"Kau.." Satu kata lolos keluar dari mulutku. Melihat wajahnya yang tertutup oleh rambutnya yang tergerai. Wajah yang tampak tak asing bagiku.
Dia yang tadinya memandangi bukunya yang terjatuh di lantai, beralih melihat ke arahku. Dan kita beradu pandang sejenak.
"Eunbi!! Kau Hwang Eunbi kan!!" Akhirnya dia berbicara memecahkan keheningan. Tidak tidak, bukan berbicara, lebih tepatnya berteriak. Jangan lupakan juga ekspresi terkejutnya serta jari telunjuknya yang berada tepat di hadapanku.
"Ya ini aku. Siapa lagi yang punya wajah se-mempesona ini." Ucapku sambil menjauhkan jarinya dari wajahku. Tak lupa ku tampilkan senyuman menggoda dan menunjukkan wink yang gagal pada akhirnya.
"Kau sama sekali tidak berubah. Sudah lama kita tidak bertemu dan sekarang kau malah menabrakku." Ucapnya kesal sambil memunguti bukunya yang terjatuh karena ulahku.
"Terimakasih, aku anggap itu sebagai pujian" Aku langsung berjalan meninggalkannya dan dia masih sibuk memunguti buku-bukunya sendiri.
"Yah!! Tunggu aku. Kita harus bicara. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan." Suaranya terdengar terengah-engah karena ia berlari menyamakan langkahnya agar sama dengan langkah panjangku.
"Tapi tidak ada yang ingin ku bicarakan denganmu Omuji." Aku menoleh ke arahnya dengan posisi masih berjalan.
Orang yang ku panggil Omuji itu bisa dibilang temanku, teman lamaku. Nama aslinya Kim Yewon atau biasa dipanggil Umji yang artinya ibu jari aka jempol. Alasannya karena dia selalu melakukan sesuatu dengan sangat baik dan sering mendapat thumbs up dari orang-orang. Tapi dia lebih suka kalau dipanggil Omuji. Katanya itu lebih lucu dan terdengar seperti bahasa Jepang.
Dia sangat menyukai anime, dan bahkan punya hampir semua koleksi filmnya. Apa daya yang ku tau cuma Sinchan dan Doraemon. Anaknya naruto saja aku tak tau namanya.
Yewon dan aku berteman sejak kita duduk di bangku sekolah dasar namun kita tidak lulus bersama. Dia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke luar kota saat berada di kelas 5. Sejak saat itu aku lepas kontak dengannya, karena saat itu kita sama-sama belum mengenal yang namanya sosial media.
Selama 4 tahun ini kita tak pernah melihat wajah satu sama lain. Aku terkejut bisa bertemu dengannya disini, tapi aku berusaha menyembunyikan rasa senangku saat melihatnya.
Senang bisa melihatmu yewonie. Ucapku dalam hati lalu tanpa sadar ujung bibirku terangkat.
"Kenapa kau tersenyum sendiri. Wah.. apa kau sudah gila karena lama tidak bertemu denganku." Dia menghentikan langkahnya dan satu tangannya menarik lenganku lalu tanpa aba-aba membalikkan tubuhku agar menghadapnya. Di scan tubuhku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Justru aku akan menjadi benar-benar gila jika harus selalu bertemu denganmu." Ku lepaskan tangan kanannya dari pundakku, dan beralih mengambil buku-buku yang dibawa dengan tangan kirinya.
"Ini masih hari pertama sekolah, kenapa kau membawa buku sebanyak ini."
"Kau tau, aku harus menjaga rekor akademisku. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia, daripada digunakan untuk hal yang tak berguna lebih baik ku gunakan untuk belajar." Jelasnya sambil mengeluarkan buku-buku lebih banyak dari dalam tasnya dan langsung ditaruhnya di kedua tanganku dengan buku-bukunya yang lain untuk ku bawa.
"Kau benar-benar benar memanfaatkan kebaikanku huh." Bayangkan betapa beratnya ini jika tebalnya saja tidak kalah dengan novel Harry Potter koleksiku. Seharusnya tidak usah ku bawakan bukunya tadi.
"Aku tau kau orang yang baik Eunbi-yah, tapi tidak dengan wajahmu. Kau sekarang justru nampak seperti preman yang sedang merampas buku-bukuku" Oh sungguh ku benci orang yang dihadapanku ini. Setelah membuatku terbang ke bulan, langsung ku dihempaskan ke tanah lapang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tembok Es
Teen FictionSetelah kau pergi, aku membangun tembok es tinggi di sekitarku. Baru ku sadari, rasa dingin ini menyiksaku. Akankah kau kembali dan menghancurkan tembok ini ? Hangatkan aku lagi.. My Buddy...