ROSEANNE berguling ke sana ke mari di atas tempat tidurnya. Ia tidak dapat memejamkan matanya barang semenitpun meskipun kelopak matanya sudah menyayu. Jam dinding terus berdetik hingga kini menunjukkan pukul sebelas malam. Ada yang mengganggu pikirannya.
Pertama, pertemuannya dengan pemuda tadi yang sedang bersama seorang gadis lain. Mereka terlihat begitu manis dan ceria. Rose jadi ingin gigit jari melihat kebersamaan mereka. Ia tidak tahu gadis itu siapa dan-oke, lupakan poin pertama karena yang lebih parah adalah setelah mereka saling bertatapan, June-pemuda itu langsung pergi begitu saja menggandeng gadis imut di sampingnya tanpa menyapa atau mempedulikan kehadiran Rose.
Mungkin poin tadi bisa Rose lupakan sejenak jika kencannya dengan Jeffrey berjalan lancar. Namun yang ada ia justru dibuat makin kesal karena Jeffrey harus meninggalkannya di tengah-tengah pemutaran film. Pemuda itu terpaksa harus meninggalkan Rose dan kembali ke kampus. Alasannya, ada rapat dengan rektor yang tidak bisa ditunda. Ia sudah menunggu waktu kapan bisa rapat dengan rektor untuk masalah yang katanya genting.
Seperti adegan dalam drama Descendants of the Sun. Rose harus rela ditinggal oleh Jeffrey saat sedang kencan demi tugas yang lebih penting. Persis, Rose setelah itu pulang sendiri ke rumahnya tanpa menonton filmnya sampai habis.
Rose menghela napas. Mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap, dengan memeluk bantal di bawah tubuhnya. Ia membuka ponselnya dan memain-mainkannya. Berharap ada notifikasi dari orang yang ia inginkan.
Rose membuka galeri. Menscroll album screenshot sampai jauh. Sampai ia berada di foto terakhir. Screenshot chat pertamanya dengan Jeffrey. Kira-kira begini isinya.
Jeffrey Hadian : test. Benar ini Roseanne?
Roseanne : benar
Jeffrey Hadian : Roseanne, pacarnya Jeffrey? Saya ngga salah kirim kan?
Roseanne : iya, benar
Jeffrey Hadian : oke kalau gitu, simpan kontak saya, cantik
Rose mengulum bibirnya menahan senyum mengingat pesan pertama mereka itu dikirim setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Ketika mereka baru saja resmi menjadi mahasiswa di kampus yang sama. Pertemua mereka singkat dan tak sering, namun Jeffrey mengambil langkah seribu untuk mendapatkan Rose. Gadis itu ingat betul, ia dan Jeffrey dulu sama-sama masih kaku. Bahkan Jeffrey masih menggunakan 'saya-kamu' saat berbicara dengan Rose. Dan sejak dulu gadis itu memang irit karakter jika berkirim pesan, dengan Jeffrey sekalipun.
Sore hari di bulan Mei satu setengah tahun yang lalu. Rose pergi dari rumahnya setelah mendapat tamparan dari ibu tirinya. Lagi-lagi ia menjadi korban wanita keji bertopeng malaikat itu. Dan yang lebih menyakitkan bukan tamparan di pipi itu. Melainkan kata-kata yang terlontar dari bibir wanita itu.
"kalau ibu tercinta kamu tidak sakit-sakitan, ya mana mungkin ayah kamu nikah sama saya. Tapi tunggu. Kayaknya walaupun ibu kamu masih hidup, saya bakal tetap punya porsi di hidup ayah kamu..
Ibu kamu itu engga ada apa-apanya dibanding saya,"
"jangan pernah bandingkan ibu saya dengan wanita iblis seperti kamu!"
PLAK
Tamparan itu mendarat di pipi mulus Rose setelah gadis itu berani mengucapkan kata-kata kasar kepada Ranida.
Sore itu Rose langsung pergi menggunakan bus menuju makam ibunya. Ia harap, ibunya tidak mendengar kata-kata keji dari Ranida barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Teen Fiction[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine