Akhirnya hari yang melelahkan berakhir juga. Latihan yang mungkin bagi seorang Choi tidak ada artinya, sudah cukup untuk membuatku menderita.
Jarum jam di tanganku sudah berada pada pukul 4. Sangat lama rasanya seakan aku tengah masuk sekolah sekarang.
Aku sudah kembali ke tempat lokerku berada. Sendiri, karena Yuju unnie sudah pergi dahulu dengan tergesa-gesa setelah mendapatkan telfon entah dari siapa. Bahkan barang-barangnya masih tertinggal disini, mungkin itu hal yang penting.
Ku buka lokerku dan menemukan sesosok Jibang yang masih duduk diam disana, tanpa teman dan tanpa saudara.
“Hah... sepertinya kau akan jadi temanku hari ini.” Ku ambil Jibang itu dan membawanya dengan tangan kiriku, sementara tanganku yang lainnya sibuk mengambil barang-barangku yang lain seperti tas dan kawan-kawannya
Aku cukup malas untuk berganti pakaian yang bahkan tak ku bawa, jadi aku putuskan untuk cepat-cepat pulang. Walaupun banyak orang disini, tapi jika tak ada yang ku kenali sama saja zonk. Tak ada satupun dari mereka yang mendekatiku, begitupun juga denganku.
Di lorong yang semakin sepi ini aku berjalan sendiri. Ah tidak juga, masih ada Jibang di tanganku.
“Jung Jibang.” Aku tersenyum setelah mencubit pipi bakpaonya itu, membayangkan kalau yang ku cubit adalah Yerin unnie. Tak ada salahnya berkhayal.
Tapi getaran yang terus menerus dari dalam tasku mengganggu imajinasiku. Dengan cepat ku buka tasku, lalu mencari keberadaan benda kotak kecil yang hampir dimiliki semua orang itu. Betapa terkejutnya aku setelah melihat notifikasi yang bertumpuk bak pr yang belum ku kerjakan.
-5 missed call from Una kawai unnie-
-10 voice messages from Una kawai unnie-
-20 messages from Una kawai unnie-
Yang benar saja, Eunha unnie menelfonku sebanyak 5 kali, mengirim 10 pesan suara dan jangan lupa juga 20 pesan teks darinya. Tapi yang menyebalkan adalah isi dari semua pesan itu sama saja.
Kini siapa yang membuang-buang pulsa, karena dia bahkan lebih buruk dariku. Bagaimana tidak, ia hanya menulis namaku lalu ia kirim berkali-kali. Aku tidak perlu memutar satu-persatu pesan suaranya, karena ku yakin isinya akan sama saja.
Ku hentikan langkahku yang lagi-lagi terhenti di jalan untuk membalas pesan tak berguna dari Eunha unnie.
Unnie!! KENAPA!?!
Setelah itu, ku masukkan handphoneku ke dalam saku celanaku. Kembali melanjutkan jalanku yang sempat terhenti tadi sampai bertemu dengan tempat untukku menunggu... halte bis. Aku duduk disana bersama Jung Jibang yang setia berada di pangkuanku.-Yeppeun unnie.. munja wasseo-
Belum genap satu menit duduk, nada dering ponselku telah mengganggu penelusuran mataku yang dari tadi menghitung jumlah kendaraan yang lewat.Pesan yang ku kira akan berasal dari Eunha unnie justru ternyata datang dari orang yang tidak ku duga-duga.
📩
-1 message from Yennie 💛 -
Kau dimana Bi?
Sangat jarang jika Yerin unnie yang lebih dulu mengirim pesan kepadaku. Karena biasanya aku yang akan memberi kabar lebih dulu padanya.
Halte dekat sekolah. Kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tembok Es
Teen FictionSetelah kau pergi, aku membangun tembok es tinggi di sekitarku. Baru ku sadari, rasa dingin ini menyiksaku. Akankah kau kembali dan menghancurkan tembok ini ? Hangatkan aku lagi.. My Buddy...