Aku membolak balik sosial media di HP ku beberapa kali. Aku bingung kenapa gak ada notif satu pun. Darren sepertinya memperhatikanku dari tadi yang membolak balik sosial media di HP ku.
" Gak ada yang chat bu? " Tanya Darren yang duduk di samping ku. Aku melihat ke arah Darren. Dia langsung memalingkan pandangannya ke arah lain. Aku terdiam, tidak mau menjawab pertanyaan Darren lalu memalingkan pandangan ke arah luar jendela bus. Ku sandarkan kepala di jendela bus dan sesekali mengecek kembali sosial media di HP ku.
" Nunggu chat siapa sih lu? " Tanya Darren. Aku mendengus pelan." Nyokap gue gak kasih kabar " Jawabku. Aku kembali membuka semua sosial media di HP ku.
" Line gak di bales, di telfon gak di angkat, aku DM gak di baca, aku WA malah off " Jawabku kesal." Mungkin... Lagi sibuk? " Tanya Darren. Aku menggeleng pelan.
" HP- nya lowbat paling. Lagi di cas " Jawab Darren lagi. Aku melihat ke arah Darren dengan tatapan datar." Emang ada HP yang di cas 4 jam? " Tanya ku. Darren hanya terdiam. Aku menundukan kepalaku.
Bus sudah berhenti, kami sudah sampai kembali di sekolah. Para siswa segera keluar dari bus dan mengambil barang barang mereka di bagasi. Aku masih duduk, masih memikirkan tentang mama. Darren menarik tanganku berdiri.
" Mau nginep di bus? " Tanya Darren lalu menariku keluar dari bus. Aku hanya pasrah mengikuti langkah Darren. Setelah mengambil barang barang, kami duduk di bangku depan sekolah. Teman teman juga sudah berkumpul di sana.
" Napa muka lu Mel? " Tanya Sofia yang bingung melihat ku.
" Galau dia " Jawab Darren.
" Lu sakitin hatinya ya? " Tanya Roy usil. Darren hanya menggelengkan kepalanya heran dengan pertanyaan Roy.
" Tentang nyokap lu? " Tanya Netta. Aku mengangguk.
" Gak kasih kabar? " Tanya Netta lagi. Aku mengangguk.
" Dan lu gatau kenapa? " Tanya Netta lagi. Aku mengangguk.
" Sekarang lu khawatir soal nyokap lu? " Tanya Netta, lagi. Dan aku hanya mengangguk. Setelah itu Netta terdiam, dia tidak mengeluarkan pertanyaan lagi. Aku mengeluarkan nafas keras, lalu mengecek HP ku berharap ada notif dari mama masuk. Hasilnya Nihil, mama belum kasih kabar. Aku mulai khawatir, mulai cemas." Lu cek ke rumah aja " Saran Prince. Semua mengangguk. Sebenarnya saran dari Prince benar, tapi aku merasa tidak yakin.
" Gue anter ke rumah lu " Kata Darren.
" Cieee " Sahut Roy. Sofia menyenggol lengan Roy pelan seperti memberi kode agar tidak bercanda. Aku hanya bisa diam, aku merasa seperti ada yang menjanggal, aku cemas, khawatir tercampur aduk semua. Dan sekarang, kepalaku mulai pusing. Aku memegang kepala ku, dan memijat mijatnya pelan dengan jariku.
" Lu kenapa Mel? " Tanya Darren cemas.
" Gapapa " Aku menggeleng. Kepala ku bertambah pusing dan rasanya tubuhku seperti di tekan. Keseimbangan ku terasa mulai hilang, aku hampir saja terjatuh tapi Darren memegang erat tanganku.
" Yakin lu gapapa? " Tanya Darren lagi. Darren tampak cemas, seperti yang lain juga. Aku menggeleng, Darren mendudukan ku di kursi bawah pohon yang ada di belakangku.
Netta duduk di sampingku " Lu gapapa? " Tanya dia cemas. Aku menggeleng.
" Paling kecapekan " Jawabku pelan. Sesekali aku memukul pelan kepalaku berharap pusingnya berkurang dengan aku pukul.
Darren memegang tanganku yang dari tadi memukul kepalaku
" Gak ada gunanya lu pukul " Kata Darren." Mel lu keringetan " Sahut Netta yang dari tadi memperhatikanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...