Darah

20 2 0
                                    

      Suasana hening. Semua orang tak ada yang berani mendekat ke Stefan karena tubuhnya yang penuh bercak darah. Stefan terus menangis sambil minta maaf pada Mela.

Mela yang mendengarnya malah makin bingung. Kenapa tiba tiba Stefan minta maaf padanya? Padahal hari itu mereka belum bertemu sama sekali.

"Apa maksud lo? " tanya Mela yang akhirnya angkat bicara memecah keheningan.

Stefan mengangkat kepalanya, melihat ke wajah Mela.
" Darren, Darren. Dia, dia, " Stefan terdiam sebentar.

"Kenapa Darren?" tanya Mela, makin bingung.

"Dia, dia koma." Jawab Stefan pelan.

Mela tak mengerti maksud Stefan. Kenapa tiba tiba Stefan seperti ini?
Dia datang dengan tubuh basah kuyup, dengan beberapa bercak darah di pakaiannya. Lalu dia mengatakan bahwa Darren koma. Mela benar benar tak mengerti apa yang terjadi sekarang.

"Bilang apa lo?! " Roy mengangkat bogemnya tinggi tinggi di udara siap mendaratkan bogem itu ke pipi Stefan. Namun Mela menghalanginya. Mela masih mau mendengarkan penjelasan dari Stefan tentang Darren, karena Mela sepertinya percaya dengan kata kata Stefan barusan.

"Apa maksudmu? Darren kenapa? " tanya Mela lagi. Stefan terdiam, menggosok gosok rambutnya yang basah karena air hujan.

"Mel, lebih baik kita ke rumah sakit sekarang. Ada yang harus lo tau." Jawab Stefan, menarik tangan Mela. Namun Mela menepisnya.

"Jelasin dulu, apa maksud lo? " tanya Mela yang kini sedikit menunjukan emosinya.

Stefan menggosok gosok rambutnya lagi. Dia nampak gelisah.
"Ceritanya panjang, Mel! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"

Mela mengerutkan kedua keningnya, tak paham dengan maksud Stefan yang berkali-kali memintanya untuk pergi ke rumah sakit.

"Kenapa lo minta gue ke rumah sakit? Ada apa di sana?! " tanya Mela, menampakkan emosinya.

"Darren kritis!" teriak Stefan yang kini sudah berantakan. Wajahnya memerah, seperti akan menangis.

"Jaga bicara lo ya! Jangan me-"

"Gue gak bohong, Mel! Lo gak lihat apa yang ada di badan gue?! " Stefan menunjuk bercak bercak darah yang ada di tubuhnya."Ceritanya panjang, Mel. Tapi lo harus ke rumah sakit sekarang. Lo harus tau keadaan Darren sekarang."

Seluruh orang diam tak ada yang berkomentar. Kaget dan tak percaya bercampur aduk dalam pikiran Mela. Bercak darah pada tubuh Stefan seakan memberi bukti, tapi apa seharusnya Mela percaya pada perkataan seseorang yang pernah melukainya?

Di sisi lain, Roy dan Prince saling pandang. Wajah mereka berdua sama terkejutnya mendengar penjelasan Stefan barusan.

"Tunggu, " Prince melihat tajam ke arah Stefan, tapi di sisi lain tatapannya hampa."bisa lo ceritain?"

Stefan menghembuskan nafasnya berat, "Gak ada waktu buat gue cerita! Kalian harus lihat sendiri keadaan Darren sekarang. Dia.. Gue.."  nafas Stefan seperti habis pada akhir kalimatnya.

"Tolong. " Kata Prince cepat. Seakan dia sangat ingin tau bagaimana keadaan Darren sebenarnya.

Stefan pasrah, percuma dia berteriak seratus kali-pun, kalau mereka belum mendengar ceritanya, mereka gak akan percaya.

"Kemarin malam, Darren lari dari acara keluarganya dengan keluarga Rachel. Dia memutuskan untuk pergi ke Indonesia sendirian. Tapi, gue dan Rachel tau itu, dan kalian semua pasti tau tujuan Darren ke Indonesia. Dan gue yakin, kalian tau apa yang Rachel lakukan. " Stefan melihat bergantian ke arah ke arah Prince dan Mela.

MoodBoster [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang