba dalam hati Niken untuk Farhan. Bahkan, ada rasa tidak rela saat Farhan seolah tidak akan mengapa jika Niken menerima pria lain. Meskipun Farhan sudah begitu dalam menyakitinya, tidak mudah bagi Niken untuk melupakan mantan suaminya begitu saja. Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Memang, saat Farhan menikah lagi Niken merasa sudah mati rasa. Tetapi saat mereka telah resmi bercerai dan Farhan mulai berubah, ada perasaan asing yang menyusup hatinya. Bahkan perasaan yang tidak pernah Niken rasakan selama Farhan masih sah menjadi suaminya.

Tbc.

29.11.18
Repost, 15.10.23

Semua ceritaku sebenarnya sudah dipindah ke aplikasi Dreame atau Innovel. Jadi, kalau yang ingin cepat-cepat baca sampai tamat, bisa langsung ke sana. Akunku Penjaga.Hati.

Tenang ... aku akan republish di wattpad sampai tamat juga, kok. Tapi nanti setelah tamat, akan aku unpublish sebagian lagi. Karena semua ceritaku sudah bukan murni milikku lagi. Ada kontrak yang nggak bisa dilanggar.

Kontrakku sebagai penulis eksklusif di sana akan benar-benar berakhir di akhir November 2023 nanti. Jadi, aku baru bisa menulis atau publish cerita baru setelah itu. Sambil menunggu, aku juga akan republish ceritaku yang lain, seperti Cinta Sendiri, dan lainnya. Tapi ... gantian, ya. Satu-satu.

Oya, aku juga ganti nama pena menjadi Rini Ka (nama asliku). Penjaga Hati/Penjaga_Hati11/Penjaga.Hati, sudah tidak aku gunakan lagi.

Jangan lupa follow, ya ... terus masukkan ceritaku ke library, biar nggak ketinggalan pas aku publish cerita ❤️🤍

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang