40

43.7K 3K 160
                                    

Setelah Tasya benar-benar tidur pulas, Farhan membawa putrinya itu untuk pulang. Sepeninggal Farhan dari rumahnya, Niken merasa kosong. Sudah benar-benar berakhirkah kebersamaannya bersama Farhan?

Naura masuk ke kamarnya setelah mengantar ayahnya ke mobil. Melihat mamanya melamun, Naura menghampiri.

"Ma...."

"Iya, Sayang?" jawab Niken sambil menengokkan kepalanya ke putri sulungnya.

"Udah malam. Tidur, Ma. Naura antar ke kamar, ya?"

Niken mengangguk.

Setelah mengantar Niken, Naura kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, Naura tidak langsung tidur. Ia memikirkan ucapan Farhan di mobil tadi sebelum ayahnya itu pulang.

"Maafkan Ayah yang belum bisa jadi ayah yang baik ya, Ra?!"

"Ayah ngomong apa, sih, Yah?"

"Selama ini, Ayah terlalu egois. Ayah tidak memikirkan mamamu. Kami sudah bercerai, tapi Ayah masih saja merepotkan kalian. Ayah juga tidak memikirkan bagaimana anggapan orang-orang tentang Ayah yang sering datang ke sini."

"Kenapa Ayah ngomong gitu?"

"Nggak kenapa-kenapa. Ayah baru disadarkan. Mulai besok, Ayah janji, Ayah akan berusaha untuk tidak merepotkan kalian lagi."

"Nggak ada yang direpotkan, Yah...."

"Mulai besok, kita ketemunya di warung aja, ya. Ayah akan ngomong ke kamu, kalau Ayah pengin ketemu Dira."

Tanpa bisa dicegah, air mata Naura menetes. Farhan langsung memeluk putrinya, ia pun ikut menangis.

"Maafkan, Ayah, Sayang. Maafkan Ayah. Semua ini karena Ayah. Semua salah Ayah. Gara-gara Ayah, kita jadi seperti ini." Farhan mengecup puncak kepala Naura. Remaja itu tak mampu berkata-kata.

Mereka menangis dalam diam agar tidak mengganggu tidur Tasya yang berada di jok belakang.

Farhan menjauhkan tubuhnya. Ia menghapus air mata di pipi Naura.

"Sudah, jangan menangis. Sana masuk! Pasti Mama sudah menunggu."

Naura mngangguk. "Naura sayang Ayah."

"Ayah juga sayang Naura, sayang semua anak Ayah." Setelah itu, Naura turun dari mobil Farhan kemudian masuk rumah.

"Yah, jika boleh meminta, Naura ingin kita kembali bersama. Tapi, Naura tidak ingin menyakiti Mama. Naura takut, Mama masih trauma. Ya Tuhan, berikanlah kami yang terbaik. Apa pun yang menjadi takdirMu, kami terima," doa Naura sebelum ia memejamkan matanya.

***

Esoknya seperti biasa, Farhan menjemput Naura dan Aira. Hanya saja, kali ini ia menunggu di mobil karena ingin menata hatinya. Mencoba legowo dengan takdir yang tidak mngizinkannya kembali bersama Niken. Farhan mencobanya dengan mengurangi waktu bertemu Niken.

Naura dan Aira keluar. Niken mengantarnya sampai teras rumah. Saat melihat ke arah mobil Farhan, Farhan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Niken pun membalas senyum Farhan.

Naura dan Aira mencium tangan Niken, kemudian segera menghampiri mobil dan masuk agar tidak kesiangan. Mobil Farhan berlalu setelah sebelumnya ia membunyikan klakson sebagai tanda pamit kepada Niken.

Niken terpaku di kursi rodanya. Apa Farhan benar-benar akan menjauhinya? Atau, apakah sudah ada wanita lain lagi di hati mantan suaminya itu, sehingga ia mulai menghindar? Tanpa terasa air matanya menetes. Selama ini ia menjaga hubungannya dengan Farhan, dengan harapan mereka masih bisa bersama. Terdengar klise memang. Tetapi bagi Niken, menjalin hubungan lagi dengan pria lain itu tidak mudah. Iya jika pria itu nantinya lebih baik dari Farhan, jika tidak? Ia bisa hidup sendiri tanpa suami. Tetapi bagaimana dengan anak-anak? Mereka tetap membutuhkan figur seorang ayah. Namun, jika memang telah ada wanita lain lagi di hidup Farhan, Niken tidak bisa berbuat apa-apa.

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang