#28 ASMARA 5 LANGKAH

1.2K 16 0
                                    

Judul : Asmara 5 Langkah
Waktu Pembuatan : 22 Mei 2014

•●◇●•


Kota Jakarta diterjang terik matahari yang sangat menyengat di siang hari ini. Beruntung saja angin musim kemarau berhembus pelan sehingga dapat mengurangi kadar panas dari sang matahari.

Sementara itu, di sebuah komplek terlihat seorang penjaja es di bawah pohon rindang sedang melayani beberapa anak kecil yang menyerbu daganganya. Beberapa diantara anak itu tampak berebutan untuk mengambil es dari tangan si penjaja es.

Alfi yang sedang duduk di teras rumahnya menatap tanpa rasa gairah penjaja es itu. Ia lalu melayangkan pandangannya ke tempat lain, tepatnya di sebuah rumah berlantai satu yang bercat putih yang tepat berada di seberang jalan depan rumahnya.

Rumah yang kemarin tidak berpenghuni karena dijual itu, hari ini tampak ramai. Terdapat beberapa mobil tampak terparkir di halaman rumah. Beberapa orang pula terlihat menurunkan barang dari mobil. Bahkan Alfi melihat ibunya ada di sana dan mengobrol dengan orang yang sama sekali ia tidak kenal.

"Al, alfiiiiii!" Teriak Aldi, kakak Alfi mengagetkan adiknya.

Alfi menatap Aldi sambil mengelus dadanya. "Apaan sih kak, bikin jantung copot aja." Cibir Alfi dengan nada cemberut.

"Lagi pula salah kamu, kenapa siang bolong begini melamun. Kayak nggak ada kerjaan lain aja. Kalau nggak ada kerjaan, sana cuciin baju kotor kakak." Balas Aldi.

"Ogah."

Aldi tidak menggubris ucapan Alfi, ia malah melayangkan pandangannya menuju rumah yang tadi juga sempat menyita perhatian Alfi.

"Tetangga baru yah?" Tanya Aldi kembali menatap Alfi.

"Nanya sama aku yah? Mana aku tau, sana tanya sama Ibu, Ibu kan ada di sana." Ketus Alfi.

"Sadis amat jadi orang. Heran aku, dulu sewaktu Ibu ngandung kamu, ngidamnya apa yah. Kok bentukannya gini sih." Ledek Aldi berdecak beberapa kali.

"Kan ini salah kakak, nanya sama orang yang nggak tau apa-apa." Kilah Alfi cemberut.

"Iya deh bawel."

Aldi kembali memandang ke depan rumahnya. Ia melihat seorang laki-laki yang tampak seumuran dengannya membuka bagasi mobil.

"Loh bukannya itu---" Aldi mengucek matanya untuk memastikan siapa yang kini terekam oleh pupil matanya.

"Siapa kak?" Tanya Alfi menatap Aldi lalu menelusuri arah pandangannya.

"Lah, itu kan Dimas!" Seru Aldi dengan wajah berbinar.

"Dimas? Dimas itu siapa kak?" Tanya Alfi penasaran

"Itu!" Aldi menunjuk seorang laki-laki yang sedang menurunkan barang dari bagasi mobil. "Kamu mana tau dia, orang kami sahabatan pas pantat kamu masih merah." Ujar Aldi setengah meledek.

"Ih rese' deh." Kesal Alfi.

"Kamu jaga rumah yah dek. Aku mau ke sana." Ucap Aldi kemudian berlari secepat kilat menuju rumah Dimas, teman kecilnya saat berumur 7 tahun.

●○●

Dimas Arion Cakrawinata, itulah nama tetangga baru di komplek melati. Beberapa hari ini, ia terlihat sering mengunjungi rumah Alfi. Bukan tanpa alasan, memang karena Dimas dan Aldi telah bersahabat sejak kecil ditambah lagi Dimas satu sekolah dengannya.

Selama ini saat Dimas datang ke rumahnya, Alfi selalu mengurung diri di kamar. Alasannya cukup simpel mengapa ia enggan untuk berkenalan. Ia tidak cukup terbuka dengan orang baru. Itulah sebabnya di sekolah Alfi tidak memiliki banyak teman. Ia termasuk anak yang kurang aktif bersosialisasi dengan teman-temannya. Baginya rasa sepi adalah teman yang paling terbaik dan setia.

SEJUTA RASA UNTUK CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang