SUDAH terhitung satu minggu sejak insiden kecil antara Roseanne dan Jeffrey di Bandung. Rose pikir pertikaian kecil itu tidak akan menimbulkan dampak yang besar. Namun ternyata ia salah. Ketidaksetujuannya dengan permintaan Jeffrey -untuk menjauhi Alisa dan pulang ke rumah, membuat Jeffrey mendiamkannya selama satu minggu ini.
Saat itu saat perjalanan dari Bandung kembali ke Jakarta, Jeffrey benar-benar bungkam dan tak mengatakan sepatah kata apapun kepada Rose sampai ke rumah Lisa. Kecuali kata 'maaf' yang ia katakan sangat lirih ketika tanpa sengaja ia menyebut nama panjang Rose.
Lelaki berlesung pipi itu memang seperti itu. Jika merasa bersalah atau tidak suka akan sesuatu, ia tidak akan marah dan membentak-bentak gadisnya seperti laki-laki lain. Tapi justru malah diam seribu bahasa membiarkan gadisnya memikirkan apa kesalahannya dan pada akhirnya, Rose lah yang akan datang dan meminta maaf karena baginya, didiamkan Jeffrey selama satu hari pun sudah membuat lambungnya tersiksa karena gadis itu akan jadi malas makan apapun.
Jeffrey yang marah lebih menyeramkan daripada wanita PMS manapun. Begitu pikir Roseanne. Seperti saat ini, ia masih saja bergulung di dalam selimut Lisa sambil memandangi roomchatnya dengan sang kekasih yang sudah seminggu tak bertambah.
"Ros, bangun kali! Udah jam satu neh!" Lisa menampar bokong Rose membuat gadis itu menggeliat dan mengerang pelan. "kenapa, sih? Lo nggak suka gue numpang tidur di sini lagi?" balas Rose agak sewot.
Alisa mengernyit. Pasalnya memang sudah seminggu ini sahabatnya itu jadi lebih sensitif. Semenjak pulang dari Bandung, gadis itu lebih irit bicara.
"harusnya gue yang nanya, elo tuh sebenernya kenapa, sih? Ada masalah? Cerita kali, emang gue orang lain?" Lisa mendudukkan dirinya di sebelah Rose dan mengerucutkan bibirnya kesal.
Rose membalik tubuhnya menghadap Lisa. "lo beneran pengen tau?" tanyanya pelan. Lisa mendengus pelan. "kalo gue engga pengen tau ngapain nanya lo?" gadis itu memutar bola matanya. "lagian apa gunannya gue kalau tiap ada masalah lo selalu enggan cerita?"
Rose mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Lisa. Ia menunduk dan mulai berpikir untuk menceritakan pertengkarannya dengan Jeffrey seminggu lalu -hingga saat ini.
"apa lo dicariin bokap lo lagi?" Tanya Lisa mendahului percakapan karena Rose yang tak kunjung mengeluarkan suara.
Rose menggeleng. "bukan itu. Kalau itu gue engga peduli lagi,"
"terus?"
"gue berantem sama Jeffrey,"
"hah?!" Lisa membelalakkan matanya tak percaya. "sejak kapan?"
"sejak mau pulang dari Bandung,"
"kenapa?"
Rose diam sebentar. Apakah pantas kalau dia cerita pada Lisa kalau penyebab pertengkarannya dengan Jeffrey adalah karena dirinya?"
"Rose?"
"karena.."
"..."
"Jeffrey nyuruh gue pulang ke rumah tapi guenya batu,"
"nah bener kali kata Jeffrey,"
"Lis kok lo jadi sependapat sama dia, sih?" Rose mengernyit menatap Lisa penuh arti.
"dengerin gue," Lisa mengubah posisinya jadi menghadap Rose.
"gue tanya, udah berapa lama lo pergi dari rumah?"
"satu bulan,"
"apa alasan terakhir lo pergi dari rumah?"
Rose diam dan enggan menatap sahabatnya. Ia juga masih berpikir kenapa terakhir kali ia pergi dari rumah. Sebenarnya, gadis tinggi itu tak memiliki alasan jelas untuk pergi dari rumah. Hanya karena ia merasa semakin tak nyaman berada di rumah dan lebih terbiasa bersama Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Novela Juvenil[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine