33 | Tears are Falling

1.5K 241 66
                                    

"I'm sorry, I didn't mean to be like this"

"It's okay. But please, stay"





Hujan turun semakin deras ketika audi hitam itu melesat menembus tirai hujan di jalanan kota bogor yang mulai lengang setelah melewati tengah malam. Pemuda itu mengemudi tanpa perasaan takut sedikitpun meski beberapa kali harus mendengar decitan suara rem yang ia injak mendadak atau klakson yang beradu dari kendaraan lain yang ia salip.

Pikirannya kali ini hanya tertuju pada gadis delapan belas tahun yang mungkin saja sedang duduk di area stasiun dengan memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan, dan sendirian.

Ponselnya yang berkali-kali bordering ia abaikan. Bahkan untuk melihat nama pemanggilnya pun ia tak punya waktu. Lagipula ia sudah tahu siapa yang akan menghubunginya di saat seperti ini. Dan ia masih terlalu malas jika ditelepon hanya untuk dikhawatirkan.

"Shit!" umpatnya sembari memukul kemudi ketika jalanan di depannya tiba-tiba terhalang oleh banyaknya kendaraan. Padahal sudah beberapa meter lagi ia sampai di pintu keluar stasiun Bogor.

'Kampret. Orang-orang pada mau ke mana sih tengah malem begini'

Ia menggigit bibir bawahnya sambil menekan klakson berkali-kali. Walau ia tahu tidak akan menghasilkan apapun. Kota Bogor selalu macet mendekati stasiun yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang dari luar kota maupun pergi.

Di tengah kemacetan, June memanfaatkan kesempatan untuk mengambil ponselnya. Dilihatnya sekilas puluhan panggilan masuk dari Rose, Jisya, dan Yoyo. Tapi pemuda itu tak peduli. Ia segera membuka kontak adiknya dan melakukan panggilan.

"Erin lo di mana?"

"Di stasiun sejak satu jam yang lalu," suaranya mulai serak.

June menghela napas. "Sabar ya, sebentar lagi sampe,"

"Hm,"

June memutus sambungan. Dan ketika mobil di depannya mulai bergerak, June segera menginjak kembali pedal gasnya.




Gadis itu masuk terburu-buru ke dalam mobil ketika June baru saja menepikan mobilnya.

"Kak, maaf aku basah kuyup gini," Erina mengusap-usap lengan bajunya yang basah sementara June memandangi adiknya khawatir sekaligus kesal.

June berdecak, kemudian segera menjalankan mobilnya kembali.

Setelah sekitar setengah jam berlalu, baru Erina yang akhirnya membuka suara terlebih dahulu. Mengusir keheningan yang melingkupi mereka.

"Kak, maaf. Aku ganggu liburan Kakak," gadis itu menunduk dalam, memainkan jari-jarinya yang memutih karena kedinginan.

June mendengus keras. "Ada apa, sih?"

Gadis itu masih menunduk dalam. Mulai merasa sesak ketika harus mengingat semua kejadian yang telah ia alami selama ini.

"Aku enggak tahu harus cerita dari mana. Intinya—ayah sama bunda sering bertengkar sejak Kak June pergi," kata gadis itu mencicit kecil. June mengernyit, diam dan menunggu kelanjutan penjelasan dari adiknya.

"Ayah sering banget nyalahin bunda. Ayah bilang kalau bunda enggak becus ngedidik anak-anaknya," suara gadis itu mulai bergetar di akhir kalimatnya.

One Perfect Rose - I got her [JUNROS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang