HENING menyelimuti Jeffrey dan gadisnya di dalam mobil. Hanya deru kendaraan dari luar yang memasuki indera pendengaran mereka. Helaan napas masing-masing pun hampir tak terdengar.
Si gadis akhirnya menyerah dan membuka suara terlebih dahulu."Jef.."
"hm,"
"kenapa diem?"
Alih-alih menjawab, pemuda itu mendesah berat. Sebenarnya ingin sekali dirinya memberondong gadisnya dengan ribuan pertanyaan.
"yang tadi siapa?" hanya pertanyaan itu yang akhirnya keluar dari bibir Jeffrey.
"aku.. aku nggak kenal," jawab Rose pelan. Hampir seperti gumaman namun masih dapat didengar jelas oleh Jeffrey.
"aku nggak minta kamu bohong," entah, kalimat itu meluncur begitu saja. Membuat Rose serasa tertembak di tempat. Ia meneguk salivanya dengan susah payah. Jeffrey seakan bisa mendeteksi kebohongan.
"aku.. beneran enggak kenal.. cuma.. pernah ketemu,"
"di mana?"
Ini pertanyaan yang paling Rose takutkan. Kalau ia menjawab jujur, pasti Jeffrey akan mengaitkannya ke mana-mana. Termasuk kepada pendapatnya tentang Lisa.
Tapi kalau Rose tidak jujur, ia juga takut. Ia nyaris tak pernah berbohong pada Jeffrey."di mana?" sekali lagi, Jeffrey bertanya. Rose menarik napasnya lalu menjawab dengan cepat. "club,"
Kemudian pemuda itu kembali mendengus keras. Ia tak mengatakan apapun namun Rose bisa melihat jelas rahang Jeffrey mengeras. Ia tahu, lelakinya sedang marah kali ini. Ia juga tahu, apa yang dipikirkan oleh pemuda itu.
"Jef aku minta maaf,"
Diam lagi.
Rose bingung. Seharusnya ia lah yang marah karena dibiarkan menunggu Jeffrey ber-jam-jam. Tapi ini justru Rose yang meminta maaf pada Jeffrey.
"Jeffrey, please. Aku ketemu dia ngga sengaja. Oke waktu itu aku emang nganter Lisa ke club. Tapi aku berani sumpah aku nggak ngapa-ngapain dan enggak diapa-apain-Jeffrey!!"
Rose tersentak dan memejamkan matanya erat ketika Jeffrey secara tiba-tiba membanting stir ke kiri dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Rose baru saja akan membuka matanya ketika dua tangan kekar itu menariknya mendekat dan mendekapnya dengan erat."maaf, kalo aku nggak ngebiarin kamu nunggu lama kamu nggak bakal ketemu cowok itu," Jeffrey mengusap lembut rambut Rose membuat gadis itu terpekur untuk beberapa saat.
"hhhh please, jangan bikin aku khawatir lagi," bisikan lembut pemuda itu seolah menenangkan seluruh jiwa Roseanne. Gadis itu memejamkan matanya dan membenamkan kepala di leher Jeffrey dengan nyaman.
"Im okay, Jef. Sorry," hanya itu yang dapat diucapkan oleh si gadis. Lelakinya semakin mengeratkan pelukannya dan tak berhenti mengelus punggung Rose.
Keduanya diam untuk beberapa saat. Sama-sama menikmati momen paling nyaman saat ini. Untuk sejenak Roseanne memikirkan betapa beruntungnya ia mengenal lelaki bernama Jeffrey Hadian Adinegara ini. Ia mensyukuri pertemuan tidak sengajanya satu setengah tahun lalu. Ketika ia lari dari rumah dan tak sengaja bertemu Jeffrey di pemakaman. Dan ternyata mereka berkuliah di kampus yang sama.
"tapi hari ini kamu pulang, ya?" Jeffrey melonggarkan pelukannya dan menatap wajah gadisnya.
Rose mengernyit bingung. "kamu jangan tinggal sama Alisa lagi," tangannya menyelipkan anak rambut Rose ke belakang telinganya."Jef, pendapat kamu tentang Lisa itu salah. Lisa nggak seperti itu,"
"Rose, aku mau yang terbaik buat kamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Novela Juvenil[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine