21. BANGKIT

65.6K 5K 478
                                    


Hari yang mereka tunggu tiba. Terutama Farhan dan Nadia. Jam tiga dini hari, Nadia mulai merasakan kontraksi tanda dia akan segera melahirkan. Farhan segera menggendong Nadia dan membawanya ke dalam mobil. Setelah Nadia berada di dalam mobil, Farhan kembali masuk ke dalam kamar mereka untuk mengambil tas besar berisi perlengkapan bayi. Kemudian kembali ke mobil dan segera membawa Nadia ke rumah sakit.

Niken tahu jika Nadia akan segera melahirkan, tetapi dia lebih memilih untuk di rumah. Lagipula dia harus mengantar anak-anak ke sekolah.

Saat sarapan, Naura menanyakan keberadaan penghuni rumahnya.

"Yang lain di mana, Ma?"

"Di rumah sakit."

"Oh ... udah mau melahirkan?"

"Iya."

"Mama nanti ke sana?"

"Belum tahu, Sayang. Hari ini mama harus berkeliling warung, ke cafe, terus mama juga mau lihat rumah."

"Rumah? Rumah siapa, Ma?"

"Mama mau beli rumah. Alhamdulillah, uang mama udah lumayan. Meskipun rumahnya nggak sebesar ini."

"Mama mau beli rumah, Ma?" Kali ini Aira yang bertanya.

"Iya, Sayang ...."

"Asyik ...." Aira sangat senang mendengar mamanya membeli rumah. Berbeda dengan Aira, Naura justru tampak tidak senang mendengarnya.

"Apa itu berarti mama akan pindah, Ma? Mama akan ninggalin kami?" Bukan tanpa alasan Naura seperti itu. Pertanyaan Farhan tentang dirinya yang akan dipisahkan dari Niken jika mereka berpisah, membuat Naura takut jika itu sampai benar-benar terjadi.

"Nggak dong, Sayang. Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Naura takut, Ma. Naura takut kalau Mama dan ayah berpisah, Mama akan pindah dari sini. Terus kita nggak bisa bertemu lagi."

"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?"

"Ayah, Ma. Ayah pernah mengatakan, kalo sampai Mama dan ayah berpisah, ayah nggak akan mengizinkan Naura dan Aira ketemu Mama."

"Kapan ayah ngomong kaya gitu?"

"Waktu kami dari puncak, Ma. Waktu Mama seharian nggak ada kabar. Naura minta ke ayah supaya ayah menceraikan Mama daripada ayah terus menyakiti Mama. Tapi ayah malah mengatakan itu."

Niken menggeleng. "Nggak, Sayang. Apapun yang terjadi, mama nggak akan pernah ninggalin kalian."

"Benar ya, Ma? Naura nggak mau tinggal sama ayah kalo nggak ada Mama. ..."

"Iya, Sayang ... iya ...."

***

Mendengar pengakuan Naura tentang apa yang dikatakan Farhan membuat Niken tak habis pikir. Bisa-bisanya Farhan mengatakan hal demikian pada Naura.
Hal itu membuat tekad Niken semakin kuat. Dia akan terus berjuang demi anak-anaknya. Dia harus memantaskan diri, hingga nanti Farhan tak bisa merenggut anak-anaknya dari dirinya. Entah nantinya harus berpisah, ataupun tetap bersama Farhan. Tidak ada satu pun yang bisa memisahkan Niken dengan kedua anaknya.

Tak sedikit pun waktu Niken sia-siakan. Semangat makin berkobar dalam dirinya. Berpindah dari satu warung ke warung yang lain. Lelah tak Niken rasakan. Apalagi saat berada di cafenya, cafenya tampak begitu ramai. Rasanya lelah yang selama ini ia rasakan cukup terbayar.
Setelah dari cafenya, Niken melihat rumah yang akan dibelinya. Melihat keadaan di dalam rumah. Niken merasa cocok. Akhirnya hari itu juga Niken membayar rumah itu.

"Semua ini mama lakukan untuk kalian, Sayang. Anak-anak mama," bisik Niken pada dirinya sendiri.

***

"Selamat, Pak. Anak Bapak perempuan," ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang bersalin. Kondisi Nadia memang sedikit membutuhkan penanganan khusus. Sehingga saat Nadia sudah pembukaan  sepuluh, dokter meminta Farhan untuk menunggu di luar ruang bersalin. Selama menunggu, Farhan mencoba menghubungi Niken. Namun, tak juga mendapat jawaban. Menghubungi keluarga Nadia, Farhan justru mendapat kabar jika kedua adik Nadia telah mengalami kecelakaan motor ketika pulang sekolah. Tidak terlalu parah memang karena tidak sampai dirawat di rumah sakit. Namun, ibu Nadia juga tidak mungkin meninggalkan mereka.

"Perempuan, Dok?" tanya Farhan kaget. Karena saat di USG, dokter mengatakan jika anaknya laki-laki.

"Iya, Pak. Bapak bisa mengadzani setelah bayi dibersihkan."

"Iya, Dok. Terima kasih."

"Sama-sama, Bapak. Saya permisi dulu."

"Iya, Dok." Hancur sudah harapan Farhan untuk memiliki seorang putra. Padahal ia sudah sangat senang dengan hasil USG itu. Tapi lagi-lagi ia harus menelan pil pahit.

Tbc.

***

📝10.02.18
Repost, 30.10.18
Repost, 18.09.23

Luka Hati Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang