#12 MUTIARA MUTIARA

2.4K 34 0
                                    

Judul : Mutiara Mutiara
Waktu Pembuatan : Tahun 2015

▪▪▪

Sang Surya akan terbenam dan sebentar lagi akan digenggam oleh jemari ufuk barat. Perlahan lahan senja mulai merayap mengantarkan pekatnya suasana malam. Aroma udara malam perlahan lahan mulai menusuk tulang.

Rahman berjalan tergesa gesa menyusuri gang sempit menuju rumahnya sambil menenteng sebuah kotak semir. Ia telah terbiasa menyusuri jalan itu sehingga hafal mati akan kelok-kelok jalan. Rupanya Rahman baru saja pulang dari menawarkan jasa menyemirnya pada penumpang di stasiun kereta api.

Bila demikian Ibu Rahman harap-harap cemas berdiri diambang pintu menanti kepulangan anak semata wayangnya yang sudah yatim sejak masih berumur 6 tahun.

Menjelang shalat isya Rahman segera makan malam seadanya bersama sang ibu tercinta, setelah itu Ia kembali belajar dengan tekun dibawah sinar lampu minyak yang terangnya tidak seberapa. Terkadang pula Rahman belajar ditemani ibunya, jika ibunya sedang tidak banyak pekerjaan.

Rahman sudah terbiasa hidup diatas penderitaan dan kesederhanaan yang harus Ia rasakan, meski harus menelan pil pahit setiap hari bahkan detiknya, semua Ia terima dengan ikhlas karena Rahman tahu semua yang ia lalui itu adalah takdir yang dapat Ia tolak.

Namun, Ia merasa bersyukur dilahirkan di atas kesederhanaan, karena Ia sudah dapat merasakan arti menjadi tulang punggung keluarga, Ia dapat pula merasakan arti mandiri dan bagaimana memperbaiki nasib dengan cara yang halal.

Rahman benar benar merasakan perjuangan hidup yang memeras keringat. Namun apa boleh buat hanya Ia yang menjadi tumpuan ibunya, karena ibunya pun sering Sakit sakitan, semua demi sang ibu wanita satu-satunya yang paling berharga dalam hidupya.

Setiap selesai sholat subuh, Rahman sudah mengais rezeki diatas bak sampah yang terdapat disekitar perumahan Pilangsari tempat tinggalnya. Bau amis tak asing lagi baginya, sedangkan debu dan sampah telah lama bersahabat dengannya.

Biasanya Rahman memungut kardus kardus, plastik, dan sampah lainnya yang dapat Ia uangkan pada Ah-Tong, bila resekinya sedang mujur, Ia akan pulang lebih awal dengan wajah berseri seri.

Para tetangga banyak yang memuji akan bakti Rahman kepada orangtuanya. Namun Rahman tidak pernah silau akan pujian, malah Ia terlihat biasa biasa saja karena tidak suka terlalu disanjung.

SMA 02 JAKARTA adalah sekolah dambaan semua orang. Karena kecerdasan otak yang dimiliki Rahman sehingga alasan tersebut mengantarkannya berada pada gedung itu dengan selembar piagam beasiswa yang menjamin pendidikannya selama 3 tahun kedepan.

Hingga pada suatu hari, peristiwa bersejarah menghampirinya. Semua guru sepakat memilih Rahman mengikuti lomba siswa teladan tingkat kota Jakarta.

Rahman hampir roboh karena tidak percaya. Dunia nyata ini terasa seperti mimpi.

Namun semua guru sempat terhenyak saat Rahman menolak untuk mengikuti lomba siswa teladan tingkat Kota Jakarta, padahal semua siswa berharap namanya akan terpilih. Guru guru tercengang mendengar alasan penolakan Rahman. Mereka terharu mendengar kisah perjuangan Rahman di setiap harinya.

Dengan tegas Ibu Anita, sebagai Kepala Sekolah berjanji akan mengganti penghasilan Rahman selama 2 minggu untuk mempersiapkan diri Rahman mengikuti Siswa Teladan Tingkat Kota Jakarta.

Rahman menyayangkan selama 2 minggu itu Ia tidak akan menenteng kotak semir, Ia tidak akan melihat teman senasibnya. Dua minggu pula Ia tidak akan mengitari perumahan Pilangsari untuk memungut barang bekas.

Rahman sempat tersentak dengan bibir terkatup, Ia tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Tenggorokannya terasa tersumbat dan kering saat Ibu Anita mengeluarkan kata yang membuat sebutir permata indah keluar dari pelupuk matanya.

Kata tersebut terus terngiang ngiang di kedua telinganya. "Rahman akan saya jadikan anak angkat dan semua biaya hidupnya akan saya tanggung".

Rahman tertunduk, di dalam hatinya Ia bertekad tidak akan mengecewakan Ibunya, Ibu Anita, serta guru guru yang selalu mendukungnya. Ia akan buktikan bahwa Ia bisa. Tidak ada kata lelah dan Ia selalu berusaha meski tidak punya segenggam materi. Karena yang dibutuhkan adalah segenggam akal yang kuat.

Hingga dua minggupun berlalu, pertempuran telah usai, Rahman melaluinya dengan usaha yang keras, Ia tidak ingin mengecewakan siapa pun.

Saat upacara tiba, Ibu Anita dengan gemetar membuka surat hasil tes Rahman mengikuti ujian tertulis siswa teladan Tingkat Kota Jakarta. Keringat dingin Ibu Anita mulai bercucuran, tidak biasanya Beliau segemetar itu saat membuka surat.

Suasana hening, amplop telah berpisah dari pembungkusnya, mata Ibu Anita melotot membaca isi surat tersebut.

Rahman terlihat penasaran, ingin rasanya Ia merebut amplop itu dari tangan Ibu Anita.

Di atas podium Ibu Anita berteriak dan menyatakan bahwa Rahman berhasil meraih predikat pertama sebagai siswa teladan Tingkat Kota Jakarta. Tepuk tangan riuh melanda SMA 02 JAKARTA.

Rahman menangis karena terharu, rasanya Ia sangat ingin memeluk ibunya yang selalu setia menemani setiap langkahnya. Doa yang mujarab mengantarkan keberhasilannya.

Rahman mendongak menatap si langit biru dengan mata yang sendu, Seakan Ia melihat sang ayah yang tersenyum menatap kebahagiannya di pagi itu. Sedang malaikat sudah mengepakkan sayap kokohnya untuk kembali ke langit setelah mengantarkan kabar bahagia itu,

Rahman tersenyum dalam isakan tangis harunya, sang mutiara kini bersemi di hati Rahman.

●●●

TBC

SEJUTA RASA UNTUK CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang