Haihai!!
Udah setaun yak😅 #peace✌Hayuk, dibaca..
Mau ngamuk2 dulu juga gak papa...🤗Tpi kabur dulu yak..
Ppaipai 🖐●
●
●
●
●
●Kemarin malam merupakan malam yang tak kuharapkan akan cepat berlalu. Hal yang ku inginkan akhirnya bisa ku dapatkan, Sica unnie kembali dan akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Memang benar, rasanya aku juga tak menginginkan hal itu terjadi. Dengan semua hal yang ia lakukan, aku tak ingin mengulanginya lagi. Karenanya, malamku yang seharusnya tenang menjadi sedikit berantakan dan membuatku tak bisa tertidur dengan tenang seperti biasanya.
Ada sisi diriku yang membenci perlakuannya, namun sisi yang lain juga memberitahuku untuk mencoba paham dan mengerti semuanya. Kata-kata yang diucapkannya benar-benar telah menyadarkanku. Terlepas dari apapun alasannya, ia benar-benar menamparku dengan fakta bahwa kita tidaklah dekat. Aku sudah mengerti dan tahu persis akan hal itu, tapi ia seakan memperjelas itu tepat di depan mataku. Sekali lagi terimakasih padanya, pagi terasa cepat sekali menyapaku.
Tidak, aku tak melanjutkan konfrontasi ku kepadanya, aku juga tak mematikan lampu dan kembali ke kamar seperti perkataannya. Hanya duduk di ruang tamu dengan TV yang menontonku. Yap, begadang yang tak mempunyai manfaat serta tujuan. Ku lakukan sampai pagi.
"Kecilkan suara TV-mu. Ada yang mengetuk pintu, kau tak dengar?" Orang yang berkutat di pikiranku sepanjang malam berjalan dengan santainya melewatiku.
"Untuk informasi kalau kau lupa atau bahkan tak tahu, kaki kananku sedang terkilir dan tangan kiriku tidak dalam mood untuk membuka pintu." Pernyataan mengandung fakta namun penuh unsur sarkasme itu ku lemparkan padanya yang mendadak berhenti untuk melihatku sekilas sebelum melanjutkan jalannya.
Bagus, pagi-pagi dan udara disini sudah terasa dingin. Terimakasih pada diriku sendiri.
"Oh, Yerin-ah." Siapa? Telingaku sepertinya masih belum bangun di pagi ini.
Suara Sica unnie tidak salah ku dengar 'kan? Yerin unnie yang mengetuk pintu pagi-pagi? Tumben dia bersikap seperti tamu, bukankah rumahku ini sudah seperti rumahnya? Terkadang aku tidak tahu kapan datangnya ataupun kepulangannya.
"Sica unnie.. Eunbi masih tidur?" Benar, telingaku masih berfungsi. Itu memang suaranya.
"Tidak, dia sudah bangun. Masuklah." Dan benar lagi, mereka terdengar sangat dekat. Aku tidak melihatnya, tapi nada bicara itu sungguh manis seperti orang yang sudah lama kenal.
Tapi ada yang salah dengan perkataan Sica unnie. Kata siapa aku sudah bangun, aku bahkan tidak tidur. Sekali lagi aku sadar, ia memang tidak pernah mengerti tentangku, dan itu bahkan tidak mengejutkan sama sekali.
"Bi? Bagaimana keadaanmu?" Mereka berdua berjalan mendekatiku.
Ralat, hanya Yerin unnie yang menghampiriku dengan seragam terbalut rapi di tubuhnya. Sementara Sica unnie? Aku masih diam menatapnya yang berjalan berlawanan arah dari tempatku berada.
"Baik-baik saja." Jawaban datar tanpa jiwa di dalamnya ku ucapkan tanpa berpikir, masih dengan melihat bayangan Sica unnie dengan pakaian rapi yang biasa ia gunakan untuk bekerja.
"Sungguh? Tidak terasa sakit lagi? Apa perbanmu sudah diganti? Kenapa pagi-pagi sudah duduk di depan TV? Kau tidak tidur disini kan? Dan tumben kau bangun jam segini? Kau sudah jelas tidak akan masuk sekolah hari ini, jadi tidak perlu bangun pagi." Kakak kelas satu ini memberondongku dengan rentetan pertanyaan sesudah tubuhnya menempel dengan pas di sofa yang juga tengah ku duduki ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tembok Es
Teen FictionSetelah kau pergi, aku membangun tembok es tinggi di sekitarku. Baru ku sadari, rasa dingin ini menyiksaku. Akankah kau kembali dan menghancurkan tembok ini ? Hangatkan aku lagi.. My Buddy...