[warn : part ini sangat sangat sangat sangat SANGAT CRINGEY. KALAU ENGGAK KUAT SILAKAN SIAPKAN KANTONG MUNTAHNYA.
KALIAN SUDAH KUPERINGATKAN]
Gadis itu memasuki ruangan beraroma obat-obatan dengan canggung. Masih menunduk enggan melirik ke arah si penghuni ruangan yang padahal kini tengah duduk bersandar dengan senyum terpatri di wajahnya.
Gadis itu terlalu takut. Takut jika keadaan pemuda itu tidak seperti yang ia harapkan. Ia juga sedikit malu—mengingat monolognya di ruangan ini ketika pemuda itu masih memejamkan matanya beberapa hari yang lalu.
"Nunduk mulu enggak bakal kesandung kok," suara serak pemuda itu menyadarkan si gadis dan refleks langsung mendongak melihat si empunya suara.
June menyunggingkan senyum lebar dengan tangan kiri yang terangkat ke atas, melambai ke arah si gadis membuat gadis itu mendengus.
"Sini, enggak kangen?" June mengisyaratkan Rose agar menghampirinya.
Gadis itu tersenyum tipis dan memejamkan matanya sesaat. Dalam hati mengucapkan syukur pada Tuhan berkali-kali karena telah memberikannya kesempatan untuk berbicara kembali dengan pemuda di hadapannya ini.
Ia membuka matanya kembali dan melangkah mantap ke samping pemuda itu.
"Hey," June meraih pergelangan tangan Rose agar semakin mendekat.
"Apa kabar?" Masih dengan senyum di wajahnya, pemuda itu mendongak. Memperhatikan wajah gadis yang sudah sangat ia rindukan itu.
"Enggak terlalu baik," sahut gadis itu pelan. June mengernyit lalu makin memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah.
"Lo kurusan. Mata lo bengep. Lo pake baju item dari atas sampe bawah. Lo lagi berkabung?" tanya June menyelidik.
Rose menghela napas sembari menarik kursi di dekat sana dan duduk di sebelah ranjang June. Gadis itu mengangguk samar membuat June semakin mengerutkan dahinya.
"Kenapa? Siapa yang—apa lo pikir gue udah mati?!" Matanya membelalak menyuarakan pemikiran absurdnya.
Rose masih tersenyum tipis sembari menggeleng. "Lo bahkan terlalu sehat untuk orang yang baru sadar dari koma selama empat hari,"
"Terus?"
"It's okay. Gue bakal cerita nanti. Yang penting sekarang gue udah bisa liat lo buka mata dan ngomongin hal-hal aneh lagi," gadis itu menopang dagunya dengan kedua tangan di atas ranjang June.
"Hey, kenapa? Lo bahkan terlihat terlalu biasa aja saat pertama kali liat gue barusan. ekspresi yang—enggak wajar untuk seseorang yang temennya baru sadar dari koma selama empat hari?" June mengangkat alisnya. Tidak yakin dengan kata 'teman' yang ia gunakan.
"Hm.. jadi lo mau gue gimana?"
"Ya yang sering gue liat di film-film drama gitu sih, si ceweknya bakal nangis bahagia banget sambil lari terus meluk temennya yang baru sadar,"
Gue udah nangis tadi. Makanya bengep.
"Sejak kapan lo suka nonton drama?"
"Ck. Ayolah, nggak penting. Jangan bikin gue berpikir kalau lo enggak seneng gue sadar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Genç Kurgu[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine