"MAS! Awas!!!" Niken refleks berteriak saat melihat sebuah truk melaju kencang ke arah mobilnya.Mulut wanita itu terus mengucap zikir. Tangannya erat memeluk Dira yang berada di pangkuannya. Seolah memahami apa yang terjadi, batita itu juga memegangi baju Niken dengan erat.
Indra mencoba untuk tidak panik agar bisa fokus menyetir. Medan yang sedang dilaluinya memang sangat rawan kecelakaan. Jalan menanjak dengan kanan-kiri tanpa pembatas jalan membuatnya tak bisa berkutik.
Truk makin mendekat ke mobil mereka tak terkendali. Tampaknya kendaraan besar itu mengalami rem blong.
Berharap bisa terselamatkan dari truk di depannya, Indra banting stir ke arah kiri. Namun, Indra yang tidak menguasai medan, mobilnya menggelinding ke ladang milik warga setempat.
Begitu juga dengan truk itu. Sang sopir banting stir ke arah kirinya saat dirasa jalanan lebih lengang. Sayang, sopir itu terlambat mengambil tindakan.
***
Naura dan Aira sedang membantu Farhan di warung.
"Kenapa kalian nggak ikut Mama?" tanya Farhan yang sebenarnya merasa tidak enak hati pada Niken dan Indra.
"Kami malas, Yah. Apalagi kami nggak kenal teman Papa Indra. Kalau teman Mama, mungkin kami mau ikut. Lagian, pasti capek juga. Mending di sini. Biarpun capek, tapi bisa kumpul sama Ayah. Iya, nggak, Ra?!" Naura meminta persetujuan Aira.
"Betul, Yah. Aira udah lama nggak kumpul bareng Ayah," sahut Aira.
"Maafkan Ayah, ya ... karena Ayah, kalian jadi harus merasakan ini...."
"Udah, Yah ... jangan menyalahkan diri Ayah terus. Yang penting buat kami, kami masih bisa bareng Ayah."
Farhan memeluk kedua putrinya dengan erat. Yang dibalas oleh Naura dan Aira tak kalah erat.
***
Warga yang tengah sibuk bekerja di ladang, langsung menghampiri mobil Indra. Untung saja, mobil tidak meledak, hanya mobil sudah tidak berbentuk. Penyok sana-sini. Dan untungnya lagi, mobil Indra tidak menabrak warga yang sedang bekerja di ladang mereka.
Warga mengerumuni mobil Indra.
"Mereka masih hidup," seru salah satu warga, hingga membuat warga yang lain makin mendekat untuk menolong.
Warga berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.
"Tolong selamatkan istri dan anak saya, Pak," rintih Indra saat mendengar ada suara laki-laki berbicara di dekatnya.
Saat tadi mobilnya tak bisa lagi dikendalikan, yang ada dipikiran Indra hanya satu. Niken dan Dira harus selamat.
Kondisi Indra saat ini, wajahnya penuh luka akibat kaca mobil yang pecah mengenai wajahnya. Keningnya juga mengeluarkan darah. Saat tadi mobilnya menggelinding, memang sempat membentur batu yang cukup besar. Hingga membuat kaca mobilnya pecah.
Sedangkan Niken, ia kini dalam keadaan pingsan dengan Dira yang berada dalam pelukannya. Tubuhnya condong ke depan, kepalanya menutupi seluruh wajah putranya. Dira juga tidak sadarkan diri.
Dengan susah payah, akhirnya warga bisa mengeluarkan mereka dari dalam mobil. Tidak lama, mobil ambulans datang karena ada salah satu warga yang menghubungi.
Indra, Niken, dan Dira akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
***
Naura dan Aira sedang menangis dalam pelukan sang ayah. Beberapa menit yang lalu, ada panggilan masuk ke ponsel Naura. Orang yang menelepon itu memberi kabar tentang kecelakaan yang dialami Indra dan Niken. Juga memberitahukan rumah sakit tempat sepasang suami istri itu berada. Nomor Naura memang nomor telepon terakhir yang dihubungi Niken. Warga menemukannya saat mereka sedang mencari kartu identitas Niken di dalam tas wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Seorang Istri
ChickLitSaat pertama kau melukai, aku masih bertahan. Saat kedua kalinya, aku pun masih demikian. Namun, ketika bertubi-tubi kamu melakukannya, aku memilih untuk pergi. -Niken-