"Mel, bangun.. Udah sampai" Aku menggoyang goyangkan tubuh Mela yang sekarang sedang tertidur di sampingku.
Dia tidak bergerak sedikitpun. Sudah berkali kali aku membangunkannya tapi gagal, apa aku harus membantingnya? Jangan, dia anak orang.
Aku menggoyang goyangkan tubuh Mela lagi, dia hanya bergerak sedikit. "Mel, Mel, Mel, Mel, Mel, Mel, Mel " Aku terus menggoyangkan badannya sambil memanggil namanya.
Dia sedikit membuka matanya lalu menutupnya lagi dan mengubah posisi membelakangiku. Aku membuang nafas kesal, mengambil botol air minum yang ada di jok belakang menumpahkan sedikit air di tanganku lalu mencipratkanya pada wajah Pamela.
Seketika dia terbangun , melihat ku yang membawa botol air dengan wajah kesal.
"Apaan sih lu? Orang lagi tidur di siram" Omel nya."Lu yang apaan, masih pagi juga udah molor aja, udah susah lagi di bangunin. Yuk keluar, udah sampai sekolah" Aku membuka pintu mobil, keluar dari mobil menuju ke bagasi untuk mengambil koper.
"Darren" Panggil Mela.
" Apa? " Tanyaku sambil mengeluarkan koper koper yang ada di bagasi.
"Gapapa, ngetes doang" Jawab Mela. Aku melihatnya, menutup pintu bagasi mobil.
Mendekatkan mukaku dengan mukanya, Mela agak memundurkan sedikit wajahnya dari wajahku " Gila " Kataku lalu menjauhkan wajahku.
" Apaan sih lu! Nyebelin! " Mela memukul pelan lenganku.
Aku tertawa kecil.
" Lu yang apaan, lu kira gue budek apa? Pake ngetes segala"
" Maybe" Mela menaikan kedua pundaknya.
Aku hanya menatapnya sebentar kemudian menarik koper keluar parkiran sekolah di ikuti Mela di belakang.
***
Aku melihat punggung Darren berjalan di depanku. Tangan kirinya menarik koper hitam miliknya dan tangan tangannya membawa tas ransel. Aku mengikutinya keluar parkiran sekolah sambil membawa koper dan tas kecilku.
Aku berhenti sebentar, melepas jaket Darren yang dari tadi aku pakai lalu berlari menjajari langkahnya.
"Nih, makasih " Aku memberikan jaket hitam itu pada pemiliknya.
Darren tersenyum " Urwell" Dia mengambil jaketnya dari tanganku.
Kami berjalan menuju depan aula, hingga sampai di depan pintu aula kami berhenti karena mendengar burung berkicau yang sangat keras
" Melaaaa! " Teriak Netta dari belakang, kami langsung menoleh ke belakang dan melihat Netta berlari ngos ngosan."Pagiii" Sapa Netta.
"Pagi " Jawabku.
" Berangkat bareng nih sama Darren? Baru kenal udah lengket aja! Emang ya jodoh gak kemana " Netta tersenyum usil saat melihatku dengan Darren.
" Pagi pagi udang bocor aja keranya" Sahut Darren.
Netta tampak bingung tidak mengerti maksud Darren.
"Maksud lu? " Tanya Netta.
" Dasar lemot! " Sahutku.
" Lu Net, pagi pagi udah cerewet" Jawab Darren dengan nada kesal, kemudian memutar bola matanya.
" Serah gue dong, mulut mulut gue. Emang lu yang beli mulut gue? Gak kan? Emang lu yang punya mulut gue? Gak kan? Emang lu yang-" Aku menempelkan jari telunjuku pada bibir Netta.
" Udah ya, cerewetnya nanti dulu aja. Berisik " Aku melepaskan jari telunjuku dari mulut Netta lalu mengoleskanya pada lengan baju Netta.
" Apaan sih lu Mel " Jawab Netta kesal lalu memancungkan kedua bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...