33. BENALU

78.5K 5.6K 415
                                    

Kondisi Nadia dikatakan dokter mulai membaik. Wajah Nadia pun sudah tidak sepucat saat awal Nadia menjalani kemoterapi. Ibu Nadia senang untuk itu. Ia berniat untuk mengajak Nadia tinggal bersamanya begitu dia sembuh. Ia tidak mau Nadia terus menerus dihantui rasa bersalah karena kehancuran rumah tangga Farhan dan Niken. Apalagi ibu Nadia pernah mendengar pembicaraan Farhan dan ibunya bahwa Farhan masih sangat mencintai Niken. Nadia juga sudah menyetujui saran ibunya. Siapa tahu dengan dirinya pergi, Niken mau kembali rujuk dengan Farhan.

"Ibu senang kondisi Nadia mulai membaik, Han, " ucap ibu Farhan saat sedang duduk berdua bersama Farhan.

"Iya, Bu, aku juga senang."

"Bagaimana warung kamu, Han?"
Bukannya menjawab, Farhan hanya menghela napas.

"Kenapa?"

"Warung makin sepi, Bu. Aku juga nggak tahu. Padahal kualitas makanannya masih sama, Bu."

"Keempatnya?"

"Yang dua, Bu. Yang duanya lagi masih lumayan."

"Nadia masih harus kemo?"

"Masih, Bu. Untungnya Niken sangat baik. Sehingga aku bisa memakai uang tabungan yang seharusnya untuknya."

"Dia memang baik. Kamu yang buta dengan kebaikannya. Seandainya kamu dulu nggak suka marah-marah, ibu pasti sudah menasehatimu untuk tidak menikah lagi. Sayangnya kamu dulu suka marah-marah dan tidak pernah mau mendengar omongan ibu."

"Maafkan aku ya, Bu," ucap Farhan tulus. Tangannya menggenggam tangan wanita yang sudah melahirkannya.

"Sudahlah. Ibu juga minta maaf karena ibu dulu meninggalkanmu. Sehingga tidak ada yang mengarahkanmu, membuat kamu jadi pribadi yang keras dan suka marah-marah. Oh iya, bagaimana kabar Niken? Bagaimana kabar bayi kalian?"

"Sehat, Bu. Niken sehat. Bayi kami juga sehat. Kemarin baru saja aku menemani Niken USG. Dokter bilang tinggal menunggu dua minggu lagi kalau sesuai HPL."

"Apa kamu akan menemaninya saat dia lahiran?"

"Iya, Bu, aku akan menemaninya. Aku ingin Niken tahu, sekalipun aku bukan lagi suaminya, aku akan bertanggungjawab penuh atas anak kami. Aku juga ingin Niken tahu kalau aku masih mencintainya."

***

(Nadia)

Dokter mengatakan jika kondisiku membaik. Aku senang. Setelah sembuh, aku akan pergi dari rumah ini. Aku harus memastikan bahwa aku sehat, sehingga nanti aku bisa bekerja untuk membiayai hidupku juga Tasya. Ibuku terus meyakinkanku, kalau aku pasti bisa hidup tanpa Mas Farhan. Karena dulu aku sudah terbiasa mandiri.

Saat ini Mas Farhan sedang bersama ibunya. Yang juga ibu mertuaku. Sedangkan ibuku sedang mengajak Tasya jalan-jalan sore. Awalnya memang menangis, tapi karena ibu langsung membawanya pergi, Tasya jadi mau ikut ibu. Asalkan tidak melihat Mas Farhan, pasti Tasya tidak akan menangis. Karena Tasya memang sangat manja kepada Mas Farhan.

Aku melewati ruang tengah. aku dengar Mas Farhan sedang berbincang dengan ibu.
"Ibu senang kondisi Nadia mulai membaik, Han."
"Iya Bu, aku juga senang."
"Bagaimana warung kamu, Han? Kenapa?"
"Warung makin sepi, Bu. Aku juga nggak tahu. Padahal kualitas makanannya masih sama, Bu."
"Keempatnya?"
"Yang dua, Bu. Yang duanya lagi masih lumayan."
"Nadia masih harus kemo?"
"Masih, Bu. Untungnya Niken sangat baik. Sehingga aku bisa memakai uang tabungan yang seharusnya untuknya."
"Dia memang baik. Kamu yang buta dengan kebaikannya. Seandainya kamu dulu nggak suka marah-marah, ibu pasti sudah menasehatimu untuk tidak menikah lagi. Sayangnya kamu dulu suka marah-marah dan tidak pernah mau mendengar omongan ibu."
"Maafkan aku ya, Bu."
"Sudahlah. Ibu juga minta maaf, karena ibu dulu meninggalkanmu. Sehingga tidak ada yang mengarahkanmu, membuat kamu jadi pribadi yang keras dan suka marah-marah. Oh iya, bagaimana kabar Niken? Bagaimana kabar bayi kalian?"
"Sehat, Bu. Niken sehat. Bayi kami juga sehat. Kemarin baru saja aku menemani Niken USG. Dokter bilang tinggal menunggu tiga mingu lagi kalau sesuai HPL."
"Apa kamu akan menemaninya saat dia lahiran?"
"IYA, Bu, aku akan menemaninya. Aku ingin Niken tahu, sekalipun aku bukan lagi suaminya, aku akan bertanggungjawab penuh atas anak kami. Aku juga ingin Niken tahu kalau aku masih mencintainya."

Aku membekap mulutku, kenapa Mbak Niken harus sebaik itu? Kenapa setelah aku menghancurkan rumah tangganya, dia masih saja baik kepadaku? Bahkan ikut membantu pengobatanku. Seandainya waktu bisa aku putar, aku ingin kembali ke waktu sebelum aku mengenal Mas Farhan. Agar aku tidak menjadi benalu untuk mereka.

TBC.

📝26.02.18
Repost, 17.11.18
Repost, 10.10.23

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang