June membolak-balikkan ponselnya di atas meja kafe. Sembari menunggu gilirannya tampil, lelaki itu sempat mengirimi pesan singkat pada Rose yang tadi siang membuatnya rela bolak-balik Jakarta-Tangerang lalu Jakarta lagi demi mengantar Rose pulang terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat omelan Jisya sekaligus Bobby karena membiarkan Jisya menunggu terlalu lama di kampus.
Kadang June jadi heran. Yang pacarnya Jisya itu Bobby atau dirinya, sih?
June memang mau-mau saja ketika Bobby memintainya tolong untuk mengantar jemput Jisya ketika cowok bergigi kelinci itu sedang sibuk mengurusi urusan lain—sekarang ia sudah punya pekerjaan lain selain di klub—tapi, tetap saja, June bingung ketika dalam hal antar jemput, Bobby lebih memprioritaskan pekerjaannya.
Dan Jisya juga tidak pernah marah pada Bobby ketika dirinya terbiasa diantar-jemput oleh June.
Benar-benar pacar yang pengertian.
"Cih, pengertian atau kelewat bucin," gumamnya pada diri sendiri sambil terkekeh geli.
Dirinya belum sadar, kalau sekarang ia juga jadi seorang budak cinta Roseanne Abiandra.
June meneggak air putih dalam botol di atas mejanya. Sekedar untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Tentu saja, setelah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dari Tangeran ke Jakarta, bagaimana bisa tubuhnya masih baik-baik saja?
Kemudian ponselnya bergetar, menandakan pesan masuk ke aplikasi Line nya. June segera membukanya dengan semangat ketika nama Roseanne terpampang jelas di kotak masuknya.
June Abraham P : Gua udah nyampe. Nggak perlu khawatir.
Roseanne : Siapa juga yang khawatir.
Roseanne : Istirahat sana.
June terkekeh. Roseanne memang tipe perempuan yang tsundere sekali jika berhadapan dengannya.
Baru saja hendak menyentuhkan jari pada keyboard yang muncul di layar ponselnya, seorang gadis tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Kak Juneeeee!!!!" itu Erina. Sekarang memeluk leher June erat-erat dari belakang.
June terperangah dan segera berusaha melepaskan pelukan adiknya yang tiba-tiba datang ini. "Ada apaan, sih?"
"Kak aku lolos!!" seru gadis itu dengan wajah girang yang kentara sekali.
June mengernyitkan dahinya. "Lolos apa?"
"Aku lolos, Kak! Aku masuk FK di UI!"
Oh, June baru ingat. Hari ini pengumuman SBMPTN. Dan tentu saja, mustahil bagi seorang Erina Hanggini Prasetya tidak lolos tes nasional di PTN bergengsi tersebut.
"Kak, kok diem aja? enggak seneng?" Erina kembali melingkarkan tangannya di leher June dan meletakkan kepalanya di bahu pemuda itu.
Ujung bibir June terangkat sedikit. Membuatnya malah jadi menampilkan senyum miring yang terkesan sinis.
"Congrats. You deserve it," kata June, mendadak teringat kejadian saat ia berpura-pura bahagia di depan keluarganya saat berhasil lolos masuk Fakultas Kedokteran di salah satu universitas. Namun bukan dengan cara yang bersih seperti adiknya.
"Kak?" Erina mendudukkan dirinya di sebelah June. Memandang kakak laki-lakinya dengan sedikit perasaan bersalah.
"Kak, maaf aku nggak bermaksud—"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Teen Fiction[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine