#32 GANDELLA

1.1K 26 1
                                    

Judul : Gandella
Waktu Penulisan : 26 Oktober 2019

○●○

"Gandiiiiiii!" Teriak Della keras sambil mengusap kepalanya.

Gandi berlari menjauh dari Della sambil tertawa puas akibat menarik rambut Della. "Iya Della sayang?" Balas Gandi.

"Sayang pala kamu. Sini kamu!" Hardik Della dengan nafas turun naik karena marah.

"Aku nggak mau dekat-dekat sama kamu, Del. Soalnya dekat sama kamu itu pengennya bawa penghulu biar sekali deket langsung sah dan bisa nyipok."

Gigi Della gemertak. Dia mengepalkan tangan lalu menghentakkan kaki di lantai.

"Gandi gila!" Jerit Della kemudian berlari meninggalkan pelataran kelas dan memasuki ruangan kelas XII IPA 1.

"Iya gila karena kamu sayang." Balas Gandi tertawa seraya terbahak-bahak.

Begitulah hari-hari yang dijalani Della di sekolah. Selalu sial karena Gandi setiap detik mengganggunya. Entah menarik rambutnya, mengagetkannya di depan umum hingga malu sendiri, menyembunyikan bukunya PR-nya, bahkan Gandi pernah menempelkan foto Della di mading sekolah dan mengatakan bahwa Della itu penyuka sesama jenis hingga membuat seluruh siswa di sekolah menjauhinya. Namun, untunglah Gandi merasa bersalah dan membuat pengakuan untuk membersihkan kembali nama baiknya. Pokoknya Della benar-benar membenci Gandi. Sangat benci.

Sepulang sekolah, Della bergegas menuju ke gerbang sekolah untuk menunggu supirnya menjemput. Beberapa menit berselang dia menunggu tetapi tidak ada tanda-tanda kemunculan batang hidung supirnya itu.

Della menjadi gusar karena suasana sekolah semakin sepi. Dia pun segera menelepon Demon, Supirnya yang berumur setengah abad.

"Halo?"

"Iya, halo neng."

"Kemana aja sih, Pak. Kok lambat jemput?" Tanya Della setengah kesal.

"Maaf neng mobilnya mogok, sekarang saya sementara ada di bengkel."

Della ber-OH ria. "Kalau udah selesai buruan ke sini, Pak. Soalnya saya takut. Sekolah semakin sepi."

"Siap, neng."

Della segera memutus sambungan teleponnya lalu berjalan menuju halte. Dia duduk disana sambi memainkan ponselnya.

"Sendirian aja." Sahut seseorang.

Spontan Della mendongakkan kepala untuk menatap pemilik suara berat itu.

"Doni, Irwan?" Kata Della heran.

Doni dan Irwan merupakan pentolan pengacau di kelas XII IPA 1. Mereka bisa masuk di kelas yang terkenal karena keunggulannya itu bukan karena kepintaran mereka melainkan karena orangtua mereka yang berteman baik dengan kepala sekolah. Curang bukan? Anak Sultan mah bebas.

"Kok belum pulang?" Tanya Doni menyeringai nakal.

Della bergidik ketakutan tetapi sebisa mungkin dia berusaha menyembunyikan ketakutannya itu.

"Serah aku dong." Balas Della dingin.

"Mau aku anterin?" Tawar Doni sambil mencolek dagu Della.

Spontan Della berdiri lalu berkacak pinggang. Tentu saja dia sangat marah diperlukan serendah itu. Dia bukan cewek murahan yang seenak jidat bisa disentuh apalagi dicolek.

"Kurang ajar! Brengsek! Aku bukan cewek murahan yang seenak jidat bisa kalian sentuh!" Umpat Della dengan nada marah.

"Eh, nggak usah emosi kali Del." Ejek Doni.

SEJUTA RASA UNTUK CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang