Malam ini Rose sudah meminta izin pada ayahnya untuk menginap di rumah Lisa dengan alasan mau meminta tolong pada Lisa untuk mengerjakan beberapa tugasnya yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Jadi ia tak perlu khawatir ketika Lisa malah menyuruhnya datang ke kafe Yoyo jam setengah enam sore begini-setelah tadi siang akhirnya memperjelas hubungannya dengan Jeffrey-.
Rose mengedarkan pandangannya ke seisi kafe, mencari sosok Lisa yang ternyata tengah melambaikan tangan dari tempatnya duduk di dekat mini stage ketika Rose menoleh ke arahnya. Di hadapannya, ada Yoyo yang dengan tekun mencatat sesuatu seolah tidak terganggu sama sekali oleh kebisingan di kafe.
Rose berjalan mendekat, lalu tersenyum menyapa sahabatnya itu.
"Bentar ya, gue mau nemenin Kak Yoyo ngerjain tugas dulu," kata Lisa, mendelik ke arah Yoyo sekilas. Pemuda itu mendongak, menyadari kehadiran Rose.
"Eh, Rose. Bentar nih si Lisa gue tahan dulu. Lumayan buat penerjemah istilah-istilah asing. Hehe," ia meringis sambil menggaruk belakang kepalanya dengan pulpen.
Rose terkekeh. "Kak Yoyo kok bisa sih ngerjain tugas di tempat berisik kayak gini?" Gadis itu melirik sekilas panggung live music yang sedang menampilkan penampilan band kecil dari ibukota. Ia jadi bertanya-tanya, di mana June?
"Bisa dong, gue mah pro. Mau ngerjain di manapun jadi," kata Yoyo membanggakan diri. Kembali memperhatikan lembaran folio bergaris di atas meja.
"Hng—kalau gitu, gue—"
"Lo ke atas aja, gih. Temenin June," potong Yoyo.
"Ha? Ada June?"
"Ada. Tau dah lagi ngapain di atas. Katanya males nampil lagi dia. Serah dah suka-suka tu anak," Yoyo mendengus.
Rose mengulum bibir nampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk. "Oke deh, gue ke atas dulu ya, Lis, Kak,"
"Okeee puas-puasin deh tuh berduaan," seru Lisa yang dibalas delikan tajam oleh Rose sementara Yoyo hanya terkekeh pelan.
Rose membuka pintu rooftop kafe Yoyo dan menghela napas saat melihat June tengah berbaring di atas rumput sintetis dengan kedua tangan terlipat ke belakang kepalanya.
Gadis itu berjalan mendekat, lalu berjongkok di sebelah June. Pemuda itu memejamkan matanya, tampak tidak terusik sama sekali dengan kehadiran Rose. Napasnya teratur dan wajahnya begitu tenang. Namun lingkaran hitam yang samar terlihat di bawah kedua matanya menyiratkan kalau ia sedang kelelahan. Entah lelah secara fisik ataupun pikiran.
Rose menghela napas, tidak ingin mengganggu June. Ia jadi ingat, pemuda ini waktu itu bilang kalau tempat ini adalah salah satu tempat ternyaman untuk ia tidur. Jadi gadis itu memutuskan untuk berdiri dan berjalan ke arah pagar pembatas, sesaat hanya terdiam memandangi langit senja yang kini menampakkan semburat oranye terang membentang di cakrawala membatasi atap-atap bangunan dengan langit biru yang sebagian sudah mulai gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Teen Fiction[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine