[ini chapter panjang. jangan bosen bosen bacanya dan siapkan mental untuk beberapa kejutan yang bakal muncul di chapter ini dan beberapa chapter ke depan heheh]
PAGI-pagi sekali Rose sudah bersiap untuk berangkat ke kampusnya. Mau bagaimana lagi, ia harus menempuh waktu dua jam lebih dari rumah ke kampusnya. Jadi ia harus berangkat jam enam pagi seperti ini agar tidak telat di kelas pagi hari ini.
Beruntungnya, pagi ini ia tak mendapat banyak pertanyaan dari Ranida ataupun ayahnya. Semua berjalan datar-datar saja. Seperti mereka bertiga hanyalah orang asing yang tinggal dalam satu atap. Tapi justru Rose mensyukuri hal seperti itu. Jadi ia tak perlu menyumpal telinganya dengan earphone agar tak mendengan ocehan Ranida.
Sesampainya di kampus, gadis itu langsung menuju kelas dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun kali ini tidak ada Jeffrey. Karena pemuda itu sedang sibuk dengan tugasnya di Riau. Dia juga sangat sulit dihubungi karena kesibukannya itu.
Rose juga belum bertemu dengan Lisa. Lisa tidak ada kelas hari ini. Gadis itu sempat menghubungi Rose sebentar tadi pagi. Tapi sampai siang ini belum ada kabar lagi. Sepertinya gadis itu tidur dari pagi hingga siang.
Alhasil Rose berniat ngeluyur dulu ke café yang paling dekat dengan gedung fakultasnya. Jika ditanya kenapa jelas saja karena ia malas untuk langsung pulang ke rumah.
Setelah memesan Vanilla Latte, gadis itu duduk di tempat favoritnya. Di samping jendela kaca.
Ia mengeluarkan buku catatan dan penanya. Sambil memasang earphone di telinganya, gadis itu menulis-nulis sesuatu di bukunya.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dekat pintu.
"dih setan! Lu ngapain sih ngikutin kita ke sini?"
"tau yeu! Sana sana pergi napa jangan nempelin Bobby mulu!"
"dih anjir emang gua setan apa nempelin Bobby? Ya gua pengen ikut lah, bosen di apartemen mulu!"
Suara itu. Rose langsung mendongak, dan benar saja. Pemuda itu berdiri di sana. Sedikit melakukan gerakan-gerakan rusuh pada dua temannya yang menyebabkan pengunjung lain menatap tak suka ke arahnya.
"dih lagian siapa juga yang mau gangguin lo berdua! Gua juga punya gebetan di sini kali!"
Rose terdiam. Ia semakin menajamkan pendengarannya.
"halah tai. Gebetan apanya? Pacaran aja paling lama cuma dua minggu!"
"beneran njir! Gue yakin gebetan gue ada di sini nih!"
Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling café dan membuat Rose entah kenapa jadi berdebar, menunggu siapa gadis yang disebut sebagai si gebetan itu. Dan tiba-tiba mata mereka bertemu. Dan pemuda itu tak lagi mengalihkan perhatiannya.
"di sana tuh. Udah ya, gue permisi dulu," ia tersenyum manis seolah meminta izin untuk mengencani anak orang. Ia berjalan semakin mendekat ke arah Rose. Dan terdengar suara umpatan-umpatan dari belakang pemuda itu.
June duduk di hadapan Rose dengan wajah tak berdosanya. "bentaran doang kok. Sampe mereka pergi doang," bisik June di depan Rose dan entah mengapa gadis itu mengangguk saja.
Jisya dan Bobby berjalan cepat menghampiri meja Rose. "eh jangan mau sama si June. Dia mah playboy internasional. Nggak pernah bakal serius sama cewek!" kata Jisya.
"iya bener-eh bentar. Elo kan temennya Lisa?" Bobby menyadari hal itu dan langsung mengernyit memandangi Rose dari atas sampai bawah. "yang waktu itu ke club nemenin Lisa kan? Terus lu ditarik paksa sama cowok lu itu? Lah, berarti lu udah punya cowok dong? Kok mau-maunya dimodusin sama June-eh sakit anjing!" June memukul kepala Bobby dengan tempat tisu di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Jugendliteratur[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine