DUA kakak beradik itu masih sama-sama bungkam, enggan membuka pembicaraan terlebih dahulu. Keduanya duduk berhadapan di sebuah café dengan gelas kopi di hadapan masing-masing. Hujan turun rintik-rintik membuat keheningan di antara mereka tertutupi suara gemercik air hujan.
Gadis berambut blonde itu menyesap caramel macchiatonya sambil diam-diam melirik pemuda di hadapannya dengan gugup. Si pemuda mendesah pelan sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk di mejanya.
"sebenernya lo mau ngomong apa sih? Buang-buang waktu gua doang kayaknya," pemuda itu berkata sinis sambil melirik arlojinya. Sudah hampir tiga puluh menit mereka terjebak dalam situasi canggung seperti ini.
Gadis di hadapannya buru-buru menggeleng dan meletakkan kembali cangkirnya di atas meja.
"kalo ngga ada, gua balik sekarang," pemuda itu mulai beranjak namun gadis di hadapannya menahannya.
"jangan kak! oke, aku ngomong sekarang," gadis itu menunduk sambil memain-mainkan kuku jarinya. Pemuda tadi kembali duduk dan memandangi adiknya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"sebenernya.. sebenernya aku nggak tau mau ngomong apa.. cuma.." ia menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar.
"cuma?"
"aku.. aku cuma kangen sama kak June," lirih gadis itu tanpa melirik pemuda di hadapannya.
Ia -June- mendengus lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. "selain itu?" tanyanya dengan suara berat dan dalamnya.
Adiknya-Erina Hanggini Prasetya-tidak menjawab dan makin menundukkan kepalanya. "semenjak kakak pergi, aku ngerasa banyak banget yang hilang dari rumah. Semuanya kerasa-hampa. Dan pemikiran aku jadi banyak berubah,"
June masih diam, memperhatikan adiknya berbicara.
"terkadang, yang menurut kita baik, belum tentu baik juga buat orang lain. Dan yang menurut orang lain baik, belum tentu baik juga buat kita," Erina menghela napasnya dan menurunkan bahunya lemas. Ia tak berani menatap mata tajam milik kakaknya yang sudah lama tidak dilihatnya.
"terus?"
Eri kembali diam sembari menggigit kuat-kuat bibir bawahnya.
"terus apa, Erina? Lo mau ngomong apa lagi?" pemuda itu mulai meninggikan suaranya.
"aku pengen kakak pulang,"
June berdecih sambil memalingkan wajahnya. "emang siapa yang pengen gua pulang? Lo doang kan? Ngapain gua pulang kalo nggak diharepin,"
"kak, please, aku kangen. Bunda juga kangen sama kakak. Selama ini kita nyari kakak. Kita kira kakak bakal tinggal sama kak Yoyo atau om Sinaga. Tapi ternyata enggak. Kakak tinggal di mana selama ini?"
"Bobby,"
"Bobby.. siapa?"
"lo ngga perlu tau. Yang jelas hidup gua baik-baik aja kok,"
"tapi kak-"
"udah, kalo kangen chat gua aja,"
June mengambil alih ponsel Eri yang ia letakkan di atas meja dan mengetik nomor barunya di sana lalu mengembalikannya.
"gua pergi ya, gak bisa lama-lama," June beranjak dan keluar meninggalkan Eri yang masih terdiam di tempat. Gadis itu kembali diam dan larut dalam pikirannya.
+ DEAR ROSEANNE +
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Teen Fiction[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine