#22 SENIOR BIRU BERSINAR DIBALIK LAYAR KACA

1.9K 25 0
                                    

Judul : Senior Biru Bersinar Dibalik Layar Kaca (Kisah Nyata)
Waktu Pembuatan : Tahun 2016

▪▪▪

Matahari memanggang dengan ganasnya di bawah rengkuhan langit biru. Menyelimuti redupnya awan yang kian bertetesan peluh. Burung-burung yang berbumbungan bebas tak ubahnya besi terbang yang melakukan latihan penerbangan di udara. Angin yang berdesakan menghantam kepenatan jiwa yang membeku perlahan cair. Tak kuat memendam untuk melakukan perubahan yang semakin memaksa diri.

Di bawah gencatan bola raksasa merah itu, sebuah gedung dengan plat 'SMAN 1 TANETE RILAU' berdiri kokoh. Tepat di depan kelas XI-1, tampak seorang gadis duduk melamun. Ia terlihat menerawang jauh, angannya terus menjelajahi alam bawah sadarnya. Namun anehnya dibalik khayalannya, selalu saja diselingi dengan pandangannya yang sesekali berpaling di kelas XII-1.

Sebenarnya apa yang ia lihat?

Rupanya kedua bola matanya asyik memandang seraut wajah dibalik layar kaca jendela kelas itu. Wajah dari seseorang yang telah lama terpatri indah di dalam hatinya. Dan rasa itu ada sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di sekolah itu.

"Irka, ngapain sih?" tanya Tiwi menepuk bahu Irka dan ikut menelusuri pandangan Irka.

"Kepo banget sih!" Balas Irka manyun.

"Aku tahu," Tiwi menyeringai iblis. "Kamu lagi ngeliat Senior Biru Bersinarmu kan?" imbuh Tiwi heboh.

"Bisa nggak sih kalau ngomong nggak usah pake microfon?" kesal Irka menyoroti Tiwi dengan tatapan tajamnya.

"Ya, maaf," Balas Tiwi mencebikkan bibir.

"Udah sana deh, kan kamu mau ke kantin, tuh Cica udah nungguin kamu!" ujar Irka menunjuk Cica telah bersiap-siap menuju ke kantin.

"Nggak!" tolak Tiwi bersikeras.

"Kamu kenapa sih, batok kelapa banget!" Irka berdecak kesal.

"Aku bakalan pergi setelah kamu ngasih tau aku arti dari Senior Biru Bersinar, udah dari kemarin-kemarin loh aku nanya pertanyaan yang sama," Ungkap Tiwi penuh penekanan.

"Kalau aku nggak mau, kamu mau apa!" bentak Irka merasa kesal kuadrat.

"Ohh... jadi gitu," Tiwi menyipitkan matanya bernada menggoda. "Aku teriak nih?" ancamnya lagi.

"Kamu mau teriak apa?" tanya Irka sedikit panik.

"Aku bakalan teriakin tuh senior dan bilang kalau kamu suka sama dia!" kata Tiwi menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Kamu benar-benar gila," Irka menggertakkan giginya.

"Udah kasih tau aja kali, daripada malu disini," Tiwi terkekeh tanpa merasa berdosa.

"Baiklah," kata Irka menyerah.

Tidak adak pilihan lain kecuali menyerah sebab Tiwi anaknya nekat. Jika ia berkata sesuatu maka ia akan membuktikan ucapannya.

"Serius kamu mau tau?" Irka menatap Tiwi. "Bakalan nyesel loh kalau tau jawabannya,"

"Nggak, kalau aku penasaran nggak bakalan nyesel kok," kilah Tiwi penasaran setengan mati.

"Arti dari senior adalah karena dia adalah kakak kelas kita, pasti lo juga tau itu kan," Irka tertawa garing. "Yang kedua biru karena dia selalu pake jaket warna biru kalau ke sekolah---"

"Gak pernah dicuci dong berarti," potong Tiwi bergidik jijik.

"Yeuh, jaketnya beda-beda kali," Irka nyengir ke arah Tiwi. "Dan yang ketiga bersinar karena cuma dia satu-satunya---" Irka menggantung ucapannya dan menghela nafas panjang.

SEJUTA RASA UNTUK CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang