Roseanne duduk di atas ranjang ayahnya, tempat yang dahulu ditempati kedua orang tuanya, lalu menjadi tempat terlama yang ditempati sang ibu ketika sakit. Diam-diam gadis itu memandangi sprai motif bunga matahari yang mulai pudar warnanya, motif kesayangan ibunya. Semenjak ayahnya bercerai dengan Ranida, sprai itu kembali dipasang. Mengingatkan sang ayah kembali kepada istri pertamanya yang kini ia sadari, tidak pernah tergantikan posisinya oleh wanita manapun.
"Papa mau berapa hari di tempat Mas Chandra?" tanya Rose sembari melipat pakaian sang ayah dan memasukkannya ke dalam koper berukuran sedang.
Ferdinan yang sedang memilih-milih pakaian dari dalam lemari langsung menoleh pada putrinya dan duduk di sisi ranjang yang sama.
"Enggak lama, paling seminggu aja," sahut Ferdinan sambil terbatuk kecil.
Rose mendongakkan wajahnya, menatap wajah ayahnya dengan kening berkerut. "Papa baik-baik aja, kan?"
"Baik, memang kenapa?"
"Papa keliatan kaya lebih pucet dari biasanya. Terus tadi batuk-batuk,"
Ferdinan menggeleng. "Gini nih, Papa kan kurang liburan. Makanya keliatan kurang segar. Iya, kan?" ia tertawa hambar. Rose mau tak mau ikut tersenyum walau ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Entah apa itu.
"Janji nanti di tempat Mas Chandra jangan ke mana-mana tanpa Mas Chandra atau Mbak Dara," kata Rose mengingatkan sembari kembali menekuni kegiatannya, melipat baju-baju Ferdinan.
"Kamu ini, emang kamu pikir ayah anak kecil?"
Rose tertawa pelan. "Ya kan Papa enggak begitu tau daerah Jogja. Entar kalau nyasar gimana?" gadis itu mencebik lucu. Membuat ayahnya mau tak mau kembali tertawa.
Ferdinan mengusap kepala Rose pelan. "Kamu, tuh yang harus hati-hati. Mau liburan juga kan ke Bogor?"
"Bogor doang, Pa. Masih deket. Jauhan Papa ke Jogja,"
"Kenapa emang? Kamu sedih Papa tinggal?"
"Ya—gimana gitu rasanya mau ditinggal jauh sama Papa," tanpa sadar gadis itu menurunkan kedua sudut bibirnya membuat Ferdinan mengernyit.
"Perasaan dulu kamu deh yang sering kabur terus nggak mau ketemu Papa?" katanya setengah menyindir. Rose jadi berdecak.
"Paaa, itu kan duluuu," rengeknya.
"Ya udah. Intinya kita berdua sama-sama hati-hati. Dan pulang dengan selamat," Ferdinan tersenyum lebar membuat hati putrinya sedikit melega walaupun masih terdapat sesuatu yang mengganjal di sana.
"Ngomong-ngomong, nanti Mas Chandra kan yang jemput Papa di bandara?"
"Oh ya jelas, lah. Kalau bukan dia siapa lagi? Kamu sendiri, nanti dijemput sama Lisa?"
"Iya, Pa. Lusa aku dijemput jam enam. Katanya biar enggak macet,"
Rose mengangguk dan tersenyum tulus. Baru kali ini ayahnya akan berlibur selama satu minggu di Jogjakarta, tempat kakak keduanya, Chandra, bekerja dan tinggal. Dan baru kali ini Rose merasa sekhawatir itu saat ayahnya akan pergi sendirian. Padahal dulu, ayahnya sering melakukan perjalanan dinas ke luar kota tanpa harus dikhawatirkan anaknya sendiri. Namun kali ini berbeda. Walaupun ayahnya hanya berniat liburan untuk melepas penat karena pekerjaan di kantor, Rose tetap khawatir. Pasalnya, seberat itukah pekerjaan di kantor hingga ayahnya mengambil cuti untuk liburan?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Perfect Rose - I got her [JUNROS]
Teen Fiction[COMPLETED] "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." - William Shakespeare (was Dear Roseanne) A June x Rose fan(teen)fiction -NON BAKU- Dear Roseanne start : 080218 @delareine