Di Hotel?

58 7 1
                                    

Aku berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Tubuh ku basah kuyup, aku gak peduli hujan. Lagi pula pipi ku dari tadi sudah basah karena hujan air mata, sekalian aja basahin seluruh tubuh biar kompak.

Bila di lihat orang, pasti aku mirip orang gila, pasti. Kenapa? Karena aku berdiri membiarkan tubuhku kehujanan padahal di sebelah kanan ku hanya berjarak 3 meter ada halte bus. Entah kenapa aku memilih bermain air hujan dari pada berteduh di halte.

"Lu ngapain? Gila ya? " Tiba tiba seseorang menarik tanganku dan langsung menatap mataku. Oh, ternyata Joy. Btw, ngapain dia ikut hujan hujan? Dia juga lagi galau?

"Joy? Lu lagi galau? " Tanya ku dengan suara agak keras karena takut kalah banding dengan suara hujan.

Muka Joy seperti kaget mendengar pertanyaanku lalu menariku duduk di halte bus. "Lu mau sakit ha? 2 minggu lagi lomba! Lu mau dance di rumah sakit? " Tanya Joy dengan suara tegas.

" Kayaknya seru, boleh" Aku menjawab dengan santai dengan muka "tanpa dosa" Miliku.

" Lu gak waras Mel. Udah lu ikut gue pulang naik mobil aja " Joy menarik tanganku masuk ke dalam mobil yang dia parkiran di depan pintu gerbang sekolah. Aku hanya ikut saja kemana Joy menarik tanganku, rasanya aku tidak tahu harus ngapain. Semua seperti hitam putih.. Datar.. Ada cahaya terang di mataku yang sangat menyilaukan dan..

Mataku sangat sulit untuk di buka. Saat aku berhasil membuka mata, yang aku lihat asing. Tempat yang sepertinya belum pernah aku datangi, ada dua orang berbaju putih di depan ku. Aku mencoba berdiri dari posisi tidur ku, walaupun susah tapi aku berhasil duduk dan bersandar pada sesuatu yang empuk.

"Mel? Mel? Lu beneran pingsan gak sih? " Seperti suara orang yang aku kenal.. Tapi siapa? Kepalaku pusing, semuanya buram.
" Siapa? Kok kayak kenal? " Tanya ku dengan suara sangat pelan. "Wahh Mel, lu kehujanan racun amnesia ya? Kok lu jadi lupa gue sih? Gue itu temen lu yang paling baik, cantik, trus paling sa-"

" Lu si cempreng kan?... Netta" Pengelihatan ku sudah mulai mebaik dan melihat Netta, mama, dan Joy di depan ku.

"Astaga Mel!! Lu jengkelin banget sih, awas kalau lu sudah sehat. Gue banting lu" Suara teriakan Netta membuat kepalaku semakin pusing. Aku di mana sih ini? Kamar? Gak mungkin, temboknya putih, kamar ku temboknya pink kok. Dimana sih ini? Hotel? Oh mungkin aku lagi liburan, trus cerita ku kemarin tengkar sama Stefan cuma mimpi ya?

"Ma.. Mela di mana? Hotel ya? Pulang yuk"

"Lu di rumah sakit bego! Mendem nih anak" Netta selalu saja menghancurkan keheningan.

"Kamu tadi pingsan, trus temen kamu Joy bawa kamu ke rumah sakit lalu Telfon mama lewat telfon sekolah" Jelas mama singkat. Ooo ternyata gitu, tapi yang aku masih bingung...

" Trus burung berkicau ini tau dari mana? " Tiba tiba sebuah cubitan mendarat di tangan ku.

"Wah Mel, lu keterlaluan... Gue tau dari Joy! Joy itu anak kelas 11 IPA 1. Temen gue! Wajar dong kalau gue tau" Seperti biasa, burung berkicau ini selalu menunjukan suara merdunya kalau sedang marah. Sungguh indah.

" Santai lah, ma.. Boleh pulang kan? Pulang yuk!"

"Sudah boleh, mama urus administrasi dulu ya.. Kamu tunggu di sini, gak lama kok.. Paling 2 jam" Mama meninggalkan kamar di sertai dengan..

" Tanteeee, 2 jam itu lamaaaa" Burung kesayangan ku berkicau lagi. Sungguh indah.

" Mel, lu lagi ada masalah ya sama pacar lu? " Joy tiba tiba menanyakan hal yang yang membuat aku kaget, dari mana dia tahu?

"Nahhh iya Mel!.... Ha?? Lu lagi tengkar sama Stefan? " Reaksi Netta yang lemot di sertai kicauannya. Aku hanya bisa menutup telinga mendegar kicauan Netta.

"Astagaaa, setau gue kalau burung berkicau itu merdu bukan suara piring pecah" Jawaban Joy membuat ku tertawa.

" Gue tau, karena gue liat lu lagi nampar pacar lu saat gue mau ke tempat parkir, gue juga denger lu samar samar tanya ke gue tentang galau atau apalah" Jelas Joy singkat.

Aku hanya diam kemudian menempel kan jari telunjuk ku di bibir "ssstttt, diam yaa tolong jaga rahasia.. Apalagi lu cempreng" Netta dan Joy hanya mengangguk kemudian mama masuk dan kami semua siap siap untuk pulang.

Sesampai di rumah, aku membaringkan tubuh ku di kasur kemudian membuka chat dari Stefan.

"Gak ada chat? Dasar gatau diri, udah ninggalin gue, gak minta maaf lagi.. Untung badan lu lebih tinggi dari gue, coba kalau sama gue banting lu" Omel ku yang ternyata membuat mama ikut mengomel dan menyuruh ku untuk istirahat agar besok aku bisa masuk sekolah.

Ku letakan handphone jauh jauh dari tempat tidur agar tidak ada godaan untuk membuka chat dari... Yahh kalian tau kan? Selesai berdoa aku tidur dan berharap tidak bermimpi tentang makhluk astral itu.

MoodBoster [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang