Pita Merah Jambu

492 88 49
                                    

"Buin, tidurlah. Aku sudah membersihkan ranjangnya".

Jeonghan tersenyum manis pada Nayeon yang selesai mengganti pakaiannya.

Ini adalah malam pertama pengantin baru itu, tapi sikap manis Jeonghan barusan membuat Nayeon bingung setelah melihat Jeonghan menggelar kasur lantai usai merapikan ranjangnya.

"Tuanku? Kenapa anda ingin tidur dibawah??".

Jeonghan tetap mengulas senyum ramahnya pada Nayeon yang tak mengerti apa yang dipikirkannya. Wajah teduhnya kini menghadap kearah Nayeon sepenuhnya untuk memberikan penjelasan.

"Buin, aku tau kau menikah denganku dengan terpaksa. Pernikahan kita pun hanyalah formalitas. Jadi aku mengerti jika kau mungkin tak ingin seranjang denganku".

"Tapi, tidak seperti ini juga tuanku. Anda bisa seranjang denganku".

Jeonghan melempar senyum hangatnya. "Tidak, aku menghargaimu. Kau tidurlah diatas sana. Jika kelak kau menjadi ratu dan dituntut untuk melahirkan putra mahkota, kau juga tau kalau itu hanya formalitas pernikahan kita bukan? Kau tau kita tidak punya pilihan meski kau mungkin mencintai orang lain. Kuharap kau tidak membenciku yang sudah memupuskan harapanmu untuk hidup bersama seseorang yang kau cintai".

" Tuanku, anda ini bicara apa?".
Nayeon bergegas menghampiri Jeonghan yang duduk dikasur lantai dengan penerangan seadanya itu.

"Hmh"
Jeonghan hanya menghela nafas saat Nayeon mengusap lembut punggungnya.

"Anda kenapa? Apa tuanku tidak bahagia menikah denganku?".
Nayeon terlihat murung, sedang Jeonghan yang melihatnya tersenyum geli.

" tidak, bukan itu. Hanya saja aku terfikirkan sesuatu".

"Sesuatu?"
Nayeon menautkan alisnya.
"Jika anda ingin berbagi, anda boleh menceritakannya padaku. Aku ini istri sah tuanku sekarang".

"Ah benar, sebenarnya aku terfikirkan oleh gadis aneh yang mengaku sebagai adiku tadi siang. Terus terang, perhatianku jadi tersita karenanya. Bahkan hatiku berdesir hebat saat dia meneriaki namaku".
Jeonghan mengekspresikan perasaan yang diceritakannya sambil menyentuh dadanya.

"Eoh, maksud anda Nichan Sean?? Dia putrinya mentri Baekhyun".

Jeonghan memasang wajah terkejut. " kenapa kau bisa tau??".

"Iya, dia yang meminta padaku untuk bertemu dengan anda, Tuanku. Bahkan dia memohon padaku jauh-jauh hari saat aku baru menginjakkan kaki diistana".

"Nichan putrinya menteri Baekhyun ya...". Jeonghan nampak berfikir seraya mengetuk-ketukan jari telunjukknya pada dahinya. Setelah itu jeonghan menghela nafas panjang.
"Aihh".
" kau tau 'kan aku paling sensitif jika menyangkut hubungan keluarga. Aku jadi penasaran".

Selang beberapa detik Jeonghan mengulas senyumnya. "Aku jadi tertarik dan ingin menemuinya".

"Eoh?? Anda tertarik padanya??".
Nayeon sedikit terkejut menatap Jeonghan sedangkan Jeonghan sendiri justru menarik sudut bibirnya hingga terpampanglah senyum menawannya.

~ Insam Island ~

"Ishhh"
Mingyu yang menekuk wajahnya kini memangku dagunya didekat jendela seraya menatap bulan purnama dari kamarnya.

"Apa ada orang diluar?!".
Teriakan malas dari Mingyu membuat kasim yang menjaga kamarnya bergegas membuka pintu dan menghampirinya.

"Apa yang bisa saya bantu Wangjanim?".
Kasim itu memberi hormat patuh pada Mingyu yang memunggunginya.

"Ah, aku bosan kau tau. Cari sesuatu yang bisa menghiburku".
Suara Mingyu masih terdengar tak bergairah.

"Pangeran, haruskah saya membawa wanita penghibur untuk anda?".

INSAM ISLAND [ BTS | Seventeen | Exo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang