" Prince... " Panggil Alena.
" Ya? " Jawab Prince sambil terus fokus menyetir.
" Bagaimana caranya kamu sama Roy bisa menyimpulkan kalau semua ini gara gara Stefan? " Tanya Alena.
Prince terdiam sebentar, " Ceritanya panjang Lena. "
" Aku.. Hanya ingin tau. " Tambah Lena.
Prince menghela nafasnya, dia juga tidak ada alasan untuk merahasiakan ini pada Lena. Lena juga berhak tau.
" Baiklah.. Jadi, "
***
Beberapa hari yang lalu, Prince baru saja mendapat tugas dari kepala sekolah, sebagai ketua bagian keuangan untuk Prom Night.
Hari itu, cuaca sedang buruk. Mendung telah menutupi langit biru.
Prince berjalan dengan cepat dengan beberapa kertas dan map di tanganya. Dia harus segera menyelesaikan semua tugasnya sebelum hujan turun, karena hari itu, dia sudah ada janji untuk mengunjungi mama mertua.
Ehm... Maksudnya ibu Alena yang sedang dalam proses pemulihan di rumah sakit.
Roy yang sudah mulai lelah mengikuti langkah Prince dari pagi sampai sore hari terus mengeluh dan mengomel. Kakinya seperti tidak bisa di gunakan berjalan lagi.
" Hei, istirahat dulu kenapa. " Omel Roy,memberhentikan langkahnya.
Prince menoleh ke arah Roy sebentar, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju TU untuk memberikan beberapa berkas keuangan untuk Prom Night.
" Hei Prince! " Panggil Roy. Dengan terpaksa dia kembali melanjutkan langkahnya untuk mengejar Prince yang sudah lumayan jauh di depan.
" Acaranya untuk siapa, yang sibuk siapa. " Batin Roy.
" Gue harus pulang sebelum hujan, Roy. " Ujar Prince mempercepat langkahnya.
" Lo kan bawa mobil. Gak akan kehujanan, Princess. " Ledek Roy, tapi kakinya masih terus mengikuti kemana Prince pergi.
" Kalau hujan bakal macet bego. " Ledek balik Prince.
" Astaga, baiklah. Gue nurut, deh. " Jawab Roy, dia sudah tidak mau berdebat dengan Prince lagi.
" Lagian, gue gak pernah minta lo buat ikut gue. Kalau lo mau pulang, pulang aja sana. " Usir Prince.
" Udah baik baik udah gue temenin, lo masih tega usir gue, Prince. " Kata Roy, memperlambat langkahnya. Dia mau mengistirahatkan sebentar kedua kakinya.
Prince hanya tertawa sambil terus mempercepat langkahnya. Dan di saat itu juga, Roy mempercepat langkahnya. Bahkan beberapa kali Roy harus berlari untuk menyusul Prince.
BRUKK!
Wajah Roy baru saja menabrak punggung Prince. Dia tidak tau kenapa Prince bisa berhenti tiba tiba." Idung gue. " Roy memegang hidungnya yang kesakitan karena menabrak punggung Prince.
" Hei, lihat itu. " Kata Prince menunjuk sesuatu dari balik dinding yang di gunakanya untuk bersembunyi.
Karena penasaran, Roy ikut mengintip. Tapi yang di dapatinya hanya pintu kelas menari yang tertutup.
" Pintu? "
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...