14. NAURA SADNESS

60.9K 4.6K 439
                                    

Niken masih setia menunggu suami dan anak-anaknya. Makanan yang telah disiapkannya pun masih belum tersentuh. Azan magrib berkumandang. Niken memilih untuk mengunci semua jendela dan menutup gordennya. Setelah itu ia memilih untuk melaksanakan kewajibannya.

Cemas menggelayuti hati Niken. Belum ada satu nomor pun yang bisa ia hubungi. Akhirnya ia putuskan untuk menghubungi Nadia lewat akun messenger-nya. Karena hanya itu yang Niken tahu dari Nadia.

Setengah jam menunggu, belum ada tanda-tanda pesannya dibaca oleh Nadia. Niken membuka akun facebook-nya. Di sana tampak Farhan sedang melakukan siaran langsung. Niken menontonnya. Hatinya hancur. Di sana ia melihat Farhan bersama Nadia juga kedua anaknya sedang melakukan acara bakar-bakar ikan di depan sebuah vila. Semua terlihat bahagia, kecuali Naura. Dalam siaran langsung itu, Naura terlihat murung tidak seperti Aira. Bagi Niken, dia tak apa jika memang Farhan tak lagi menginginkannya. Tetapi ia tak sanggup jika harus hidup tanpa kedua anaknya, jika harus melihat anaknya bahagia bersama wanita lain yang menjadi ibu tiri mereka.

Dengan air mata yang mengalir dalam diamnya, Niken membereskan seluruh isi meja. Ia bisa menjamin, jika tak ada yang akan pulang malam ini.

***

Esoknya, pagi sekali Niken sudah pergi meninggalkan rumah. Ia ingin melupakan sejenak permasalahan yang tengah dihadapinya. Pergi kemana pun roda sepeda motornya berputar. Hingga berhenti tak jauh dari rumah mertuanya, rasanya ia ingin berkeluh kesah padanya, menceritakan apa yang dirasakannya. Namun, hal itu ia urungkan. Karena sudah pasti tak akan ada yang bisa dilakukan ibu mertuanya.

***

Jam delapan pagi, Farhan, Nadia, Naura dan Aira keluar dari vila. Sebelum pulang ke rumah, mereka mencari tempat untuk sarapan terlebih dahulu. Naura dari kemarin hanya diam saja tanpa menanggapi apa pun yang dilakukan dan dibicarakan ketiga orang di sekelilingnya.

"Naura mau makan apa, Sayang?" tanya Nadia.
"Apa saja," Jawab Naura pelan tanpa minat.

Semua menyantap sarapan mereka dalam keheningan. Hanya Aira yang sesekali berceloteh. Usai sarapan, mereka melanjutkan perjalanan mereka.

**

Farhan mengantar Nadia ke rumahnya terlebih dahulu. Setelah itu baru Farhan pulang kerumahnya yang ia tempati bersama Niken dan anak-anak. Rumah tampak sepi. Sepeda motor Niken juga tak terlihat di garasi. Untungnya Farhan selalu membawa kunci pintu cadangan setiap ia pergi sehingga bisa masuk ke rumahnya.

Usai mengganti bajunya, Naura merasa tenggorokannya kering. Keluar kamar menuju dapur, berniat mengambil air es di dalam kulkas. Membuka pintu kulkas, Naura menemukan sebuah kue tart yang masih utuh. Naura mengambilnya, ada tulisan "SELAMAT ULANG TAHUN AIRA" di sana.

Naura meletakkan kue itu di atas meja. Air matanya mengalir tanpa bisa ia cegah. Naura yakin, mamanya berniat memberi kejutan ulang tahun untuk adiknya. Ia teringat pada ponselnya yang kehabisan baterai. Begitu sampai di vila, tidak terpikirkan  olehnya untuk mengisi baterai ponselnya. Karena memang sudah terlanjur badmood. Setengah berlari, Naura menuju kamarnya. Mengambil ponsel dalam tasnya. Kemudian segera mengecharge ponselnya. Setelah menunggu beberapa saat, Naura menyalakan ponselnya. Tak lama banyak notifikasi masuk ke ponselnya.

Kamu di mana sayang?
Apa sama ayah?

Kenapa belum juga sampai rumah?

Tidak terjadi hal buruk kan?

Banyak pesan masuk yang kebanyakan dari Niken yang menanyakan keberadaan mereka kemarin. Dengan tangan gemetar karena bahunya yang juga naik turun akibat tangisnya, Naura mencoba menghubungi Niken. Namun sayang, ponsel Niken tidak aktif.

"Ma, mama di mana? Mama cepetan pulang Ma ...," ucap Naura di tengah isak tangisnya.

***

Waktu menunjukan pukul lima sore. Namun Niken belum juga kembali.

"Di mana mamamu? Kenapa belum pulang?" tanya Farhan pada Naura yang sedang duduk  di depan televisi.

"Ayah kan suaminya, kenapa nggak nyoba menghubungi mama?"

"Nomornya nggak aktif."

"Yah, kalo Ayah cuma mau nyakitin mama, kenapa Ayah nggak pisah aja sama mama, Yah?!"

"Itu urusan orang dewasa, Naura."

"Naura tahu. Tapi Naura anak kalian. Untuk apa mama sama Ayah mempertahankan rumah tangga ini, kalau akhirnya cuma nyakitin mama."

"Ayah sudah pernah bilang sama kamu, cukup pikirkan sekolahmu. Tidak perlu memikirkan hal lain selain itu!"

"Yah, apa Ayah tahu? Kemarin mama menunggu kita untuk merayakan ulang tahun Aira. Kenapa Ayah bilang kalau mama nggak mau waktu diajak? Ayah bohong, kan?!"

"Kemarin ayah hanya kesal sama mama."

"Kenapa dari dulu hati Ayah selalu keras sama mama? Kenapa dari dulu Ayah nggak pernah menghargai mama? Yah, Naura dan Aira perempuan. Ayah nggak takut, kami yang akan dapat karma dari perbuatan Ayah? Ayah rela jika kami disakiti suami kami seperti Ayah menyakiti mama?"

"Untuk apa kamu berpikir sampai sejauh itu? Lagipula, tidak ada karma dalam agama kita."

"Jika Ayah tahu agama, kenapa Ayah selalu mendzalimi istri Ayah? Orang yang seharusnya Ayah sayang?"

"Stop Naura! Berhenti mengurusi urusan Ayah!"

"Aku hanya ingin Ayah berhenti menyakiti mama, Yah!"

"Kalau kamu mau ayah menceraikan mamamu, apa kamu mau tetap tinggal bersama ayah? Dan menuruti semua kemauan Ayah? Termasuk untuk tidak bertemu mamamu?"

TBC.

***

Mataku berkaca-kaca baca ucapan-ucapan Naura 😅

***

📝20.01.18
Repost, 25.10.18
Repost, 12.09.23

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang