36. Untitle

82.9K 5.5K 876
                                    

Delapan Belas Bulan Kemudian ....

"Kamu nggak mencoba untuk rujuk sama Niken?" tanya ibu Farhan yang sedang berkunjung ke rumah Farhan.

"Mana aku berani, Bu. Aku sudah terlalu sering menyakitinya. Sudah terlalu banyak luka yang aku torehkan. Ditambah lagi dengan keadaanku sekarang, rasanya tidak mungkin aku rujuk dengannya?" jawab Farhan pasrah.

"Apa dia sudah memiliki calon suami?"

"Aku tidak tahu, Bu. Yang aku dengar, dia sekarang konsen dengan cafenya juga warung milik Naura dan Aira."

"Kamu tidak kasihan dengan Tasya? Dia butuh seorang ibu. Jika dia mau, ibu mau mengasuhnya. Tapi kenyataannya, anaknya tidak mau dengan siapa pun. Begitu juga dengan Dira. Dia membutuhkanmu."

"Dan anehnya, dia hanya mau denganku dan Niken. Jika kami bertemu." Senyum tersungging di bibir Farhan mengingat Dira, putranya.

"Apa kamu tidak merasa jika itu adalah petunjuk?" Ibu Farhan masih sangat berharap Niken dan Farhan akan rujuk.

"Aku tidak berani menyimpulkan, Bu."

"Cobaan yang kamu hadapi sudah cukup memberimu pelajaran. Tetaplah seperti ini. Berubah menjadi lebih baik. Jika memang Niken tidak ada pria lain, cobalah untuk meraih hatinya kembali. Ibu yakin, kalian sebenarnya masih saling mencintai. Apa yang terjadi kemarin, sebenarnya adalah cobaan untuk kalian. Hanya saja kalian yang tidak mampu melawan ego kalian. Anak-anak juga pasti senang jika kalian bisa berkumpul kembali."

"Aku tidak mau orang beranggapan jika aku hanya memanfaatkan Niken. Apalagi sekarang dia sukses. Sementara aku hanya memiliki satu warung itu pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja."

"Kenapa harus memikirkan orang lain? Kamu tidak lihat, Dira juga butuh kamu sebagai ayahnya. Cobalah Nak, berjuanglah. Tunjukkan pada Niken dan anak-anakmu, kalau kamu sudah berubah. Kalau kamu ayah yang baik. Bukan lagi ayah yang suka marah-marah ...."

"Iya, Bu, aku akan coba."

Semenjak kepergiaan Nadia, Farhan memang telah berubah. Bukan semata-mata karena kepergian Nadia, tapi juga karena perpisahannya dengan Niken dan Niken yang menolak permintaan Nadia yang meminta mereka untuk rujuk yang membuatnya kian terpuruk. Tetapi itu juga yang membuatnya menjadi berubah ke arah yang lebih baik lagi.

***

"Halo anak Ayah ...," sapa Farhan saat Niken datang berkunjung ke warung bersama Dira. Saat ini Dira sudah berusia setahun lebih. Sedangkan Tasya berusia dua tahun. Dira yang berada dalam gendongan Niken langsung mengulurkan tangan agar sang ayah menggendongnya. Sementara Niken menghampiri Tasya yang sedang bermain di salah satu sudut ruangan warung.

"Tasya ...," panggil Niken setelah berada di belakang Tasya. Tasya membalikkan tubuhnya.

"Mama ...." Niken memang membiarkan Tasya memanggilnya mama. Sebenarnya, dalam hati Niken terbesit keinginan untuk rujuk dengan Farhan. Tetapi ia juga tidak ingin gegabah. Apalagi sekarang, Farhan seperti rendah diri bila bersama Niken. Farhan juga tidak pernah membahas apa pun yang menyangkut tentang hubungan mereka.

"Tasya main apa, Sayang?"

"Main asat-asatan, Ma," jawab Tasya dengan suara cadelnya.

"Tasya udah pinter ya sekarang ...."

"Iya dong, Ma, Tasa halus pintel. Kalo nda pintel, katian ayah. Ayah udah tape telja."

"Ih ... anak mama makin pinter. Peluk mama dong sini." Dengan semangat Tasya memeluk Niken.

'Ken, seandainya keadaanku tidak seperti ini, aku pasti sudah mengajakmu untuk rujuk. Tapi untuk saat ini, rasanya tidak mungkin. Aku berharap kamu bisa menungguku sampai aku pantas mendampingimu,' ucap Farhan dalam hati yang sedari tadi terus memperhatikan interaksi antara mantan istri dan putri bungsunya.

***

Dulu, aku publish di wattpad cuma sampe sini. Kalo sekarang, mau lanjut apa juga cukup sampe sini, nih? ^.^

📝01.03.18
Repost, 23.11.18
Repost, 13.10.23

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang