Ini bukan tentang aku, tapi tentang kita. Tentang cerita kita.
____________________________________
Jam setengah sembilan pagi, Stefan sudah di depan rumah Mela. Dia duduk di dalam mobil miliknya sambil menunggu Mela selesai bersiap siap.
Dia sengaja datang lebih pagi dari janji, karena takut akan terlambat. Tapi yang terjadi malah dia harus menunggu Mela. Dan kalian pasti tau seberapa lama perempuan bersiap siap kalau di ajak pergi?
Tapi itu bukan menjadi masalah buat Stefan. Karena hari ini, hari yang penting untuknya.Sekitar setengah jam kemudian, Mela keluar dari rumahnya setelah pamit dengan mamanya. Dia langsung berjalan mendekat ke mobil Stefan.
Stefan keluar dari mobil, menyambut Mela. Mata Stefan melihat Mela dari ujung kaki sampai kepala. Hari ini entah kenapa Mela terlihat berbeda.
"Cantik. " Kata Stefan pelan.
"Kenapa? Berlebihan ya?" tanya balik Mela sambil melihat dress polos Pink muda miliknya di padu dengan sepatu heels putih yang kira kira hanya setinggi 3cm.
Dengan cepat, Stefan menggeleng.
"Gak kok. Cuma kelihatan beda aja. Tapi cantik kok. ""Lagian lo nyuruh gue dandan. Gue juga gak tau lo mau ajak gue kemana, tapi kayaknya serius banget. Jadi ya.. Gue bingung." Jelas Mela sambil terus melihat pakaian miliknya.
"Ya udah yuk, sebelum kesiangan nanti panas. " Ajak Stefan. Dia membukakan pintu mobil untuk Mela.
"Mana ada siang gak panas?" tanya balik Mela, masuk ke dalam mobil.
"Ada, kalau hujan. " Jawab Stefan sambil menutup pintu mobil.
Di dalam mobil Mela tertawa kecil karena jawaban Stefan tadi. Menurutnya itu lumayan menghibur juga.
"Dan sebentar lagi, lo bakal lihat hujan yang sebenarnya, Mel."Kata Stefan dengan senyuman tulus di wajahnya.
Mela tak paham maksud Stefan.
"Stefan? Maksud lo apa? Gue gak paham sama lo belakangan ini. "Stefan tersenyum, lalu mulai menginjak pedal gas.
"Nanti lo tau."Mela tak menjawab. Dia terdiam dan hanya menikmati pemandangan jalan raya dari jendela mobil. Begitu juga Stefan yang fokus menyetir.
Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dan tidak ada yang membuka percakapan sama sekali.
Sampai di tujuan, matahari masih belum terlalu memerkan panasnya. Stefan turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Mela.
Pemandangan yang Mela lihat pertama kali adalah lapangan hijau luas dan,
"Pemakaman. " Kata Mela.Stefan tersenyum kemudian menawarkan Mela untuk menggandeng tangan Stefan.
"Kalau lo mau, bolehkah?"Mela meraih tangan Stefan. Lalu mereka berdua mulai berjalan. Mela hanya mengikuti kemana langkah kaki Stefan pergi. Hingga mereka sampai di suatu makam.
Stefan melepas tangan Mela, lalu dia berjongkok di dekat makam itu.
"Sini Mel. " Ajak Stefan.Mela ikut berjongkok setelah membenarkan pakaiannya. Dia membaca nama di batu nisan itu.
"Stefan... Nadya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...