Nadia yang sedang mandi menjadi terburu-buru saat mendengar suara tangis bayinya. Namun, tak lama ia mengernyit karena suara tangisan itu tidak didengarnya lagi. Dengan tergesa ia segera memakai jubah mandi untuk menutupi tubuhnya."Mbak Niken?!" ucap Nadia dengan sedikit kaget karena melihat Niken sedang menggendong bayinya. "Maaf Mbak, sudah merepotkan Mbak," lanjut Nadia sambil meraih bayinya.
"Kalo kamu merasa kerepotan, mintalah pada Mas Farhan untuk mencari baby siter. Kalo takut mahal, carilah asisten rumah tangga. Kasian anak kamu, ditinggal sampai nangis begitu."
"Iya, Mbak."
Tanpa menjawab, Niken keluar dari kamar Nadia. Nadia tersenyum, ia senang karena meskipun Niken membencinya, tetapi ia masih mau menggendong anaknya.
***
Dua minggu kemudian, Farhan masuk ke kamar Niken saat Niken sedang menghanduki rambutnya usai keramas. Bau sampo yang menguar membuat Farhan mendekati Niken. Tanpa aba-aba Farhan memeluk Niken.
"Apa sih, Mas?!" Niken mencoba lepas dari kungkungan lengan Farhan.
"Kenapa? Aku masih suami kamu?"
"Tolong, Mas ...."
"Apa segitu jijiknya kamu sama aku? Sampai aku memelukmu saja kamu menolak? Aku tidak meniduri pelacur, aku tidak meniduri jalang. Aku hanya meniduri wanita yang juga istriku. Kenapa kamu seperti ini?" Farhan mulai tersulut emosi.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya belum bisa melupakan rasa sakit hati aku. Tolong, jangan paksa aku untuk saat ini," pinta Niken yang mulai meneteskan air matanya.
Bukannya melepaskan, Farhan justru semakin erat memeluk Niken. Memaksa Niken untuk mendongakkan kepalanya. Mata mereka bertemu. Melihat air mata Niken, tidak membuat Farhan luluh. Farhan mencium Niken dengan paksa. Menggigit bibir Niken. Niken mencoba memberontak, namun tenaganya tidak lebih besar dari Farhan. Farhan mendorong tubuh Niken hingga ke ranjang.
"Tolong Mas ... jangan seperti ini ...," mohon Niken.
"Kamu yang meminta aku seperti ini. Kamu yang membuatku memaksamu." Niken masih memberontak. Hingga akhirnya ia menyerah.
Malam itu menjadi saksi Niken diperkosa oleh suaminya sendiri.
***
Sejak malam itu, sikap Niken makin dingin kepada Farhan. Bahkan ia mencoba untuk tidak berada di satu ruangan yang sama dengan pria yang masih sah menjadi suaminya itu.
"Mas ada masalah dengan Mbak Niken?" tanya Nadia.
"Masalah biasa," jawab Farhan.
"Mas, aku minta maaf. Karena kehadiranku, makin menambah runyam keluarga Mas. Apa tidak sebaiknya kalau kita bercerai saja, Mas?" tanya Nadia ragu-ragu.
"Kamu bicara apa?! Tidak akan ada yang aku ceraikan. Tidak kamu, tidak juga Niken."
"Tapi Mas, aku hanya ingin keluarga Mas kembali utuh."
"Kamu mulai membangkang?!"
"Bukan begitu, Mas ...."
"Sudahlah. Jangan pernah bahas ini lagi!"
***
"Aku tahu kamu sedang menghindariku. Kamu sedang marah padaku. Terserah mau sampai kapan kamu seperti itu." Niken sudah berniat meninggalkan Farhan. Namun, cekalan di lengannya membuatnya mengurungkannya.
"Aku mau minta tolong padamu. Tolong, besok temani Nadia imunisasi anak kami."
"Kapan kamu peka, Mas?! Dari dulu aku selalu menolak apa pun yang berhubungan dengannya. Tapi kenapa kamu selalu mengujiku?"
"Kali ini saja. Aku minta tolong."
"Kamu ingat, dari kedua anak kita, apa kamu pernah peduli apa pun yang berhubungan dengan mereka? Apa-apa aku sendiri. Tapi kenapa sekarang kamu begitu memanjakannya. Dia sudah dewasa. Dia punya mulut yang bisa dia gunakan untuk bertanya, seandainya ada yang tidak dia mengerti di tempat imunisasi."
"Kamu egois!"
"Egois mana antara aku sama Mas?!"
"Lalu? Kamu ingin balas dendam?!"
"Aku capek seperti ini! Aku lelah!"
"Kalo kamu capek, kalo kamu lelah, kamu bisa pergi dari sini! Aku tidak akan menahanmu. Tapi ingat! Jangan pernah bawa anak-anak!" Dengan emosi yang masih di ubun-ubun, Farhan meninggalkan Niken dalam keterkejutannya.
Niken terkejut dengan kalimat pengusiran yang Farhan ucapkan. Setelah sekian lama, akhirnya Farhan mengucapkan kata-kata itu lagi. Jika dulu Niken bertahan, maka kali ini Niken lebih memilih menuruti kata-kata Farhan.
TBC.
***
📝13.02.18
Repost, 01.11.18
Repost, 19.09.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Seorang Istri
ChickLitSaat pertama kau melukai, aku masih bertahan. Saat kedua kalinya, aku pun masih demikian. Namun, ketika bertubi-tubi kamu melakukannya, aku memilih untuk pergi. -Niken-