Bagian 43

1.6K 140 76
                                    

Author Pov

Di kediaman Ve, masih tampak suasana duka. Terlihat Andre masih dengan setia menemani Ve. Kemarin selesai prosesi pemakaman dia berada disana hingga malam, dan sekarang dia kembali datang ke rumah Ve.

"Apa kamu gak ke kantor Ndre?"

"Aku masih mau nemenin kamu"

"Oya Ndre, sementara waktu tolong kamu urus dulu ya perusahaan papa, hingga nanti pengacara papa datang. Beliau masih berada di luar negeri"

"Iya kamu tenang aja, aku akan urus semua, tapi aku minta surat kuasa dari kamu sayang, untuk bukti bahwa  perusahaan aku yang jalanin"

"Aku akan persiapkan semua nya Ndre"

"Tapi sayang, gimana dengan mama kamu? Apa dia setuju dengan keputusan ini?"

"Mama pasti setuju"

Tak lama Andre pun ijin untuk ke kantor. Dan Ve kembali berdiam di kamar nya. Sedangkan sang mama, sejak kepergian papa nya, tampak drop. Waktu pun berlalu, tak terasa hari sudah sore. Ve pun sudah menyelesaikan semua keperluan yang di butuh kan Andre. Baru saja dia bernapas lega, pintu kamarnya di ketok, dan masuklah Shania.

"Hei Ve, gimana kabar kamu hari ini?"

"Masih sama Shan, aku masih gak percaya papa pergi begitu cepat"

"Yang tabah ya Ve, semua pasti ada hikmah nya" Shania pun merangkul Ve, menguatkan sahabatnya yang sedang rapuh

"Eh...apa itu Ve?" tanya Shania saat melihat map coklat dan beberapa lembar kertas di meja

"Ouh ini, aku baru saja selesai buat surat kuasa"

"Surat kuasa? Untuk?"

"Selama nunggu pengacaranya papa balik dari luar negeri, aku minta Andre untuk memegang perusahaan papa, karena aku masih belum sanggup untuk melakukan apapun Shan" Shania mengerutkan keningnya, mencerna setiap ucapan Ve

"Kamu yakin dengan keputusan ini Ve?"

"Aku sudah memikirkan nya, Andre orang yang bisa di percaya"

"Gimana dengan mama kamu?"

"Aku rasa mama pasti setuju"

"Jangan bilang kamu ambil keputusan ini sepihak tanpa bertanya lebih dulu ke mama kamu?"

"Aku sudah dewasa untuk menentukan pilihan Shan, dan aku juga tau mana yang baik dan buruk"

"Aku rasa kamu belum bisa menentukan baik dan buruk Ve"

"Ayolah Shan, jangan mulai lagi, kamu sahabatku, seharusnya kamu mendukung segala keputusanku"

"Aku akan mendukung jika itu memang baik, dan aku rasa keputusanmu kali ini salah"

"Maksud kamu apa Shan?" nada bicara Ve pun mulai tak bersahabat

"Kamu berubah Ve, hanya ego yang terlihat dalam diri kamu, bahkan sekarang kamu sudah tak memikirkan gimana perasaan mama mu, Ve yang aku kenal adalah dia yang punya hati nurani, tak hanya paras hatinya pun bagai bidadari, sedangkan Ve yang sekarang dia hanya seorang yang takut terluka akan sebuah kenyataan, bahkan sebelum mengetahui apa yang akan terjadi"

"Aku tak butuh ceramahmu Shan, jika kamu hanya berpikiran sama seperti mereka, pergilah dari kehidupanku" Shania membuang napas kasar, tak percaya sahabatnya akan bersikap begitu. Ntah apa yang telah meracuni pikiran Ve hingga dia menjadi seperti ini.

"Baiklah jika itu mau mu Ve, kamu bahkan rela melepas sahabat dan kerabatmu yang sudah sangat kau kenal hanya demi seorang yang hanya kau ketahui luarnya saja"

Apa Itu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang