"SinB-yah!! Oy!! HWANG SINBIIIIII !!!!!" Kenapa makhluk pendek itu selalu mengikutiku. Dan teriakannya itu sangat, neomu, wanjeon, jinjja, jeongmal, mengganggu.
"Kenapa jalanmu cepat sekali?" Aku tak menghentikan langkahku dan terus berjalan.
"Kenapa kau mengikutiku?" Aku menjawabnya dengan pertanyaan lain.
"Kenapa kau marah?" Eunha unnie lanjut bertanya lagi.
"Kenapa juga aku marah?" Aku pun menanyakan pertanyaannya lagi.
"Kenapa kau pergi setelah aku dan Yuju datang?" Dia kembali bertanya.
"Kenapa? Tidak boleh?" Aku juga terus bertanya.
"Kenapa kita terus melakukan ini??" Rupanya Eunha unnie sudah lelah dengan ini.
Bagaimana tidak, dari tadi kita terus berjalan hanya dengan saling menoleh satu sama lain sambil melontarkan pertanyaan yang hanya dijawab dengan pertanyaan lain.
"Kenapa kau tidak berhenti?!?" Aku juga mulai lelah melakukan ini.
"Kenapa tidak kau yang menghentikannya?" Eunha unnie sungguh ahli dalam membuat orang lain emosi.
"Aish... Hentikan!!" Dan lihatlah sekarang. Bukannya pembicaraannya yang terhenti, tapi, "Kenapa kau yang berhenti berjalan?"
"Kenapa kau tadi menyuruhku berhenti?" Ekspresinya yang seolah polos itu sukses membuatku kesal bukan kepalang.
"UNNIE!!!"
"Baiklah.. baiklah..." Ia mulai berjalan ke arahku. "Aku sangat senang melihatmu seperti ini. Jangan diam diam saja, aku lebih suka melihatmu banyak bicara."
"Unnie?" Aku lihat dengan tajam tangannya yang berani bergelayutan di lenganku.
"Maaf.." Ia tersenyum sambil melepaskan tangannya dari milikku. "Ayo pulang. Pulang.. pulang.. pulang.." Tapi tangannya hanya berpindah tempat dan berganti bertengger di pundakku, walaupun dengan kakinya yang sedikit berjinjit.
"Unnie, jalan ke rumah kita berbeda, kenapa mengajakku pulang bersama?" Ah, tidak lagi, kenapa aku mengatakan itu.
"Kenapa tidak? Aku menginap di rumahmu. Yo, ayo, ayo, ole ole ole!!" Tangannya tetap saja menempel disana, menarikku, membuatku terpaksa berjalan mengikutinya yang sekarang melompat-lompat kegirangan seperti anak tk.
"Apa?!?" Eunha unnie sudah sering menginap di rumahku, tapi tetap saja membuatku terkejut karena dia selalu saja mengatakannya dengan tiba-tiba dan tanpa ada rencana memberitahuku lebih dulu.
"Besok kan minggu SinB-yah." Ia berhenti, dan aku pun ikut berhenti karena efek tangannya yang merekat di pundakku, hampir mengelilingi leherku.
"Lagipula apa kau tidak kasihan padaku. Yuju yang mengajakku, tapi sekarang dia pergi meninggalkanku. Perempuan se imut, cute, kawai, kiyowo, seperti aku tidak bisa pulang sendiri kan?" Aku muntah dalam hati setelah mendengar ucapan tak logis yang keluar dari mulutnya. Dan kini aku berusaha membuang jauh-jauh tangannya dari pundakku, lalu tak lupa menjauhkan diriku darinya.
"Jadi, aku ikut denganmu ya? SinB-yah? SinB.. yang baik hati..Hm? Hm?" Aku benar benar tidak suka kalau Eunha pendek unnie melakukan hal ini.
Memohon dengan kedua telapak tangan bertemu lalu diletakkan di depan mulutnya, sambil membuat ekspresi yang di imut-imutkan. Saat melihatnya aku benar-benar... ah, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Tapi entah kenapa, kalau dia melakukannya, aku tak bisa menolak apapun itu permintaannya. Eunha unnie benar-benar sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tembok Es
Teen FictionSetelah kau pergi, aku membangun tembok es tinggi di sekitarku. Baru ku sadari, rasa dingin ini menyiksaku. Akankah kau kembali dan menghancurkan tembok ini ? Hangatkan aku lagi.. My Buddy...