49

35.9K 2.6K 122
                                    

Cerita ini juga bisa ditonton di YouTube Rini Ka, ya... ada  cerita yang lain juga. Bantu SUBSCRIBE ya, semua... terima kasih 😘💕

Pukul sepuluh malam, mobil Farhan baru sampai di depan rumah. Tidak ingin mengganggu orang rumah yang mungkin saja sudah tidur, ia turun dari mobil, membuka pintu pagar lalu memasukkan mobilnya. Rumah Niken memang tidak memiliki garasi khusus. Hanya ruang terbuka di samping teras, yang muat untuk sebuah mobil dan dua sepeda motor.

Setelah mengunci mobil dan pintu pagar, Farhan masuk ke rumah. Pintu memang tidak dikunci. Lampu ruang tamu sudah dipadamkan. Tidak ada tanda-tanda penghuni rumah masih terjaga. Pria segera melangkah menuju kamar.

Setelah berada di dalam kamar, tampak Niken yang masih terjaga duduk di sofa yang biasa ditiduri Farhan.

"Belum tidur?" tanya Farhan lembut.

"Belum. Lagi nunggu orang yang pulang terlambat tapi nggak ngasih kabar," jawab Niken datar.

Farhan tersenyum. "Maaf, aku udah bilang ke Naura tadi siang."

"Apa kuota Mas tidak cukup untuk mengirimi istri Mas pesan?!"

Farhan tersenyum lagi. "Maaf ... besok-besok kalau pulang terlambat lagi, aku bilang ke kamu." Pria itu duduk di sebelah istrinya.

"Dari mana saja? Abis ketemuan sama daun muda?!"

"Iya ...."

"Gila kamu, Mas! Itu memang udah jadi penyakit kamu. Salah kalau aku percaya kamu udah berubah!"

Lagi-lagi Farhan tersenyum. Ia lega. Meskipun Niken belum bisa mencintainya lagi, setidaknya wanita itu masih punya rasa cemburu terhadapnya. Kalau memang dirinya tidak terlalu percaya diri.

Niken berdiri berniat pindah ke ranjang. Ia lelah sedari tadi mengkhawatirkan suaminya, pria itu malah habis menghabiskan waktu dengan wanita lain. Daun muda. Namun, sebelum Niken menjauh, Farhan memegang tangan wanita itu.

"Aku memang habis ketemuan sama daun muda. Di pasar tadi aku ketemu dia. Banyak ... banget. Karena aku memang lagi butuh dia--"

"Mas gila! Hanya karena kita tidak tidur bersama, Mas melakukannya dengan perempuan lain?! Sebegitu pentingnyakah kebutuhan biologismu?! Aku menyesal melakukan amanat Indra."

"Dengerin aku dulu ... memangnya, aku bilang tentang kebutuhan biologisku, ya? Soal itu, aku sanggup menunggu kapan pun kamu bisa. Aku sudah cukup bahagia kamu mau menjadi istriku lagi."

Farhan berhenti sejenak, menunggu respons Niken. Karena sang istri diam saja, pria itu melanjutkan lagi penjelasannya. "Warungku ada pesanan dadakan lima ratus nasi box untuk besok siang. Mereka meminta menu nasi padang. Tentu saja harus ada menu lalapan, 'kan?"

Niken masih belum merespons.

"Dan karena menunya nasi padang, lalapannya daun singkong muda. Itu yang aku maksud daun muda." Ingin rasanya Farhan tertawa terbahak. Namun, ia takut akan menambah kemarahan Niken.

Wanita itu mengempaskan tangan suaminya. Ia malu sebenarnya, tetapi tentu saja gengsi mengakui telah salah sangka.

Farhan berdiri, diraihnya lagi tangan Niken. "Mau ke mana?"

"Tidur."

Farhan menghapus jarak di antara mereka. Satu kecupan mendarat di kening Niken.

"Selamat tidur. Jangan pikirkan daun muda, pikirkan saja aku yang sungguh-sungguh ingin berubah. Udah isya, 'kan?!"

Niken mengangguk.

"Aku juga udah tadi di di rumah warung. Mau cuci tangan, abis itu tidur."

Sekali lagi Farhan mendaratkam kecupannya. Pipi Niken kini yang menjadi sasaran.

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang