21 | Bosan

1.5K 259 35
                                    

"Kenapa lo nggak pernah bilang kalau Jeffrey sama June itu sepupu?" Rose menuding Yoyo setelah pemuda itu menceritakan hal yang selama ini tidak ia ketahui.

"ralat. Bukan cuma mereka. Tapi kita bertiga," tukas Yoyo.

"ya-oke. Kalian bertiga. Terus, kenapa lo nggak pernah cerita?" ulang Rose.

"ya lo ngga pernah nanya. Dan gue pikir Jeffrey udah ceritain itu semua ke lo," Yoyo menggedikkan bahunya dengan santai. Sementara Rose menggigiti kuku jarinya. Khawatir apa yang akan terjadi pada dua pemuda itu karena sejak kedatangan Jeffrey yang mendadak tadi, ia dan June langsung pergi berdua entah membicarakan apa.

"sebenernya itu bukan perkara penting. Cuma masalahnya, mereka berdua itu dari dulu ngga pernah akur. Pernah, sih. Tapi makin kesini hubungannya makin renggang. Beda kalo sama gue," lanjut Yoyo.

"emang sebenernya mereka ada masalah apa sih?" dahi Rose berkerut dan mulai penasaran pada apa yang sebenarnya pernah terjadi. Namun Yoyo tidak menjawabnya.



Pemuda itu kelihatan amat bosan. Berkali-kali ia mendengus dan memberikan tatapan malas pada pemuda di hadapannya.

"udah kenapa sih? Kita bukan anak kecil lagi. Masalah ginian doang lo besar-besarin," ia menoleh sesaat pada Jeffrey, mendelik kecil merasa malas ketika pemuda di hadapannya ini membesar-besarkan masalah yang menurutnya sepele.

"tapi ini masalah besar buat gue. Lo seenaknya aja deket-deket sama cewek gue saat gue ngga ada. Dan gue yakin ini bukan pertama kalinya," sahut Jeffrey dengan serius yang langsung membuat June terkekeh.

"ya namanya ngga sengaja, Jef. Astaga. Sumpah gua ngga ngerti sama jalan pikiran lo. Jadi lo berpikir gua sengaja ngelakuin ini semua buat jadi-hell, pelakor, you mean?" detik berikutnya June tertawa keras merasa geli dengan istilah yang sedang ngehits di kalangan ibu-ibu komplek dan sinetron-sinetron di tivi.

Jeffrey mendengus keras. Kesal juga lama-lama pada June yang sejak tadi terlihat santai dan tak menggubris perkataannya.

"nggak, nggak. Gila kali lo, Jef. Yang bener aja?" lanjut June, masih sambil tertawa geli.

"gue cuma ngga suka, cewek gue deket-deket cowok brengsek kayak lo," tukas Jeffrey datar.

June mengangkat sebelah alisnya dan menoleh pada Jeffrey sepenuhnya. "brengsek?" dan tertawa hambar. "ternyata lo emang nggak pernah berubah ya, dari dulu,"

Jeffrey mengangkat alisnya, bertanya.

"gua heran sama lo. Orang yang selalu ngeliat segala sesuatu hanya dari satu sisi bisa menjabat sebagai ketua BEM?"

"ngga usah bawa-bawa jabatan di kampus. Ngga ada hubungannya sama lo,"

June memicingkan matanya, menatap Jeffrey lekat. Kemudian menghembuskan napasnya kasar. "lo seneng banget ngejudge gua, Jef. Apa lo belum puas liat gua didepak dari rumah? Kalo aja dulu lo ngga bikin gua kena SP 3, gua ngga bakal drop out," katanya dengan suara rendah.

Jeffrey mengernyit. Mencoba mengingat kejadian satu setengah tahun yang lalu. "tapi itu bukan kesalahan gue. Lo kena SP 3 emang karena lo mangkir pas matkul Bioetik untuk yang ketiga kalinya. Dan dosen lo bukannya ngga ngasih lagi kesempatan buat mahasiswa yang sering mangkir tanpa alasan yang jelas?"

Ah-June jadi ingat lagi dosen yang dulu paling ia benci. Namanya Bu Hemina. Sering diplesetkan jadi Homina. Dosen killer yang tidak pernah absen mengabsen mahasiswanya dan tidak segan memberikan surat peringatan ketika ada mahasiswanya yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas.

One Perfect Rose - I got her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang