Naomi Pov
Sekarang kami sudah di dalam mobil. Gue berada di kursi belakang bersama dengan Ve. Sedari tadi dia terus meluk gue gak mau dilepasin. Sedangkan kedua sahabat gue hanya bisa diam. Mungkin Ve masih shock dengan apa yang menimpanya.
"Gue udah kasih kabar ke ci Sendy" ucap Shani sebelum dia melajukan mobil, gue menganggukan kepala tanda mengerti
"Semuanya uda aman Ve, jangan takut lagi ya" dia semakin mengeratkan pelukannya
Gue hanya bisa diam dan memeluk Ve dengan posesif. Akan gue inget kejadian malam ini, dan mereka tak akan gue lepas gitu aja, karena dengan berani nya udah buat bidadari gue kayak gini. Mobil terus melaju menelusuri malam. Di tengah perjalanan, gue liat Ve tertidur, mungkin capek atau kebanyakan nangis dari tadi. Dan masih dengan posisi yang sama.
"Gue mau semuanya di urus" Lidya langsung membalikan tubuhnya menghadap gue
"Dia uda tidur kok Lid" lanjut gue menjawab ekspresi kaget Lidya
"Tenang aja Mi, semua uda di urus, gue uda nyuruh mereka untuk nyari tau siapa yang uda berani berbuat seperti ini" jelas Shani dengan serius tetap fokus nyetir tanpa menoleh kearah gue
"Lu sendiri gimana Lid?"
"Masih terus jalan sesuai rencana awal"
Dan setelah itu tak ada obrolan lagi diantara kami. Gue tenggelam dengan pikiran macam2 yang ada di otak gue, mungkin Shani dan Lidya juga sama. Sesekali gue pandangi wajah polos Ve yang sedang tidur. Mengusap pelan wajahnya, memastikan tak ada air mata yang tersisa di pipinya. Melihatnya lalu teringat kejadian beberapa menit lalu, membuat gue bersyukur karena bisa menemukannya disaat yang tepat, andai telat sedikit saja, ntah apa yang bakal terjadi pada gue, yang pasti gue gak akan memaafkan diri sendiri.
Akhirnya kamipun sampai, Shani memarkirkan mobil dengan sempurna. Lidya keluar mobil lebih dulu, lalu diikuti Shani, sedangkan gue masih setia tak beranjak, karena bidadari gue masih terlelap dengan damainya. Gue buka kaca mobil, dan menyuruh Lidya serta Shani untuk duluan, dan gue nyusul ntar. Mereka pun setuju. Kunci mobil pun diberikan Shani ke gue. Sepeninggalan mereka berdua, lagi2 gue tatap wajah sendu Ve yang masih tertidur.
10 menit...
20 menit...
Hape gue bergetar, tertera nama Shani.
"Ada apa Shan?"
"Mama Ve mau ngomong"
"Omi, apa Ve masih tidur? Kenapa belum kembali kesini?
Kata Shani kalian ada di parkiran, Ve baik2 aja kan?
Tante khawatir, meskipun tadi Shani uda cerita"
"Ve baik2 saja tante, ntar lagi Omi bawa kesana"
"Makasih Omi"
Panggilan pun berakhir, dan saat gue akan memastikan keadaan Ve, ternyata dia sudah bangun, mungkin kebangun pas gue telpon.
"Kapan kita sampai?" tanyanya sambil melepas pelukannya dari tubuh gue
"Baru aja kok"
"Gak mungkin, barusan mama kan yang telpon"
"Ayo segera ke apartemen" gue pun mengalihkan pembicaraan agar dia tak banyak bertanya lagi
"Tunggu..." dia memegang tangan gue, mencegah untuk membuka pintu mobil, refleks gue langsung berbalik kearahnya. Ntah emang moment nya lagi pas atau gimana, pandangan mata kami bertemu.
Seakan terhipnotis oleh keindahan mata miliknya. Kami terdiam. Tak ada kata terucap. Terbuai oleh sihir yang di hasilkan oleh kedua matanya. Masuk semakin dalam pesonanya. Hingga ntah sejak kapan jarak terkikis diantara kami. Hanya terdengar suara deru napas yang saling memburu dan menerpa wajah. Terlarut terbuai di dalamnya. Tersisa jarak satu jari memisahkan bibir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Itu Cinta
Fiksi UmumCinta? Ntahlah.. Apa aku harus percaya akan cinta.. Bukan kah cinta itu hanya sebuah kalimat yang ada dalam ftv sinetron atau novel roman saja?