Hari pertama latihan. Kalau sekolah begini trus enak kali ya? Dateng cuma latihan istirahat, pulang. Gak usah ribet mikirin tugas ulangan, test atau ujian. Hehehe, pemikiran anak sekolah Jaman Now emang begini ya, males belajar.
Sambil menunggu jam latihan di mulai, aku dan Netta duduk di taman sekolah yang berada tepat di sebelah ruangan lab Kimia.
Sekolah ini memiliki banyak bangunan besar, Setiap jurusan memiliki 3 kelas dari kelas 10 hingga 12. Aku dan Netta satu kelas, yaitu 11 IPS 2 dan Stefan, dia satu kelas dengan Willy sahabatnya 11 IPA 3.
Aku dan Netta menyandarkan tubuh pada salah satu pohon di taman. Aku sibuk membaca novel sedangan Netta sibuk memainkan game di handphonenya.
"Siall!! Kalah lagi! " Sudah berkali kali Netta mengomel karena kalah bermain gamenya."Apaan sih Net, cuma game juga.. Berisik lu! " Karena jengkel aku membalas omelan Netta itu yang sudah lama aku pendam.
" Musuhnya nih curang, masa ya? Gue kan udah blablablabla" Aku gak peduli apa yang Netta omelin. Aku mengambil headset di dalam tas, menyambungkannya ke handphoneku lalu menggunakanya.
"Duhh, apaan sih? " Netta menarik headset yang menancap di telingaku.
"Iih lu yang apaan? Temen lu lagi ngomong, malah pakai headset. Emang gue apaan? Burung berkicau? " Omel Netta karena aku menghiraukanya saat dia bicara tadi.
"Burung kalau berkicau merdu, gak cempreng! " Balas ku sambil tertawa kecil lalu memasang headset di telingaku lagi.
"Wahh lu ya Mel-" Omelan Netta terputus berkat bel sekolah bertanda jam masuk pelajaran pertama untuk kelas 12 dan 10, sedangkan kelas 11 pergi ke tempat latihan masing masing. "Udah ah, gue mau ke kelas tari dulu, capek dengerin burung berkicau" Aku mengambil tas lalu meninggalkan Netta yang masih bersandar di pohon.
Sambil berjalan, dari belakang aku mendengar suara Netta memanggil namaku, karena aku masih memakai headset, jadi aku pura pura saja tidak tahu. Hehehehe.
Aku memasuki kelas tari, sekolah ini punya ruang sendiri untuk menari, karena sekolah ini menawarkan pada muridnya ekstrakulikuler Dance, dan pernah memenangkan lomba dance beberapa , jadi terbentuklah ruang tari ini. Sebelum ada khusus ruang tari ini, semua yang ikut ekstrakulikuler dance berlatih di aula.
Aku melihat Kak Nanda, guru tari sekolah ini sedang sibuk mempersiapkan musik yang digunakan untuk latihan nanti di laptopnya. Di ruang tari ini hanya ada kak Nanda, awalnya aku pikir akan telat. Ternyata belum ada satu murid pun yang datang, keberuntungan sedang berada di tanganku.
Aku mendatangi kak Nanda yang sedang berada di pojok ruangan yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Pagi kak Nanda" Aku menyapanya " Pagi juga Mel, hmm.. Lagi rajin nih? Kok datengnya pagi banget? " Kak Nanda membalas dengan senyuman.
Kak Nanda adalah guru termuda di sekolah ini, umurnya masih 20 tahun dan sudah menjadi seorang coreograpy, keren ya!. Dari namanya Nanda, mungkin ada beberapa dari kalian berfikir bahwa dia perempuan.
Namun, kak Nanda seorang laki laki maco, bertubuh goals di tambah dengan otot otot di seluruh tubuhnya. Wajah kak Nanda juga selalu tersenyum membuat banyak siswa perempuan di sekolah ini pernah memberikan kak Nanda bunga atau coklat di hari Valentine.
Bahkan ada siswa perempuan yang pernah menyatakan cintanya pada kak Nanda, tapi kak Nanda menolaknya dengan alasan " Kamu masih kecil, kejar mimpimu setinggi mungkin" Kak Nanda juga jarang sekali marah.
Jadi dia banyak di sukai oleh murid murid di sekolah ini dan berharap bahwa kak Nanda saja yang menjadi kepala sekolah. Akan lebih menyenangkan jika memiliki kepala sekolah sabar dari pada kepala sekolah kejam seperti Mam Riska.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...