Judul : Bukan Kamu ataupun Dia (Kisah Nyata)
Tanggal Pembuatan : Makassar, 25 Maret 2019●●●
Kulangkahkan kakiku menuju kampus dengan semangat empat lima. Hari ini, pekan keduaku berkuliah setelah libur pergantian semester. Harapanku, semoga disemester empat ini aku bisa belajar dengan baik, meningkatkan IPK agar lebih tinggi dari semester kemarin dan terutama semoga aku tidak pernah lagi jatuh cinta kepada orang yang tiba-tiba datang kepadaku layaknya seorang sahabat dan memberikan perhatiannya lebih kepada wanita lain lalu pergi meninggalkan aku disaat aku tulus menyayanginya. Pokoknya aku tidak akan percaya lagi dengan kata cinta sebelum kudapatkan jodoh kiriman dari Tuhan.
Aku segera memasuki ruangan kelasku yang kutempati kuliah pagi ini. Duduk tenang sambil membaca buku karena hari ini adalah metode pembelajaran diskusi dengan mata kuliah Filsafat Administrasi Pendidikan. Artinya otakku harus berisi asupan materi diskusi agar bisa beradu argumentasi dengan teman-temanku nanti.
Semua temanku mulai berdatangan sehingga kelas mulai hirk pikuk. Namun aku tidak peduli dengan semua itu, aku ingin tetap fokus membaca buku yang ada dihadapannku.
"Hey, kak Galih!" Seru Nicol, orang yang kumaksud meninggalkanku disaat aku tulus menyayanginya.
Spontan aku mengangkat muka. Tubuhku menegang. Namun bukan karena Nicol yang membuat reaksi tubuhku sedemikian rupa lagipula aku sudah move on darinya tetapi nama yang dipanggil oleh Nicol membuatku bereaksi cepat.
Aku menoleh ke arah pintu kelas. Kulihat Nicol sedang bersalaman dengan Kak Galih. Tubuhku langsung gemetaran dan panas dingin. Jangan-jangan nama senior yang nangkring di absen kelas untuk program mata kuliah Filsafat Administrasi Pendidikan adalah kak Galih. Bisa saja, karena menurut kabar yang kudengar Kak Galih sempat cuti kuliah selama satu tahun entah karena alasan apa.
Kulihat banyak hal yang berubah dari Kak Galih semenjak satu tahun terakhir. Dulunya dia memiliki rambut gondrong yang sungguh sangat panjang. Kupikir pasti ketombe dan kutu bersarang di sana. Sekarang ini rambutnya tampak dicukur cepak sehingga menambah kadar ketampananya. Style-nya dulu pun sangat urakan dengan celana yang di sobek-sobek bagian lutut dan pahanya, baju kaos yang sering terbalik karena dianggap tren, dan tas yang menggantung di perutnya seperti penjual ikan tetapi sekarang dia tampak rapi dengan celana panjang dan kemeja kotak-kotaknya. Sepatunya pun sangat bersih dan mengkilap. Asal kalian tahu juga, dulunya kak Galih ada pemimpin dari mahasisiwa bentrok dan demonstrasi. Yang kutahu pula Kak Galih sangat cerdas dan aktif di semua mata pelajaran tetapi begitulah kekurangannya, dia jarang ke kampus. Aku heran saja entah sihir apa yang mengenainya setelah satu tahun terakhir ini sehingga berubah total. Semoga bukan hanya penampilannya yang berubah menjadi lebih baik, semoga kepribadiannya juga.
Aku kembali menundukkan pandangan bersikap seolah-olah membaca tetapi tidak ada satu pun materi yang mampu masuk di otakku. Aku terus kepikiran dengan Kak Galih. Bagaimana bisa dia muncul tiba-tiba dan bergabung di kelasku? Bagaimana pula aku bisa mengikuti proses perkuliahan ini dengan tenang saat aku sekelas dengannya? Aku berharap semoga setelah satu tahun berlalu dia sudah lupa dengan wajahku bahkan melupakan semua kejadian-kejadian yang pernah kami kami lalui bersama.
Semua sahabatku telah berdatangan. Mereka tidak langsung duduk di kursi kosong dekatku. Namun mereka menyerbuku seperti seorang wartawan yang bertemu dengan artis sensasional.
"Eh, tuh ada kak Galih." Kata Fea melirik Kak Galih yang masih berbincang-bincang dengan Nicol.
"Tau kok." Jawabku berusaha menormalkan ekspresi.
"What muka kamu kok pucat sih, Sa? Kamu sakit?" Tanya Afka seraya memegang tangan aku.
"Lho kamu juga dingin." Imbuhnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJUTA RASA UNTUK CERITA
Short StoryKUMPULAN CERPEN Mahes: Din, gue ada hadiah spesial buat lo. Arula: apa? Mahes: hadiahnya ada di belakang lo balik badan sekarang. Arula: mana Hes? Arula: lo boongin gue ya? Mahes: di depan lo Din, itu hadiahnya. Mahes: gue ada di depan lo. Setelah m...