Girl from the supervisory division

496 116 39
                                    

You PoV

Dalam dinginnya tengah malam, Jungkook tidur dijendela yang berada disebuah ruangan dalam menara divisi pertahanan.

Jendela tanpa kaca itu menuntun remangnya sinar rembulan untuk menerangi wajah tampannya.

Dinginnya angin malam berhembus membelai pipinya yang penuh luka lebam. Membuatku termenung menatapnya dari ambang pintu ruangan yang berada di ujung menara itu.

Tanganku menggenggam erat nampan berisi obat-obatan yang kini tengah kubawa.

Tanpa berniat membangunkannya, aku mendekat perlahan kearah Jungkook.

Ruang ujung menara yang mempunyai banyak jendela ini membuat bulu kuduku merinding karna dingin yang menusuk kulitku. Angin yang bertiup disekitar mampu menggerakkan rambut dan lapisan yang tipis digaunku.

Aku menatap Jungkook lebih dekat. Matanya masih terpejam damai meski wajahnya babak belur karna ulah pangeran Mingyu.

Melihatnya seperti ini membuatku sedih. Aku sengaja membawakan obat untuk lukanya. Tak peduli jika dia akan menolaku lagi seperti waktu itu. Aku akan tetap membantu menyembuhkan lukanya saat ini juga.

Kukikis jarak antara aku dan Jungkook. Mencondongkan tubuhku kearahnya agar aku bisa mengoleskan obat pada wajahnya.

Belum sempat aku mengoleskan anti septik herbal kewajahnya, Tangan Jungkook tiba-tiba mencekal pergelangan tanganku.

Jungkook menghentikanku untuk meneruskan kegiatanku. Karna gerakannya yang tiba-tiba itu membuat pandanganku membulat kaget.

Matanya masih terpejam. Hingga hembusan angin menggodanya untuk membuka netranya perlahan.

Dia masih menahan pergelangan tanganku ketika manik matanya yang indah itu terbuka sepenuhnya.

Jantungku berdebar kencang kala dia menatapku dalam. Dibingkai oleh jendela dan sinar bulan, Aku dan Jungkook saling pandang dalam diam. Sampai akhirnya dia melepas tanganku yang dingin akibat ketidak normalannya debaran dalam dadaku.

Aku sedikit menjauh dari Jungkook karna merasa bersalah atas kelancanganku barusan.

"Kau mau apa"
Dia menatapku dingin sekarang. Dan itu sukses membuatku gugup.

"Ak-aku hanya ingin mengobati lukamu"

"Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri"
"Apa tidak cukup hanya memberitahumu sekali?"

Jungkook beranjak dari jendela tempat duduknya. Melenggang pergi meninggalkanku yang tak berani bersua lagi.

Sungguh, ini sangat sakit. Mengingat Jungkook adalah orang yang paling memperhatikanku saat pertama kali aku tiba di Insam.

Sekarang dia bersikap dingin tanpa ku tau apa salahku. Ini sungguh tidak adil bagiku. Setidaknya, dia harus memberitahuku dimana letak kesalahanku sehingga dia mengacuhkanku seperti ini.

"Apa perlu kujelaskan??"

"Ya Tuhan!!!!"
Aku terlonjak kaget saat sebuah suara memekik telingaku.

Jimin. Pemuda itu sejak tadi nangkring diatas almari tanpa sepengetahuanku. Aku menatapnya terkejut ketika dia bergegas melompat turun dari atas almari hingga menimbulkan suara gaduh saat kakinya menyentuh ubin.

"J-Jimin orabeoni"

Aku masih melayankan tatapan terkejut ketika dia mendekat kerahku.

"Kenapa? Mau kujelaskan kenapa Jungkook mengabaikanmu?"

Jimin merangkulku tanpa dosa. Wangi yang menguar dari tubuhnya berhasil menggelitik hidungku. Aku baru sadar bahwa Jimin adalah penggoda wanita paling ulung.  Dan aku hanya menatapnya dengan tatapan penasaran. Ya, aku sangat ingin tau kenapa Jungkook bersikap dingin padaku.

INSAM ISLAND [ BTS | Seventeen | Exo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang